Hubungan Kebiasaan Minum Kopi Terhadap Tekanan Darah

kenaikan. Tekanan sistolik naik sebesar 11,67 mmHg dan tekanan diatolik naik sebesar 8,33 mmHg dari 126,378 mmHg menjadi 13886,3 mmHg. Pada saat alat pelindung telinga digunakan, diperoleh hasil bahwa setelah bekerja rata-rata tekanan darah mengalami penurunan. Tekanan darah sistolik turun sebesar 2,33 mmHg sedangkan tekanan diastolic juga turun sebesar 1 mmHg dari 125,779,7 mmHg menjadi 123,378,6 mmHg Hidayat,2004. Pemakaian alat pelindung diri seperti earplug, earmuff dan lain sebagainya terbukti mempunyai efek yang menguntungkan bagi tekanan darah baik sistolik maupun diastolik Hidayat,2004. Penelitian serupa juga mengatakan bahwa penggunaan alat pelindung telinga mampu mereduksi paparan bising dan mempunyai pengaruh bagi tekanan darah baik sistolik maupun diastolik Lusk,2002. Pnelitian Talbott 1989 mengatakan bahwa penggunaan alat pelindung telinga dapat menurunkan bahkan menghilangkan efek yang merugikan baik auditive maupun nonauditive akibat paparan bising tersebut.

5.4.5 Hubungan Kebiasaan Minum Kopi Terhadap Tekanan Darah

Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan minum kopi terhadap tekanan darah dengan nilai p 0,391 0,05. Minum kopi merupakan kegiatan yang sering dilakukan oleh pengemudi becak vespa walaupun minum kopi ini cukup berbahaya terhadap kesehatan. Hal ini disebabkan karena kopi mengandung kafein yang dapat menyebabkan gangguan hemodinamika pada pembuluh darah. Pada peminum kopi, penyerapan gula dalam darahnya berlangsung lebih cepat, sehingga keinginan untuk menambah konsumsi gula terus meningkat. Ternyata hal tersebut memicu terjadinya penumpukan kolesterol, yang berdampak terhadap penebalan, penyempitan dan kekakuan dinding pembuluh darah, dengan demikian PJK pun menjadi sulit dihindari Afian,2010. Pada sebagian orang, minum kopi dapat menimbulkan jantung berdebar- debar, denyutnya bisa melebihi 80 kali per menit. Hal itu disebabkan efek stimulan kopi. Minum kopi yang mengandung kafein dapat menghasilkan perubahan dalam hemodinamik diantaranya dapat meningkatkan tekanan darah Lane, 1993. Dalam tubuh manusia senyawa kafein dapat memacu hormon adrenalin, yang berpengaruh terhadap peningkatan tekanan darah dan detak jantung, sekresi asam lambung, senyawa gula pada aliran darah dan otot dalam kondisi siap beraktivitas. Mengkonsumsi kopi secara berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah, yang berpotensi mempercepat terjadinya penyakit jantung koroner PJK. Otot jantung mendapat makanan dari pembuluh darah nadi korona kiri dan kanan, bila pembuluh darah korona tersumbat terjadilah PJK Afian, 2010. Penelitian serupa dengan yang dilakukan William 2004 dalam jurnal penelitiannya menyebutkan bahwa kafein meningkatkan tekanan darah secara akut. Efek klinis yang terjadi tergantung pada respon tekanan darah responden yang diuji dengan mengkonsumsi kafein setiap hari. Hasil dari penelitian tersebut menyebutkan ada kenaikan tekanan darah pada responden yang mengkonsumsi kafein 250 mg per hari selama 5 hari. Teori yang mendukung hasil ini adalah kafein mengikat reseptor adenosina di otak. Adenosina ialah nukleotida yang mengurangi aktivitas sel saraf saat tertambat pada sel tersebut. Seperti adenosina, molekul kafeina juga tertambat pada reseptor yang sama, tetapi akibatnya berbeda. Kafeina tidak akan memperlambat aktivitas sel sarafotak, sebaliknya menghalangi adenosina untuk berfungsi. Dampaknya aktivitas otak meningkat dan mengakibatkan hormon adrenalin atau epinefrin terlepas. Hormon tersebut akan menaikkan detak jantung, meninggikan tekanan darah, menambah penyaluran darah ke otot-otot, mengurangi penyaluran darah ke kulit dan organ dalam, dan mengeluarkan glukosa dari hati. Pada dosis tinggi, adrenalin mempunyai efek simpatomimetik yang menonjol yaitu dengan kontraksi semua pembuluh, tahanan perifer akan naik dan dengan ini baik tekanan sistolik maupun tekanan diastolik akan naik juga Gunawan, 2001.

5.4.6 Hubungan Kebiasaan Merokok Terhadap Tekanan Darah