Pengukuran Tekanan Darah Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah

Tekanan darah dapat lebih tinggi hipertensi atau lebih rendah hipotensi dari normal. Hipotensi berat berkepanjangan yang menyebabkan penyaluran darah ke seluruh jaringan tidak adekuat dikenal sebagai syok sirkulasi. Tabel 2.4 Klasifikasi Tekanan Darah Dewasa ≥ 18 Tahun Menurut JNC 7 Kategori Sistolik mmHg Diastolik mmHg Normal 120 dan 80 Prehipertensi 120 – 139 atau 80 - 89 Kategori Sistolik mmHg Diastolik mmHg Hipertensi Derajat 1 140 – 159 atau 90 -99 Derajat 2 ≥ 160 atau ≥ 100 Sumber : National High Blood Pressure Education, 2003 The seventh report of Joint National Committee on Prevention Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure 2003, tekanan darah normal sebagai tekanan darah sistolik 120 mmHg dan tekanan darah diastolik 80 mmHg. Tekanan darah sistolik 120 – 139 mmHg atau tekanan darah diastolik 80 -89 mmHg disebut sebagai prehipertensi. Prehipertensi tidak dianggap sebagai kategori penyakit tetapi mengidentifikasi seseorang yang tekanan darahnya cenderung meningkat ke klasifikasi hipertensi dimasa yang akan datang.

2.5.5 Pengukuran Tekanan Darah

Naik dan turunnya gelembung tekanan darah seirama dengan pemompaan jantung untuk mengalirkan darah di pembuluh arteri Beevers, 2002. Tekanan darah manusia ada 2 yaitu tekanan drah sistolik dan diastolik. Tekanan darah sistolik yaitu tekanan yang terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar ketika jantung berkontraksi. sedangkan tekanan darah diastolik yaitu adalah tekanan yang terjadi ketika jantung rileks di antara tiap denyutan Beevers, 2002. Tensi meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur tekanan darah pada manusia. Alat tekanan darah ini memiliki manset yang dapat digembungkan dan dihubungkan dengan suatu tabung berisi air raksa. Jika bola pemompa dipakai memompa udara memasuki kantong udara, maka kantong udara akan menekan pembuluh darah arteri sehingga menghentikan aliran darah pada arteri. Pada saat udara pada kantong udara dilepas, mercury air raksa pada alat pengukur akan turun, dengan menggunakan stetoscope yang diletakkan pada nadi arteri kita yang dapat memantau adanya suara Duk pada saat turunnya tekanan kantong udara menyamai tekanan pada pembuluh darah arteri, berarti mengalirnya kembali darah pada arteri, tekanan darah terbaca pada alat ukur mercury air raksa bersamaan dengan suara Duk menunjukkan tekanan darah sistolik. Suara Duk pada stetoscope akan terdengar terus sampai pada saat tekanan kantong udara sama dengan tekanan terendah dari arteri pada saat jantung tidak memompa maka suara Duk akan hilang. Pada saat itu tekanan pada alat ukur mercury air raksa disebut tekanan darah diastolik Beevers, 2000.

2.5.6 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah

1 Usia Usia mempengaruhi terjadinya hipertensi. Semakin bertambah usia seseorang, kemungkinan terjadinya hipertensi semakin besar Anies, 2006. Pada golongan umur di bawah 40 tahun angka prevalensi hipertensi umumnya masih dibawah 10, tetapi usia di atas 50 tahun prevalensinya mencapai 20 atau lebih, sehingga merupakan masalah yang serius pada golongan usia lanjut Luh, 1995. Pada usia lanjut, hipertensi terutama ditemukan hanya berupa kenaikan tekanan darah sistolik. Tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun. Tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis. Tingginya hipertensi sejalan dengan bertambahnya umur, disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh darah besar, yang terutama menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik tersebut Depkes, 2006. Kajian pengamatan prospektif pada beberapa kelompok orang, selalu menunjukkan adanya hubungan yang positif antara umur dan tekanan darah di sebagian besar populasi dengan berbagai ciri geografi, budaya, dan sosioekonomi WHO, 2001. 2 Jenis Kelamin Pada usia dini tidak terdapat bukti nyata tentang adanya perbedaan tekanan darah antara pria dan wanita. Akan tetapi, jika dilihat mulai pada remaja, pria cenderung menunjukkan atas peningkatan tekanan darah rata-rata yang lebih tinggi. Perbedaan ini lebih jelas pada orang dewasa muda dan orang setengah baya. Sehingga dapat diketahui bahwa pada beberapa tingkatan umur resiko lebih besar pada laki – laki daripada wanita WHO, 1999. Pada usia tua, perbedaan ini menyempit dan polanya bahkan dapat berbalik WHO, 2001. Di USA usia 34-74 tahun resiko kematian karena stroke 30 lebih tinggi pada laki – laki dari pada wanita WHO, 1999. Berdasarkan data yang diperoleh dari DepKes 2006 menyebutkan bahwa faktor jenis kelamin berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi, dimana pria lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan wanita, dengan rasio sekitar 2,29 untuk kenaikan tekanan darah sistolik dan 3,76 untuk kenaikan tekanan darah diastolik. Pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung dapat meningkatkan tekanan darah dibandingkan dengan wanita. Namun, setelah memasuki menopause, prevalensi hipertensi pada wanita tinggi. Bahkan setelah umur 65 tahun, terjadinya hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria yang diakibatkan oleh faktor hormonal. Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein HDL. Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun Dwi, 2009. 3 Masa Kerja Masa kerja adalah jangka waktu orang sudah bekerja pada suatu organisasi, lembaga dan sebagainya. Masa kerja seseorang perlu diketahui karena masa kerja merupakan salah satu indikator tentang kecenderungan para pekerja dalam melaksanakan aktivitas kerjanya Siagian, 1989. Masa Kerja dapat dikategorikan menjadi 2, yaitu : 1. masa kerja baru 5 tahun 2. masa kerja lama 5 tahun Semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut Suma’mur, 1996. 4 Lama paparan Kebisingan Lama paparan adalah jumlah jam kerja pekerja pada saat bekerja dalam satu hari. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.51 tahun 1999 tentang nilai ambang batas faktor bising dalam lingkungan kerja adalah sebagia berikut : Tabel 2.5 Paparan Bising yang Diperkenankan Waktu pemaparan tiap hari jam Batas suara dB.A 16 80 8 85 4 90 2 95 1 100 ½ 105 ¼ 110 18 115 Sumber : Depkes RI tahun 1999 Pfander 1975 menyebutkan bahwa tekanan suara sebesar 165 dB hanya diijinkan paparan selama 0.23 detik per hari dan untuk 145 dB hanya 0.3 detik per hari. Sebuah penelitian terhadap 1073 prajurit arteleri Kroasia, menunjukkan hasil bahwa 907 84.25 orang mengalami peningkatan ambang dengar fatique pada tingkatan yang berbeda segera setelah melakukan tembakan Spirov A,1982. 5 Ras Berdasarkan kajian populasi menunjukkan bahwa tekanan darah pada masyarakat kulit hitam lebih tinggi dibandingkan pada golongan suku lain. Suku bangsa mungkin berpengaruh pada hubungan antara umur dan tekanan darah, seperti yang ditujukkan oleh kecenderungan tekanan darah yang meninggi bersamaan dengan bertambahnya umur secara progresif pada orang Amerika berkulit hitam keturunan Afrika ketimbang pada orang Amerika berkulit putih. Perbedaan tekanan darah rata-rata antara kedua golongan tersebut beragam, mulai dari yang agak lebih rendah dari 5 mmHg 0,67 kPa pada usia 20-an sampai hampir 20 mmHg 2,67 kPa pada usia 60-an. Orang Amerika hitam keturunan Afrika telah menunjukkan pula mempunyai tekanan darah yang lebih tinggi daripada orang Afrika hitam. Hal ini memberi kesan bahwa ada penambahan pengaruh lingkungan pada kecenderungan kesukuan. Peran kesukuan yang bebas dari faktor lingkungan perlu dijelaskan pada golongan suku Lin di Negara yang mempunyai keanekaragaman suku WHO, 2001. 6 Faktor Sosial Ekonomi Di negara-negara yang berada pada tahap pasca-peralihan perubahan ekonomi dan epidemiologi, selalu dapat ditunjukkan bahwa tekanan darah dan prevalensi hipertensi yang lebih tinggi terdapat pada golongan social ekonomi rendah. Hubungan yang terbalik itu ternyata berkaitan dengan tingkat pendidikan, penghasilan, dan pekerjaan. Akan tetapi, dalam masyarakat yang berada dalam masa peralihan atau pra-peralihan, tinggi tekanan darah dan prevalensi-hipertensi yang lebih tinggi ternyata terdapat pada golongan sosioekonomi yang lebih tinggi. Ini barangkali menggambarkan tahap awal epidemik penyakit kardiovaskular WHO, 2001. 7 Faktor Genetik Dasar genetika tekanan darah tinggi didukung oleh penelitian eksperimental dengan baik, dan sementara beberapa penyakit hipertensi manogen pada manusia telah dipaparkan, hipertensi secara umum sekarang ini masih dianggap sebagai poligen. Sejumlah besar gen calon pembawah hipertensi sedang diselidiki, terutama enzim pengubahan giotensin II ACE dan polimorfisme gen angiotensinogen. Penggunaan genetika molekul mungkin, dalam waktu dekat, dapat meningkatkan kemampuan kita untuk secara lebih spesifik memperhatikan beberapa orang yang rentan WHO, 2001. Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi faktor keturunan juga mempertinggi risiko terkena hipertensi, terutama pada hipertensi primer esensial. Faktor genetik juga dipengaruhi faktor-faktor lingkungan lain, yang kemudian menyebabkan seseorang menderita hipertensi. Faktor genetik juga berkaitan dengan metabolisme pengaturan garam dan renin membran sel. Bila kedua orang tua menderita hipertensi maka sekitar 45 turun ke anak-anaknya dan bila salah satu orang tua yang menderita hipertensi maka sekitar 30 turun ke anak-anaknya Depkes, 2006. Faktor genetik memegang peranan penting dan berinteraksi dalam beberapa hal untuk terjadinya tekanan darah tinggi walaupun secara relatif sangat bervariasi. peranan faktor keturunan dengan hipertensi pada manusia menunjukkan hubungan tekanan darah yang sangat erat antara orangtua dan anak Ledesert, 1994. 8 Kebiasaan Merokok Merokok dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah baik tekanan darah sistolik maupun diastolik secara akut Ledesert, 1994. Nikotin menyebabkan kenaikan tekanan arteri dan denyut jantung oleh beberapa mekanisme: Norman dan Jeremiah, 1996 : a Nikotin meransang pelepasan epinetrinlokal dari saraf adregenik dan meningkatkan sekresi katekolamin dari modula adrenalis dan dari jaringan kromafin di jantung. b Nikotin bekerja pada kemoreseptor di glomus caroticus dan glomera aotica yang menyebabkan peningkatan denyut jantung dan tekanan arteri. c Nikotin bekerja langsung pada miokardium untuk menginduksi efek inotropik dan kronotopik positif. Nikotin dalam rokok dapat mengakibatkan jantung berdenyut lebih cepat dan penyempitan pembuluh saluran – saluran nadi sehingga menyababkan jantung terpaksa memompa lebih kuat untuk memenuhi kebutuhan darah ke seluruh tubuh Singgih, 1995. Rokok mengandung nikotin sebagai penyebab ketagihan yang dapat merangsang jantung, saraf, otak dan organ tubuh yang lainnya bekerja tidak normal. Nikotin juga dapat merangsang pelepasan adrenalin sehingga meningkatkan tekanan darah, denyut nadi dan tekanan kontraksi otot jantung Sidabutar dan Wiguno, 1990. Kategori perokok dapat dinilai dengan menggunakan Indeks Brinkman yang merupakan hasil dari perkalian antara lama merokok tahun dengan jumlah batang yang dihisap dalam satu hari. Indeks Brinkman dibagi menjadi 4 empat, yaitu : a. Indeks Brinkman 600 = perokok berat b. Indeks Brinkman 201 – 600 = perokok sedang c. Indeks Brinkman 1 – 200 = perokok ringan d. Indeks Brinkman 0 = bukan perokok Sudewi, 2000. 9 Kebiasaan Minum Kopi Minum kopi yang mengandung kafein dapat menghasilkan perubahan dalam hemodinamik diantaranya dapat meningkatkan tekanan darah Lane, 1993. Pada sebagian orang, minum kopi dapat menimbulkan jantung berdebar-debar, denyutnya bisa melebihi 80 kali per menit. Hal itu disebabkan efek stimulan kopi. Dalam tubuh manusia senyawa kafein dapat memacu hormon adrenalin, yang berpengaruh terhadap peningkatan tekanan darah dan detak jantung, sekresi asam lambung, senyawa gula pada aliran darah dan otot dalam kondisi siap beraktifitas. Mengkonsumsi kopi secara berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah, yang berpotensi mempercepat terjadinya penyakit jantung koroner PJK. Otot jantung mendapat makanan dari pembuluh darah nadi korona kiri dan kanan, bila pembuluh darah korona tersumbat terjadilah PJK Afian, 2010. 10 Konsumsi Alkohol Pada beberapa populasi, konsumsi minuman keras selalu berkaitan dengan tekanan darah tinggi, seperti yang ditujukkan oleh kajian lintas bagian maupun kajian observasi. Efek akut dan kronis telah dilaporkan dan tidak tergantung pada obesitas, merokok, kegiatan fisik, jenis kelamin maupun umur. Memang tidak jelas apakah ada harga ambang, tetapi jika minuman keras diminum sedikitnya dua kali per hari, TDS naik kira-kira 1,0 mmHg 0,13 kPa dan TDD kira-kira 0,5 mmHg 0,07 kPa per satu kali minum. Peminum harian ternyata mempunyai aras TDS dan TDD lebih tinggi, berturut-turut 6,6 mmHg 0,89 kPa dan 4,7 mmHg 0,63kPa dibandingkan dengan peminum sekali seminggu. Berapapun jumlah total yang diminum setiap minggunya WHO, 2001. Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah dibuktikan. Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas. Namun, diduga peningkatan kadar kortisol, dan peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah berperan dalam menaikan tekanan darah. Beberapa studi menunjukkan hubungan langsung antara tekanan darah dan asupan alkohol, dan diantaranya melaporkan bahwa efek terhadap tekanan darah baru nampak apabila mengkonsumsi alkohol sekitar 2-3 gelas ukuran standar setiap harinya Depkes, 2006. Mengkonsumsi alkohol berakibat buruk, dalam sebuah penelitian yang dilakukan Beever and Mac Gregor 1995, mendapatkan bahwa mengkonsumsi minuman beralkohol dalam jumlah besar dapat meningkatkan tekanan darah Riyadina, 2002. Diperkirakan mengkomsumsi alkohol dalam yang berlebihan akan meningkatkan tekanan darah sekitar 5-20 Aditama, 2005. 11 Stres Stress merupakan suatu kondisi yang disebabkan oleh adanya hubungan antara individu dengan lingkungannya yang mendorong seseorang untuk mempersepsikan adanya perbedaan antara tuntutan situasi dan sumber daya biologis, psikologis, dan sosial yang ada pada diri seseorang. Stress atau ketegangan jiwa rasa tertekan, murung, rasa marah, dendam, rasa takut dan rasa bersalah dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormone adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat dan lebih kuat, sehingga dapat meningkatkan tekanan darah. Peningkatan darah akan lebih besar pada individu yang mempunyai kecenderungan stress emosional yang tinggi. Jika stress berlangsung lama, tubuh akan berusaha mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahan patologis. Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit maag. Diperkirakan, prevalensi atau kejadian hipertensi pada orang kulit hitam di Amerika Serikat lebih tinggi dibandingkan dengan orang kulit putih disebabkan stres atau rasa tidak puas orang kulit hitam pada nasib mereka Depkes, 2006. Dalam penelitian Framingham dalam Yusida 2001 bahwa bagi wanita berusia 45-64 tahun, sejumlah faktor psikososial seperti keadaan tegangan, ketidakcocokan perkawinan, tekanan ekonomi, stress harian, mobilitas pekerjaan, gejala ansietas dan kemarahan terpendam didapatkan bahwa hal tersebut berhubungan dengan peningkatan tekanan darah dan manifestasi klinik penyakit kardiovaskuler apapun. Studi eksperimental pada laboratorium animals telah membuktikan bahwa faktor psikologis stres yang termasuk dalam faktor lingkungan sosial yang penting dalam menyebabkan tekanan darah tinggi, namun stress merupakan faktor risiko yang sulit diukur secara kuantitatif, bersifat spekulatif dan ini tak mengherankan karena pengelolaan stres dalam etikologi hipertensi pada manusia sudah kontroversial Depkes, 2006. 12 Konsumsi Garam Secara umum masyarakat sering menghubungkan antara konsumsi garam dengan hipertensi. Garam merupakan suatu hal yang sangat penting pada mekanisme timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi melalui peningkatan volume plasma cairan tubuh dan tekanan darah. Keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan ekskresi kelebihan garam sehingga kembali pada keadaan hemodinamik sistem pendarahan yang normal. Pada hipertensi esensial mekanisme ini terganggu, di samping ada faktor lain yang berpengaruh. Asupan garam kurang dari 3 gram tiap hari menyebabkan prevalensi hipertensi yang rendah, sedangkan jika asupan garam antara 5-15 gram perhari prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15- 20. Pengaruh asupan terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah Radecki, 2000. Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, karena menarik cairan diluar sel agar tidak keluar, sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada manusia yang mengkonsumsi garam 3 gram atau kurang ditemukan tekanan darah rata-rata rendah, sedangkan asupan garam sekitar 7-8 gram tekanan darahnya rata-rata lebih tinggi. Konsumsi garam yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gramhari setara dengan 110 mmol natrium atau 2400 mghari Gunawan, 2001. Kajian eksperimental dan pengamatan menunjukkan bahwa asupan natrium klorida yang melebihi kebutuhan fisiologi bisa menimbulkan hipertensi. Hubungan antara pengeluaran natrium melalui urin dan tekanan darah akan semakin nyata dengan bertambahnya umur. Ikhtisar 14 kajian berdasarkan populasi menghasilkan kemiringan regresi gabungan untuk TDS dan TDD berturut-turut sebesar 3,7 mmHg 0,49 kPa dan 2,0 mmHg 0,27 kPa per 100 mmol natrium pada orang berusia 20-29 tahun sampai 10,3 mmHg 4kpa dan 2,9 mmHg 39 kpa per 100 mol natrium pada orang berusia 60-69 tahun WHO, 2001. 13 Kebisingan Paparan bising dengan intensitas yang tinggi dalam waktu yang lama dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah, kenaikan darah yang berlangsung lamasecara periodik menyebabkan arterial hipertensi Tambunan, 2005. 14 Obesitas Kegemukan obesitas merupakan persentase abnormalitas lemak yang dinyatakan dalam Indeks Masa Tubuh Body Mass Index yaitu perbandingan antara berat badan dengan tinggi badan kuadrat dalam meter Norman dan Jeremiah, 1996. Kriteria status gizi menurut Asmadi 2008 sebagai berikut : a. Kurus jika IMT : 1. 17 : kekurangan berat badan tingkat berat. 2. 17 – 18,4 : kekurangan berat badan tingkat rendah. b. Normal jika IMT : 18,5 – 24,9 c. Gemuk jika IMT : 1. 25 – 27 : kelebihah berat badan tingkat ringan. 2. 27 : kelebihah berat badan tingkat berat. Kaitan erat antara kelebihan berat badan dan kenaikan tekanan darah telah diteliti melalui beberapa studi. Berat badan dan Indeks Masa Tubuh IMT berhubungan langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Obesitas bukanlah penyebab hipertensi. Akan tetapi prevalensi hipertensi pada obesitas jauh lebih besar. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang - orang gemuk 5 kali lebih besar dibandingkan dengan seseorang yang memiliki berat badan normal. Sedangkan, pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-33 memiliki berat badan lebih overweight Depkes, 2006. Kelebihan berat badan juga meningkatkan frekuensi denyut jantung dan kadar insulin dalam darah. Peningkatan insulin menyebabkan tubuh menahan natrium dan air Muhummadun, 2010

2.5.7 Pengendalian Tekanan Darah