GA Gay Kelas Menengah yang Pernah Mengalami Kekerasan Seksual dari Pasangan Gaynya

lama karena belum ada dari antara mereka yang bisa melebihi DH dalam segala hal terutama dalam memperlakukan JP sebagai seorang gay. Bayangan DH yang membuat JP menikmati keberadaan dirinya sebagai seorang gay masih terus membayangi dirinya. Sangat sulit memang bagi JP untuk melupakan DH. Sampai saat ini JP masih menanti dan berharap suatu saat nanti bisa bertemu lagi dengan DH.

5.5 GA Gay Kelas Menengah yang Pernah Mengalami Kekerasan Seksual dari Pasangan Gaynya

5.5.1 Profil Informan

Inisial nama : GA Usia : 25 tahun Suku : Jawa Agama : Islam Pendidikan terakhir : Perguruan Tinggi Pekerjaan : Karyawan asuransi Penghasilanbulan : Rp. 2.200.000,- Kategori informan : gay kelas menengah Kriteria informan : pernah mengalami kekerasan seksual Universitas Sumatera Utara

5.5.2 Life History Informan

GA adalah seorang gay yang bekerja sebagai karyawan pada salah satu perusahaan asuransi yang ada di Kota Medan. GA tinggal bersama kedua orangtua dan saudaranya di Jalan Sei Batanghari. Saat ini GA berusia 25 tahun dan merupakan alumni dari salah satu perguruan tinggi negeri yang ada di Kota Medan. Ia terjun ke dunia gay ketika masih aktif dalam perkuliahan. Sejak kecil GA sudah tahu bahwa dirinya memiliki kelainan yaitu penyimpangan orientasi seksual. GA sama sekali tidak tertarik dengan kaum hawa secantik dan semanis apapun wanita itu. GA lebih senang memperhatikan kaum adam terutama lelaki macho berbadan atletis yang berparas tampan. Namun setelah duduk di bangku perkuliahanlah GA mengakui dirinya sebagai seorang gay dan memutuskan untuk terjun langsung dalam pergaulan gay Kota Medan. GA adalah anak pertama atau yang paling tua dari lima orang bersaudara. Anak kedua, ketiga dan keempat adalah perempuan sedangkan anak yang paling kecil atau yang paling bungsu adalah laki-laki. Ayah dan ibu GA bekerja sebagai PNS Pegawai Negeri Sipil pada instansi pemerintahan yang ada di Kota Medan. Keluarga GA berasal dari Pulau Jawa yang sudah lama menetap di Kota Medan. Jadi GA dan keempat orang adiknya merupakan Putera dan Puteri Jawa Keturunan Sumatera Puja Kesuma. Sejak kecil GA sudah merasakan ada yang berbeda dengan dirinya dibandingkan dengan para pria pada umumnya. GA mulai merasakan hal itu ketika GA masih duduk di bangku SD Sekolah Dasar, tepatnya ketika GA masih kelas tiga. Pada saat itu kelainan yang mulai dirasakan oleh GA adalah adanya Universitas Sumatera Utara perasaan suka dengan laki-laki lain atau sesama jenis. GA merasa aneh dengan hal yang terjadi pada dirinya sendiri dan bahkan GA sering bertanya dalam hatinya pada saat itu : “Bukankah Aku ini berjenis kelamin laki-laki? Jadi kok bisa suka sama laki- laki?”. Ketika GA sudah beranjak SMP Sekolah Menengah Pertama, batinnya terus-menerus mengatakan bahwa dirinya itu berbeda dari kebanyakan laki-laki pada umumnya terutama dari laki-laki yang dikenalnya dalam lingkungan pergaulannya, baik di lingkungan sekolahnya maupun di lingkungan tempat tinggalnya. GA terus berusaha mencari tahu tentang perbedaan atau kelainan yang ada pada dirinya itu melalui berbagai majalah remaja dan juga melalui internet hingga hal yang paling membuat GA mengalami pergumulan yang sangat beratpun terjadi ketika GA mengalami mimpi basah. Hakikatnya seorang laki-laki yang mengalami mimpi basah tentunya melakukan hubungan seksual dengan perempuan atau lawan jenis dalam mimpi itu. Namun yang terjadi pada GA sungguh di luar dugaan laki-laki pada umumnya bahkan dirinya sendiri. Pada saat mimpi basah GA melakukan hubungan seksual dengan laki-laki atau sesama jenis. Hal yang cukup mengherankan bagi kebanyakan orang dan sampai saat ini GA sendiri masih bingung akan misteri mimpi basah yang dialaminya itu. Pengalaman mimpi basah yang berbeda dari laki-laki pada umumnya yang dialami oleh GA itu semakin melengkapi perbedaan atau kelainan yang dirasakannya pada dirinya dan hal tersebut semakin membuat dirinya merasa minder dari teman-temannya yang laki-laki pada saat itu. Universitas Sumatera Utara Gejolak batin dalam diri GA akan pencariannya tentang perbedaan dan kelainan yang dirasakannya dari laki-laki pada umumnya itu menjadikan GA sebagai seorang pribadi yang pendiam dan pemalu. Sampai akhirnya GA duduk di bangku SMA Sekolah Menengah Atas, GA mulai jatuh cinta pada sahabatnya sendiri yang juga berjenis kelamin laki-laki, dan rasa cinta itulah yang kemudian membuat GA semakin tersiksa. Untuk menghilangkan rasa cintanya pada sahabatnya itu, GA banyak-banyak membaca buku, majalah dan novel serta menyibukan dirinya dengan berbagai kegiatan, seperti kegiatan ekstrakurikuler di sekolahnya dan juga kursus atau les. Dengan banyak membaca wawasan GA menjadi bertambah dan dia menjadi percaya diri, namun tetap masih menutupi pergumulan jati diri yang dirasakan GA pada dirinya hingga akhirnya GA diterima kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri yang ada di Kota Medan. Sejak GA menjalani pendidikannya pada jenjang perguruan tinggi inilah akhirnya GA menyadari bahwa dirinya adalah seorang gay. Hal ini karena pada saat itu GA sangat senang memperhatikan mahasiswa-mahasiswa tampan yang ada di kampusnya bahkan GA berlaku tidak menentu atau salah tingkah bila berpapasan apalagi bila berada di dekat mahasiswa-mahasiswa tampan itu. Jantung GA pasti berdetak kencang bila berada pada situasi tersebut. GA juga semakin tertarik membuka situs-situs gay atau melihat-lihat foto-foto pria tampan berbadan tegap yang sedang bertelanjang dada di dunia maya, bahkan bila sedang onani, GA selalu membayangkan dirinya sedang melakukan hubungan seksual dengan pria tampan yang sangat macho dengan otot-otot yang cukup menonjol pada tubuhnya. Sejak saat Universitas Sumatera Utara itu GA memutuskan untuk menerima kenyataan akan keberadaan dirinya sebagai seorang gay. Keberadaan GA sebagai seorang gay saat itu hanya menjadi rahasia dirinya saja karena pada saat itu GA belum berani bercerita dengan siapa saja termasuk dengan teman-teman dekatnya di kampus tentang identitas diri dan seksualnya. Suatu ketika GA membaca sebuah artikel yang mengatakan bahwa gay itu bukanlah sebuah kelainan seksual. Gay adalah istilah untuk laki-laki yang mengarahkan orientasi seksualnya kepada sesama laki-laki atau disebut juga laki-laki yang mencintai laki-laki baik secara fisik, seksual, emosional ataupun secara spiritual. Secara psikologis, gay adalah seorang lelaki yang penuh dengan kasih sayang. Mereka juga rata-rata agak mempedulikan penampilan dan sangat memperhatikan apa-apa saja yang terjadi pada pasangan gaynya. Beranjak dari pengetahuan itu maka akhirnya GA memutuskan untuk terbuka pada teman-teman dekatnya yang ada di kampus. Anehnya, teman-teman dekat GA itu tidak terkejut sama sekali mendengar pengakuan dari GA bahwa dirinya adalah seorang gay. Teman-teman dekat GA itu hanya merespon pengakuan GA dengan mengatakan, “Dah tau kali, walau kamu menutupinya tapi mata kamu tidak bisa bohong, mata seorang gay itu kalau melihat cowok cakep pasti bawaanya salah tingkah,”. Mendengar kata-kata dari teman-teman dekatnya itu membuat GA semakin menerima keberadaan dirinya sebagai seorang gay dan merasa nyaman akan identitas gay yang melekat pada dirinya. Hal ini karena ternyata teman-teman dekatnya itu telah mengetahui bahwa GA adalah seorang gay dan menerima keberadaan GA sebagai seorang gay dengan tetap berteman dan Universitas Sumatera Utara bersahabat dengan dirinya tanpa menjauhi GA dari persahabatan mereka. GA dan teman-teman dekatnya itu bersahabat seperti biasanya tanpa ada yang berubah dari persahabatan mereka. Walaupun GA sudah mengakui dirinya adalah seorang gay kepada teman- teman dekatnya di kampus, namun di depan kedua orangtuanya GA berlaku layaknya seorang pria normal. GA menutup rapat identitas seksualnya yang berbeda dengan kebanyakan laki-laki dari kedua orangtuanya. GA tidak ingin bila kedua orangtuanya mengetahui penyimpangan orientasi seksualnya. Hal ini karena bila kedua orangtuanya mengetahui dirinya adalah seorang gay maka kedua orangtuanya akan marah besar sebab GA adalah anak sulung atau anak yang paling besar, jadi harus memberikan contoh yang baik buat keempat adik-adiknya terutama adiknya laki-laki yang paling kecil. Sampai saat ini GA menutupi keberadaan dirinya sebagai seorang gay dari kedua orangtuanya. Terjunnya GA dalam pergaulannya dengan para gay yang lain yang ada di Kota Medan semakin membuka aksesnya untuk berkenalan dengan banyak laki-laki tampan yang diinginkannya atau yang sesuai dengan kriterianya. Dari situlah GA mulai melakukan hubungan seksual ala kaum gay dengan banyak laki-laki. GA pun semakin senang berganti-ganti pasangan karena baginya ada kepuasan tersendiri bisa melakukan hubungan seksual dengan banyak laki-laki. Walaupun GA sering berganti- ganti pasangan, namun dia tetap mengutamakan “savety sex” atau hubungan seksual yang aman agar tidak mengidap penyakit kelamin bahkan HIVAIDS. Karena penyakit kelamin bahkan HIVAIDS cukup rentan tertular pada kaum gay. Universitas Sumatera Utara Suatu saat GA berkenalan dengan seorang laki-laki bertubuh atletis dan berparas lumayan tampan. A inisial laki-laki itu. Mereka bertemu di salah satu club malam yang ada di Kota Medan. A menyukai GA dan ingin melakukan hubungan seksual dengannya. A menghampiri GA dan kemudian mengajaknya untuk berkenalan sambil meyodorkan tangannya. Dengan senang hati GA menyambut tangan A dan menyalamnya. Beberapa jam mereka terlibat percakapan mulai dari hal- hal yang ringan sampai pada hal yang sensitif yaitu masalah seks. Begitu asyiknya mereka bercerita tanpa terasa waktupun sudah menunjukkan bahwa club malam itu akan segera ditutup sebentar lagi. Mengetahui hal itu dengan percaya diri akhirnya A mengajak GA untuk menginap di hotel yang juga berada pada lokasi yang sama dengan club malam itu. Begitu senangnya GA karena dalam hatinya GA berpikir bahwa mereka akan melakukan hubungan seksual yang selalu diharapkannya bila bertemu dengan laki-laki berbadan atletis dan berparas tampan. Dengan senyum manisnya akhirnya GA menerima tawaran dari A untuk menginap di hotel. Sesampainya di kamar hotel ketika A dan GA telah dalam keadaan bugil atau tanpa kain sehelaipun, begitu terkejutnya GA ketika A mulai berlaku kasar pada dirinya. Awalnya A hanya meludahi muka GA saja, namun selang beberapa menit kemudian A memukul-mukul pantat GA dan menarik-narik rambut GA dengan kuat sembari menyodomi GA. Spontan saja GA yang sudah sering melakukan hubungan seksual dengan banyak laki-laki merasa kesakitan. Belum pernah sebelumnya GA merasakan kekerasan seksual dari banyak laki-laki yang pernah melakukan hubungan seksual dengannya. Sejak kejadian itu GA menjadi selektif dan berhati-hati dalam Universitas Sumatera Utara memilih pasangan untuk melakukan hubungan seksual, seperti yang diceritakan oleh GA kepada peneliti : “….Sejak kejadian itu aku jadi hati-hati kalo milih pasangan. Trauma banget. Itulah pertama kalinya aku ML sama cowok gila seperti itu. Sakit banget waktu rambut aku dijambak kuat-kuat sama dia. Kayak mau lepas kulit kepalaku jadinya. Apalagi waktu dia ngeludahin muka aku, jijik banget. Seumur-umur baru pertama kali itulah aku digituin sama laki-laki waktu ML dan gak mau lagi kejadian itu terulang lagi. Ampun deh….”. Berdasarkan hasil percakapan personal, September 2011 Pengalaman kekerasan seksual yang dialaminya itu menjadi guru yang sangat berharga bagi GA. Sejak kejadian itu, GA menjadi selektif atau berhati-hati dalam memilih pasangan gay. Biasanya semenjak GA terjun dalam pergaulan gay Kota Medan, GA begitu gampang bila diajak untuk melakukan hubungan seksual oleh gay lain yang baru dikenalnya di tempat-tempat hiburan malam. Sering sekali GA melakukan hubungan seksual dengan gay walaupun baru pertama sekali bertemu tanpa menyelidiki terlebih dahulu bagaimana karakter dari gay yang baru dikenalnya itu. Hal ini dalam dunia gay dengan istilah short time atau seks kilat. Biasanya seks kilat atau short time dilakukan atas dasar suka sama suka dan tidak ingin melanjutkannya dalam hubungan pacaran ala kaum gay. Dengan kata lain, gay yang melakukan seks kilat atau short time hanya ingin menyalurkan nafsu birahi gaynya semata tanpa terikat dengan hubungan asmara atau rasa memiliki satu dengan yang lainnya. Biasanya setelah melakukan seks kilat atau short time, gay tersebut sudah berlaku seperti biasa saja bahkan seperti tidak saling mengenal satu dengan yang Universitas Sumatera Utara lainnya. Setelah kejadian kekerasan seksual yang dialami oleh GA barulah dia sadar bahwa ternyata perlu melakukan pendekatan terlebih dahulu agar mengetahui bagaimana karakter pasangan gaynya terutama bila melakukan hubungan seksual agar dalam melakukan hubungan seksual tersebut kedua-duanya merasa nyaman dan saling mengerti keinginan satu dengan yang lainnya. Setelah menamatkan kuliahnya di salah satu perguruan tinggi negeri yang ada di Kota Medan, GA menjatuhkan lamarannya ke salah satu perusahaan asuransi yang cukup terkenal di Kota Medan. Alhasil GA pun diterima bekerja di perusahaan asuransi tersebut. Di perusahaan asuransi itu GA menempati posisi back office dan bukan sebagai marketing asuransi seperti kebanyakan orang yang menjatuhkan lamaran di perusahaan asuransi. Posisi itu diperoleh oleh GA setelah mengikuti beberapa test atau seleksi yang diberikan oleh perusahaan asuransi tersebut. GA berhasil lulus dalam setiap test atau seleksi yang diberikan oleh perusahaan asuransi itu. Hal ini sangat wajar karena selama kuliah di kampusnya GA juga merupakan salah satu mahasiswa yang cukup pintar dengan IP Indeks Prestasi tiap semester selalu di atas 3,00 dan menamatkan kuliahnya atau diwisuda dengan IPK Indeks Prestasi Kumulatif 3,42. Selama bekerja di perusahaan asuransi ini, GA sudah mampu untuk menghidupi dirinya sendiri bahkan membantu kedua orangtuanya dalam segi finansial walaupun tidak terlalu banyak. Dari penghasilannya perbulan, GA sudah bisa membeli sepeda motor walaupun kredit, yang digunakannya sebagai sarana transportasinya untuk bekerja dan juga untuk digunakan sehari-hari. Universitas Sumatera Utara Cukup banyak yang telah diperoleh oleh GA selama dia bekerja di perusahaan asuransi tersebut, seperti pengalaman bekerja di bidang asuransi, penghasilan perbulan bahkan pertemuannya dengan salah seorang nasabah asuransi di tempatnya bekerja yang berinisial BI yang kemudian menjadi pasangan gaynya sampai saat ini. Pertemuan GA dengan BI bermula ketika BI sedang membuatkan asuransi untuk ibunya. GA lah yang mempresentasikan produk asuransi kesehatan pada BI. Dari pertemuan pertama itu BI sudah jatuh hati pada GA, begitu pula sebaliknya GA juga tertarik dengan BI. Dengan alasan agar dapat memantau perkembangan selanjutnya tentang produk asuransi yang digunakan oleh BI dan dapat bertanya tentang informasi-informasi lainnya yang berkaitan dengan produk asuransi tersebut, BI pun meminta nomor telepon seluler milik GA. Dengan senang hati GA pun memberikan nomor telepon seluler miliknya. Mulai saat itu BI pun semakin intens atau sering menghubungi GA. Awalnya BI hanya bertanya tentang produk asuransi yang digunakannya kemudian lama-kelamaan obrolan mereka menjadi panjang dan mulai masuk pada ranah pribadi, seperti alamat rumah, makanan dan minuman kesukaan, hobby bahkan membahas tentang keluarga masing-masing. Sebenarnya GA telah mengetahui bahwa BI adalah seorang gay, begitu pula sebaliknya BI juga mengetahui bahwa GA adalah seorang gay. Seorang gay pasti bisa mengetahui bahwa seorang laki-laki itu gay atau bukan. Hal ini karena kaum gay memiliki sinyal yang kuat untuk menangkap pertanda gay pada diri seorang laki-laki, baik itu dari lirikan matanya yang cukup tajam, performa atau penampilannya, cara berbicara dan perilakunya. Pastinya adalah bahwa kaum gay memiliki insting dan feeling yang kuat untuk mendeteksi seorang laki-laki itu gay atau bukan. Universitas Sumatera Utara Setelah cukup lama melakukan pendekatan dan mengetahui karakter masing- masing, akhirnya GA dan BI pun memutuskan untuk menjalin hubungan asmara. Bersama BI inilah GA cukup lama menjalin hubungan asmara dan bertahan sampai saat ini. Biasanya GA hanya sebentar saja bila menjalin hubungan asmara dengan pasangan gaynya yang sebelumnya. Bagi GA, BI adalah seorang yang cukup mengetahui apa yang diinginkan olehnya dalam menjalani hubungan asmara mereka. BI juga cukup pandai memperlakukan GA sebagai seorang kekasih dalam hubungan sesama jenis. GA merasa nyaman dengan keberadaan BI di sampingnya. Sudah cukup banyak pengalaman hidup yang mereka lalui baik suka maupun duka selama mereka menjalin hubungan asmara. BI adalah seorang yang romantis dalam kehidupan asmaranya dengan GA sehari-hari bahkan bila melakukan hubungan seksual di atas ranjang. Selama menjalani hubungan asmara dengan BI, GA merasakan kesempurnaan dirinya sebagai seorang gay. GA cukup menikmati hari-harinya karena hidupnya semakin berwarna sejak kehadiran BI dalam hidupnya. GA berharap agar hubungannya dengan BI bisa bertahan cukup lama, begitu pula sebaliknya yang dirasakan oleh BI. BI juga berharap agar hubungannya dengan GA bisa berlangsung cukup lama bahkan sampai kematian memisahkan mereka. GA dan BI menikmati keberadaan mereka sebagai seorang gay dan bagi mereka berdua menjadi gay adalah pilihan hidup mereka. Mereka menganggap bahwa semuanya adalah rencana dari Tuhan yang telah menentukan perjalanan hidup mereka. Bagi mereka pro dan kontra itu biasa tetapi masyarakat tidak berhak menghakimi mereka atas jalan hidup yang telah mereka pilih walaupun sebenarnya mereka menutupi identitas seksual mereka dari masyarakat umum terutama keluarga mereka. Universitas Sumatera Utara

5.6 FH gay kelas bawah yang pernah mengalami kekerasan seksual dari pasangan gaynya