5.3 TB Gay Kelas Bawah yang Pernah Melakukan Kekerasan Seksual kepada Pasangan Gaynya
5.3.1 Profil Informan
Inisial nama : TB
Usia : 22 tahun
Suku : Melayu
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : Sekolah Menengah Atas SMA Pekerjaan
: Penyiar radio swasta Penghasilanbulan
: Rp. 1.400.000,- Kategori informan
: gay kelas bawah Kriteria informan
: pernah melakukan kekerasan seksual
5.3.2 Life History Informan
TB adalah seorang mahasiswa semester delapan yang sedang kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri di Kota Medan. TB sedang menyelesaikan skripsinya
dalam bidang komunikasi. Di samping menyelesaikan tugas-tugas kuliah, skripsi dan kegiatannya di dunia kampus, TB juga mengisi waktunya dengan menjadi penyiar
radio di salah satu radio swasta yang ada di Kota Medan. Hal ini dilakukan TB untuk
Universitas Sumatera Utara
menyalurkan bakatnya dan juga menerapkan ilmu yang telah diperolehnya dalam perkuliahannya di bidang komunikasi. Selain itu, berkat kerja kerasnya menjadi
seorang penyiar radio TB juga mendapatkan uang sebagai upah atau gajinya perbulan dengan nominal Rp. 1.400.000,-. Uang tersebutlah yang digunakannya untuk
membiayai perkuliahan, sewa kamar kost, kredit motor dan juga biaya hidup sehari- hari. Semenjak menjadi seorang penyiar radio TB tidak pernah lagi membebani
orangtuanya untuk membiayai perkuliahannya dan juga kehidupannya sehari-hari selama tinggal di Kota Medan. TB berasal dari Kota Kisaran yang melanjutkan
sekolahnya atau studinya di salah satu perguruan tinggi negeri yang ada di Kota Medan.
TB adalah sosok laki-laki yang cukup tampan, humoris dan mudah beradaptasi dimanapun dia berada. Saat ini TB masih berusia 22 tahun. Sekilas TB
terlihat sebagai pria normal yang cukup diidolakan oleh gadis-gadis ABG Anak Baru Gede karena program acara yang dibawanya pada salah satu radio swasta yang
ada di Kota Medan. Tidak tampak sedikitpun dari bentuk fisiknya bahwa TB adalah seorang gay. Hal ini dikarenakan secara fisik TB terlihat sama seperti pria normal
pada umumnya. Bahkan TB terlihat sangat kelaki-lakian dengan warna kulit agak gelap, berbadan tinggi dan tegap, kumis dan jenggotnya yang khas, wajahnya yang
cukup tampan, rambutnya yang hitam lebat, bulu tangan dan bulu kakinya yang lebat. Ciri-ciri fisik yang dimiliki oleh TB ini tentunya menambah pesona kejantanan atau
membuat TB terlihat lebih macho dibandingkan dengan pria lain, dan pastinya juga banyak pria lain yang merasa iri melihat bentuk fisik TB yang bisa dikatakan cukup
Universitas Sumatera Utara
ideal untuk ukuran kaum adam. Sejak masa kanak-kanak hingga saat ini, perawakan TB secara fisik memang cukup menarik dan lebih menonjol dibandingkan dengan
teman-teman sebaya dan sepermainannya ketika berada di kota kelahirannya. TB dilahirkan dan dibesarkan di Kota Kisaran sebagai anak kedua dari tiga
orang bersaudara. Anak pertama atau yang sulung adalah laki-laki dan anak ketiga atau yang bungsu adalah perempuan. TB dan kedua saudaranya dibesarkan dalam
keluarga yang secara ekonomi dapat dikatakan lebih dari cukup. Ayahnya bekerja sebagai seorang guru di salah satu Sekolah Menengah Atas Negeri SMAN yang ada
di kota itu, sementara ibunya bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil PNS di salah satu instansi pemerintahan yang ada di Kota Kisaran. Semasa kecilnya TB adalah
anak yang cukup baik kepada kedua orangtuanya dan kedua saudaranya. TB tidak pernah melakukan hal-hal yang menambah pikiran dan beban bagi kedua
orangtuanya. TB cukup patuh dan menghargai setiap nasehat yang diberikan oleh kedua orangtuanya. Begitu pula dengan kedua saudaranya, TB adalah adik dan
sekaligus abang yang cukup berarti bagi kedua saudaranya. Sebagai anak yang baik, TB dan kedua saudaranya menjadi harta yang tidak ternilai bagi kedua orangtua
mereka. Hal ini dikarenakan TB dan kedua saudaranya adalah pribadi yang saling menguatkan dan kompak dalam segala hal. Tidak pernah ada rasa iri, benci maupun
persaingan yang tidak sehat di antara mereka sesama saudara. Hal ini karena kedua orangtua mereka cukup bijak dalam menyikapi setiap situasi dan keadaan yang
sedang dihadapi oleh TB dan kedua saudaranya, misalnya dengan memberikan perhatian yang sama, memberikan kasih sayang yang sama, tidak menganak emaskan
Universitas Sumatera Utara
atau mengistimewakan salah satu di antara mereka dan yang pasti kedua orangtua mereka bersikap adil dalam segala hal terhadap TB dan kedua saudaranya.
TB dan kedua saudaranya juga merupakan anak-anak yang membanggakan bagi kedua orangtua mereka. Orangtua mereka bangga karena memiliki tiga orang
anak yang pintar dan mandiri. TB dan kedua saudaranya selalu masuk peringkat atau ranking sepuluh besar di sekolah mereka, mulai dari SD, SMP hingga SMA. Berkat
kepintaran mereka, tidak jarang TB dan kedua saudaranya mendapatkan beasiswa baik dari sekolah maupun dari pemerintah. Dengan demikian mereka dapat
membayar uang sekolah sendiri tanpa harus membebani kedua orangtua mereka. Hal inilah yang membuat kedua orangtua mereka bangga karena sejak kecil TB dan
kedua saudaranya sudah mampu meringankan beban orangtua mereka dalam hal membayar uang sekolah dan yang paling utama adalah karena TB dan kedua
saudaranya merupakan anak-anak yang berprestasi. Terjerumusnya TB dalam dunia gay ternyata disebabkan oleh pengalaman
pahit dan traumatik yang dialaminya pada masa kanak-kanak. Pada saat itu TB mengalami tindak kekerasan seksual yang dilakukan oleh paman kandungnya sendiri
adik kandung ibunya. Hal ini bermula ketika pamannya sedang liburan ke Kota Kisaran selama dua minggu dan sudah tentu menginap di rumah kakak kandungnya
ibu TB. Pada saat itu TB masih duduk di kelas empat sekolah dasar. Kejadiannya ketika TB dan kedua saudaranya pulang dari sekolah. Seperti biasanya setelah pulang
dari sekolah TB dan kedua saudaranya mengganti pakaian sekolah dengan pakaian biasa. Setelah itu mereka makan siang berempat bersama dengan paman mereka.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan ayah dan ibu mereka tentunya makan siang di kantor. Begitulah kebiasaan TB dan kedua saudaranya sehari-hari setelah pulang dari sekolah. Hal ini tentunya
atas perintah dari kedua orangtua mereka. Setelah makan siang mereka biasanya tidur siang. Namun TB paling tidak suka dengan yang namanya tidur siang. TB biasanya
menghabiskan waktunya dengan menonton televisi bila abang dan adiknya sedang tidur siang atau dengan mencari kegiatan apa saja yang bisa dilakukan, misalnya
dengan membaca buku, bermain mobil-mobilan dan bermain gasing sendiri. Pada saat TB sedang menonton televisi dan kedua saudaranya sedang tidur,
pamannya mengajak TB masuk ke dalam kamar dan kemudian menyuruh TB untuk memegang alat kelamin pamannya itu. Awalnya TB tidak mau, namun karena
diiming-imingi akan diberikan uang maka TB menuruti saja kemauan pamannya itu. Setelah TB memegang alat kelamin pamannya itu kemudian pamannya menyuruh TB
untuk menghisap alat kelamin pamannya. TB pun dengan polosnya mengikuti saja kemauan pamannya itu. Tidak selesai sampai di situ kemudian pamannya menyuruh
TB untuk menungging dan membuka celananya. TB juga menuruti keinginan pamannya itu. Kemudian pamannya mengeluarkan alat kelaminnya dan berusaha
memasukkannya ke dalam anus TB. Spontan saja TB mengerang kesakitan dan kemudian dengan cepat berdiri. Melihat reaksi dari TB akhirnya pamannya itu
membatalkan niatnya dan menyuruh TB untuk memakai kembali celananya sembari memberi uang senilai Rp. 5.000,- dan membujuk TB untuk tidak memberitahukan
kejadian itu kepada kedua orangtuanya dan juga kedua saudaranya. Tentu saja saat itu TB mengerang kesakitan karena anusnya yang memang ukuran anus anak-anak
Universitas Sumatera Utara
harus dimasuki oleh alat kelamin pria dewasa. Hal ini seperti yang diceritakan oleh TB kepada peneliti :
“….Waktu itu aku disuruh sama omku megangin kemaluannya, trus disuruh lagi aku ngisap kemaluannya
itu. Yang lebih parahnya lagi aku disuruh nungging sama buka celana. Habis itu dikeluarkannya kemaluaannya dari
celananya trus dimasukkannya ke lubang anusku. Spontan ajalah aku teriak. Langsung berdiri aku. Sakit kali
pulaknya. Anusku kecil, sempit lagi. Namanya anus anak- anak. Kemaluannya besar. Ya sakitlah….”.
Berdasarkan hasil percakapan personal, September 2011
Berulang kali TB diperlakukan dengan tidak senonoh oleh pamannya itu selama berlibur dua minggu di rumah TB. Kejadian itu selalu dilakukan oleh
pamannya di kamar pada siang hari ketika abang dan adik TB sedang tidur siang. Namun tidak pernah sekalipun TB memberitahukan peristiwa tersebut kepada ibunya
maupun ayahnya sampai dengan saat ini. Alasannya adalah karena TB tidak berani, malu dan tidak ingin keluarga besarnya ribut karena kejadian yang dilakukan oleh
pamannya terhadap dirinya adalah aib yang sangat memalukan. TB dengan sangat rapat menyembunyikan peristiwa yang menjadi sebab awal dari perubahan orientasi
seksualnya di kemudian hari nantinya. Awalnya TB tidak menyadari bahwa pelecehan dan kekerasan seksual yang dilakukan oleh pamannya itu berdampak pada
perkembangan psikologis TB sendiri hingga pada akhirnya peristiwa itu menjadi pengalaman traumatik yang sulit untuk dilupakan oleh TB dan tanpa disadarinya
menjadi titik awal pada perubahan orientasi seksualnya dari seorang heteroseksual menjadi seorang homoseksual.
Universitas Sumatera Utara
Dalam perjalanan waktu dari hari ke hari, bulan ke bulan dan tahun ke tahun, pengalaman pahit akan kekerasan seksual yang dialaminya selalu menghantui dan
membayangi hidupnya. Sampai pada saat TB duduk di bangku kelas dua SMA, kejadian yang dialaminya pada masa kanak-kanak itu begitu jelas tergambar dalam
ingatannya dan mendorong niatnya untuk melakukan kembali hal seperti itu juga kepada laki-laki yang lain. Keinginannya itupun akhirnya terwujud ketika TB
menginap di rumah seorang temannya yang kemudian menjadi kekasih hatinya sampai saat ini. Kejadiannya dimulai ketika pada awalnya TB dan temannya itu
menonton film dewasa alias BF Blue Film di rumah temannya itu. Situasi rumah temannya itu memang sedang sepi karena ditinggal orangtuanya ke luar kota. Dengan
demikian TB dan temannya itu dengan leluasa dan bebas menikmati film dewasa itu. Tanpa disadari libido TB dan temannya itu semakin naik karena menonton
film dewasa tadi dan butuh penyaluran untuk melampiaskan nafsu seksual mereka. Akhirnya tanpa rasa malu satu dengan yang lainnya, TB dan temannya itu melakukan
onani secara bersama-sama. Bahkan yang lebih gilanya lagi TB mengonani kemaluan temannya itu. Bukannya merasa risih atau jijik, temannya itu malah menikmati apa
yang dilakukan oleh TB padanya bahkan membalas kembali perlakuan TB dengan mengonani kemaluan TB. Mulai malam itu, TB dan temannya itu semakin ketagihan
melakukan hubungan seksual sesama jenis bahkan hampir setiap malam mereka melakukannya. Tanpa mereka sadari hubungan seksual sesama jenis yang mereka
lakukan selama ini yang hanya bertujuan untuk menyalurkan hasrat seksual saja ternyata telah berubah menjadi hubungan asmara yang melibatkan hati mereka
Universitas Sumatera Utara
masing-masing. Akhirnya mereka pun memutuskan untuk menjalin hubungan asmara dalam ikatan berpacaran.
Masa-masa awal mereka berpacaran, hubungan seksual yang mereka lakukan hanya sebatas pada mengonani kemaluan sesama pasangan saja. Namun lambat laun
berubah menjadi oral seks kemudian anal seks. Hal itu tentunya mereka lakukan atas dasar cinta dan nafsu ala kaum gay. Namun bila rasa cemburu sudah datang
menghampiri maka TB bisa menjadi manusia yang sangat brutal di atas ranjang. TB mengakui sudah dua kali melakukan kekerasan seksual kepada pasangannya itu. Hal
itu dilakukan TB karena melihat sang kekasih pujaan hatinya itu sedang bertelepon mesra dengan laki-laki lain. Spontan saja TB mengamuk kemudian mengambil dan
membanting hand phone milik kekasihnya itu sampai pecah berserakan di lantai. Tidak cukup sampai di situ, TB pun mengangkat kekasihnya itu ke dalam kamar dan
membantingnya ke atas ranjang kemudian menelanjangi kekasihnya itu. TB pun dengan segera mengambil pulpen sebanyak dua buah dan memasukkan dua buah
pulpen itu secara bersamaan dengan kasar ke lubang anus atau dubur kekasihnya itu sampai kekasihnya itu mengerang kesakitan. Bukan hanya itu saja, TB dengan gelap
matanya mengeluarmasukkan dua buah pulpen itu secara bersamaan ke lubang anus kekasihnya itu sampai lubang anus kekasihnya itu lecet. Bentuk fisik TB yang cukup
ideal bagi laki-laki yaitu berbadan tegap dan tinggi tentunya sangat sulit bagi kekasih TB yang berperawakan pendek dan lumayan kurus untuk melakukan perlawanan.
Hingga akhirnya TB dengan leluasa melakukan kebrutalannya kepada kekasihnya itu atas dasar cemburu.
Universitas Sumatera Utara
Setelah melihat keadaan kekasihnya itu barulah TB berhenti melakukan aksi brutalnya itu dan kemudian mengelus pipi kekasihnya itu sambil meminta maaf.
Setelah itu TB dengan perasaan bersalahnya kemudian mengajak kekasihnya itu untuk melakukan hubungan seksual dengan lembut dan penuh cinta ala kaum gay.
Setelah melakukan hubungan seksual TB kembali meminta maaf kepada kekasihnya itu dengan tulus sambil berurai air mata. Sebenarnya TB bukanlah seorang seks
maniak atau gay yang suka melakukan kekerasan seksual. TB melakukan kekerasan seksual itu semata-mata hanya karena rasa cemburunya. TB tidak ingin kekasih
hatinya itu berpaling dari dirinya. TB sangat mencintai kekasihnya itu dan tidak ingin kekasihnya itu pergi meninggalkannya dan menjalin hubungan dengan laki-laki lain.
TB sendiri mengakui bahwa dia memiliki rasa cemburu yang cukup tinggi dan saat ini TB berusaha untuk menekan rasa cemburunya yang berlebihan kepada pasangan
gaynya, karena rasa cemburunya itu sering menyulut pertengkaran besar di antara TB dan pasangan gaynya itu. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh TB kepada peneliti,
yaitu : “….Terkadang rasa cemburuku itu yang membuat aku
gelap mata mau ngasarin dia. Gak sanggup rasaku kalo dia mesra kali telpon-telponan ma laki-laki lain. Gak mau
aku kalo dia lari sama laki-laki lain. Nyesal kali loh pas ngeliat lubang anusnya itu lecet. Kasihan aku liat dia. Aku
aja pun gak nyangka bisa sekasar itu sama dia padahal yang sayangan awak sama dia. Itulah kalo sudah datang
hantu cemburu itu, gak main lagi akal sehat. Bukannya ada tampang-tampangku orang jahat atau mau maen kasar
gitu, tapi itulah yang terjadi….”.
Berdasarkan hasil percakapan personal, September 2011
Universitas Sumatera Utara
Kekerasan seksual yang dilakukan oleh TB kepada pasangan gaynya itu sudah dua kali terjadi. Pertama kali TB melakukannya ketika mereka masih duduk di kelas
tiga SMA di Kota Kisaran, sedangkan yang kedua kalinya dilakukan setelah mereka melanjutkan pendidikannya di salah satu perguruan tinggi negeri yang ada di Kota
Medan. TB dan pasangan gaynya itu memang diterima di salah satu perguruan tinggi negeri yang ada di Kota Medan setelah mengikuti Seleksi Penerimaan Mahasiswa
Baru SPMB. Dengan demikian hubungan asmara di antara mereka tetap terjalin. Sekarang TB sudah mulai membenahi perilakunya yang kasar kepada pasangan
gaynya itu. TB sadar bahwa rasa cemburunya yang terlalu tinggi sering membuat dirinya lupa diri sehingga pertengkaran di antara mereka sering terjadi bahkan sampai
dua kali TB melakukan kekerasan seksual kepada pasangan gaynya itu. TB sudah berjanji kepada pasangan gaynya itu untuk tidak melakukan kekerasan seksual lagi.
TB berusaha untuk menahan diri dari amarahnya bila antara dirinya dan pasangan gaynya terjadi masalah agar tidak berujung pada pertengkaran yang besar.
Orientasi seksual TB yang menyimpang dari norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat ini, tidak pernah diketahui oleh kedua orangtuanya dan
kedua orang saudaranya. Dengan sangat berhati-hati dan cukup rapi, TB menyembunyikan keberadaan dirinya sebagai seorang gay dari keluarganya. TB tidak
menginginkan keluarganya mengetahui rahasia hidupnya ini karena hal ini bisa berakibat pada terpukulnya keluarganya terutama kedua orangtuanya yang selama ini
bangga pada ketiga orang anaknya. TB tidak sanggup melihat kekecewaan yang besar pada keluarganya bila mengetahui dirinya adalah seorang gay. Oleh sebab itu TB
Universitas Sumatera Utara
berusaha untuk menutupi orientasi seksualnya itu sampai saat ini. TB sendiri berharap suatu saat dirinya bisa berubah menjadi laki-laki normal pada umumnya. TB tidak
ingin dirinya terjerumus dalam dunia gay ini untuk selamanya. Dia juga menginginkan dirinya bisa menikmati masa depannya dengan membina keluarga
yang seutuhnya dimana ada isteri dan anak-anaknya. Namun itu adalah impian dan harapan TB di masa depan karena saat ini TB masih menikmati keberadaan dirinya
sebagai seorang gay yang sedang menjalin hubungan asmara dengan pasangan gaynya.
5.4 JP Gay Kelas Atas yang Pernah Mengalami Kekerasan Seksual dari Pasangan Gaynya