Tabel 2.3 Intensitas dan waktu paparan bising yang diperkenankan Waktu pemaparan tiap hari jam
Batas suara dB.A
16 80
8 85
4 90
2 95
1 100
½ 105
¼ 110
18 115
Sumber : Depkes RI tahun 1999 Dengan adanya pemaparan 8 jam tiap hari, batas suara yang masih
diperbolehkan adalah 85 dB A.
2.3.6 Dampak Kebisingan
Dampak kebisingan terhadap kesehatan adalah sebagai berikut Prabu, 2006: 1. Adaptasi bila telinga terpapar oleh kebisingan
Mula-mula telinga akan merasa terganggu oleh kebisingan tersebut, tetapi lama-kelamaan telinga tidak merasa terganggu lagi karena suara terasa tidak begitu
keras seperti pada awal pemaparan Tri, 2005. 2. Gangguaan Fisiologis
Gangguan fisiologis merupakan gangguan yang mula-mula timbul akibat bising, dengan kata lain fungsi pendengaran secara fisiologis dapat terganggu.
Pembicaraan atau instruksi dalam pekerjaan tidak dapat didengar secara jelas, sehingga dapat menimbulkan gangguan lain seperti: kecelakaan. Pembicaraan
terpaksa berteriak-teriak sehingga memerlukan tenaga ekstra dan juga menambah kebisingan Wahyu, 2003.
Bising yang bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila terputus-putus atau yang munculnya secara tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan
darah, peningkatan nadi, kontruksi pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.
Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan pusingsakit kepala. Hal ini disebabkan bising dapat merangsang situasi vestibular dalam telinga dalam yang
akan menimbulkan efek pusingvertigo. Perasaan mual, susah tidur dan sesak napas disebabkan oleh rangsangan bising terhadap sistem saraf, keseimbangan organ dan
keseimbangan elektrolit. Melalui makanisme hormonal adrenalin, yang dapat meningkatkan frekuensi detak jantung dan tekanan darah.
Pada berbagai penyelidikan yang telah dilakukan oleh para ahli menyatakan bahwa pemaparan bunyi terutama yang mendadak menimbulkan reaksi fisiologis
seperti: denyut nadi, tekanan darah, metabolisme, gangguan tidur dan penyempitan pembuluh darah. Reaksi ini terutama terjadi pada permulaan pemaparan terhadap
bunyi kemudian akan kembali pada keadaan semula. Bila terus menerus terpapar maka akan terjadi adaptasi sehingga perubahan itu tidak tampak lagi Rosidah, 2005.
Kebisingan dapat menimbulkan gangguan fisiologis melalui tiga cara yaitu : 1 Sistem internal tubuh
Sistem internal tubuh adalah sistem fisiologis yang penting untuk kehidupan seperti:
a. Kardiovaskuler jantung, paru-paru, pembuluh b. Gastrointestinal perut,usus
c. Syaraf urat syaraf
d. Musculoskeletal otot, tulang dan e. Endocrine kelenjar
2 Ambang pendengaran Ambang pendengaran merupakan suara terlemah yang masih dapat di dengar.
Makin rendah level suara terlemah yang di dengar berarti makin rendah nilai ambang pendengaran, berarti makin baik pendengaranya. Kebisingan dapat mempengaruhi
nilai ambang batas pendengaran baik bersifat sementara fisiologis atau menetap patofisiologis. Kehilangan pendengaran bersifat sementara apabila telinga dengan
segera dapat mengembalikan fungsinya setelah terkena kebisingan Rosidah, 2003. 3 Gangguan pola tidur
Pola tidur sudah merupakan pola alamiah, kondisi istirahat yang berulang secara teratur dan penting untuk tubuh normal dan pemeliharaan mental serta
kesembuhan. Kebisingan dapat menganggu tidur dalam hal kelelapan, kontinuitas, dan lama tidur Fahmi, 1997.
Seseorang yang sedang tidak bisa tidur atau sudah tidur tetapi belum terlelap. Tiba-tiba ada gangguan suara yang akan mengganggu tidurnya, maka orang tersebut
mudah marahtersinggung. Berprilaku irrasional, dan ingin tidur. Terjadinya pergeseran kelelapan tidur dapat menimbulkan kelelahan Fahmi, 1997.
Berdasarkan penelitian yang menemukan bahwa presentase seseorang bisa terbangun dari tidurnya sebesar 5 pada tingkat intensitas suara 40 dB A dan
meningkat sampai 30 pada tingkat 70 dB A. Pada tingkat intensitas suara 100 dB A sampai 120 dB A, hampir setiap orang akan terbangun dari tidurnya Jain,
1981.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Burns 1979, pekerja yang terpapar kebisingan dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan perubahan
kecepatan sekresi bahan dalam aliran darah, sehingga mengubah konsentrasi darah dalam waktu berjam-jam, berhari-hari, atau lebih lama lagi dengan konsekuensi
gangguan fungsional Soesanto, 1990. 3. Gangguan Psikologis
Gangguan fisiologis dalam waktu yang cukup lama dapat menimbulkan gangguan psikologis Wahyu, 2003. Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak
nyaman, kurang konsentrasi, kejengkelan, kecemasan, ketakutan dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam kurun waktu yang lama dapat mengakibatkan
penyakit psikosomatik berupa gastritis, jantung, stress, kelelahan Sasongko, 2000. 4. Gangguan komunikasi
Kebisingan dapat mengganggu komunikasi yang sedang berlangsung baik melalui tatap muka ataupun melalui via telepon. Tingkat kenyaringan suara yang
dapat mengganggu percakapan diperhatikan dengan seksama karena suara yang mengganggu komunikasi tergantung pada konteks suasana. Kriteria gangguan
komunikasi yang terjadi pada ruangan Sasongko, 2000. Tempat dimana komunikasi tidak boleh terganggu oleh suara bising adalah
sekolah, area latihan dan test, teater, pusat komunikasi militer, kantor, tempat ibadah, perpustakaan, rumah sakit dan laboratorium. Banyaknya suara yang dapat dimengerti
tergantung dari beberapa faktor seperti level suara pembicaraan, jarak pembicaraan dengan pendengaran, bahasakata yang dimengerti, suara lingkungan dan faktor-
faktor lain Jain, 1981.
5. Efek Terhadap Pendengaran Pada awalnya, efek kebisingan ini terhadap indra pendengaran manusia
bersifat sementara dan pemulihan terjadi secara cepat setelah pekerjaan di area bising dihentikan. Akan tetapi apabila bekerja secara terus menerus di area bising maka
dapat menyebabkan tuli menetap dan tidak dapat normal kembali, biasanya dimulai pada frekuensi 4000 Hz dan kemudian semakin meluas kefrekuensi sekitarnya dan
akhirnya mengenai frekuensi yang biasanya digunakan untuk percakapan Prabu, 2009.
Kelainan yang terjadi pada telinga akibat bising terjadi melalui beberapa tahapan, antara lain :
1. Stadium adaptasi Adaptasi merupakan suatu daya proteksi perlindungan alamiah dan keadaan
yang dapat pulih kembali, atau kata lain sifatnya reversible dapat pulih kembali. 2. Stadium “temporary threshold shiff”
Disebut juga “audtory fatigue” yang merupakan kehilangan pendengaran “reversible” setelah 48 jam terhindar dari kebisingan. Batas waktu yang diperlukan
untuk pulih kembali setelah terpapar bising sekitar 16 jam. Apabila keesokan harinya pada waktu bekerja pendengaran hanya sebagian yang pulih maka akan terjadi
“permanent hearing lose”. 3. Stadium “persistem trehold shiff”
Dalam stadium ini ambang pendengaran meninggi lebih lama, sekurang- kurangnya 48 jam setelah meninggalkan lingkungan bising, pendengaran masih
terganggu.
4. Stadium “permanent trehold shiff” Pada stadium ini meningginya ambang pendengaran sifatnya menetap,
gangguan ini banyak ditemukan dan tidak dapat disembuhkan kembali. Tuli akibat bising ini merupakan tuli persepsi yang kerusakannya terdapat dalam cochlea berupa
rusaknya syaraf pendengaran.
2.3.7 Pengendalian Kebisingan