Pola Hubungan, Identitas Diri dan Perilaku Seksual Gay .1 Pola Hubungan Gay

biasanya gay lebih memilih menjalin hubungan tetap dengan pasangan sesama jenisnya. 6.3 Pola Hubungan, Identitas Diri dan Perilaku Seksual Gay 6.3.1 Pola Hubungan Gay Seorang gay mempunyai fisik layaknya laki-laki normal atau heteroseksual pada umumnya. Walaupun terkadang mereka berdandan seperti perempuan, tetapi identitas diri mereka tetap mereka akui sebagai laki-laki. Bukan seperti waria yang merasa terjebak dalam tubuh yang salah atau dalam tubuh laki-laki. Sehingga bisa dikatakan bahwa pola hubungan feminim – maskulin juga dimiliki oleh pasangan homoseksual terlebih lagi pada kaum gay. Secara terminologinya saja dapat kita temukan pada pembagian klasifikasi identitas yang mereka miliki, yaitu gay feminim dan gay maskulin. Namun klasifikasi ini terlepas dari pola hubungan seksual karena ini hanya sebatas pada segi fisik. Dikatakan terlepas dari pola hubungan seksual karena belum tentu yang dikategorikan sebagai gay feminim mempunyai pola hubungan seksual bottom bentuk hubungan seksual dimana seorang gay hanya bisa disodomi, bisa jadi top bentuk hubungan seksual dimana seorang gay hanya bisa menyodomi dan tidak mau disodomi atau bisa juga fire style bentuk hubungan seksual dimana seorang gay mampu menyodomi dan mau disodomi. Jadi dapat dikatakan bahwa hubungan feminim – maskulin pada gay melebur dalam wilayah seksualitas. Universitas Sumatera Utara Bagi kaum gay berdandan bukan berarti ingin menjadi seorang perempuan, namun hanya untuk mencari pasangan dalam berhubungan seksual karena ada kalanya memang seorang gay tidak menginginkan berhubungan seksual dengan sesama gay tetapi dengan laki-laki normal. Dalam kehidupan sehari-hari kaum gay tetap bersikap layaknya seorang laki-laki dan mengaku secara tegas beridentitas sebagai laki-laki. Kaum gay pada dasarnya tetap menganggap dirinya sebagai laki- laki, tetapi yang perlu digarisbawahi sekali lagi bahwa belum tentu yang dikatakan laki-laki selalu bersifat maskulin. Walaupun dia gay maskulin belum tentu dia tidak pernah berdandan seperti perempuan. Mayoritas gay pernah berdandan seperti perempuan dalam acara-acara tertentu dalam komunitas mereka walaupun tidak berlebihan. Memang gay feminim dalam berdandan lebih kentara dan intensitasnya lebih sering. Kalau gay maskulin dorongan berdandan hanya sebagai keinginan sesekali saja dan tidak untuk mencari pasangan. Pandangan bahwa kaum gay merupakan pencitraan dari seorang perempuan atau feminim, karena kalau dilihat secara keseluruhan bila mereka sudah bertemu dengan sesama gay yang awalnya terlihat sangat maskulin tiba-tiba nada bicaranya bisa berubah menjadi lembut dan agak kemayu. Dilihat dari postur tubuh seorang laki-laki dari cara berdandan juga berlebihan. Pandangan seperti itu bisa mempengaruhi seorang gay dalam menentukan pasangan seksual. Jadi pola hubungan feminim – maskulin juga terdapat pada kaum gay. Identitas gay sebagai laki-laki belum tentu mencerminkan maskulinitas tetapi lebih condong pada feminimitas terutama pada perilaku yang ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari terkecuali pada Universitas Sumatera Utara pola hubungan seksualitas, karena hubungan feminim – maskulin melebur ketika dalam hubungan seksual. Pola hubungan gay pada keenam informan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4 Pola Hubungan Gay No. Nama Bentuk Identitas Pola Hubungan Seksual 1. JS Gay feminim Top 2. AA Gay maskulin Top 3. TB Gay maskulin Fire style 4. JP Gay feminim Fire style 5. GA Gay feminim Bottom 6. FH Gay maskulin Bottom

6.3.2 Identitas Diri Gay

Identitas diri sebagai seorang gay adalah pilihan hidup seorang individu. Tentunya pilihan hidup menjadi seorang gay melahirkan pro dan kontra di tengah- tengah masyarakat. Ada yang menerima sebagai bentuk rasa menghargai dan tidak sedikit yang menolak karena dianggap sebagai penyimpangan sosial yang berdampak pada terjadinya degradasi moral. Pandangan masyarakat terhadap gay inilah yang memunculkan identitas baru bagi gay, yaitu gay open terbuka dan gay hidden Universitas Sumatera Utara tertutuptersembunyi. Gay open adalah gay yang terbuka yang berarti bahwa dia sudah membuka diri mengenai identitas dirinya sebagai seorang gay kepada orang- orang terdekat, seperti kepada teman sesama gay sendiri, keluarga dan teman-teman dekat yang bisa dipercayainya. Ada juga gay open yang mengungkapkan identitas dirinya sebagai seorang gay kepada masyarakat luas dengan tujuan agar lebih bebas untuk menjalankan kehidupannya sebagai seorang gay dengan segala konsekuensinya. Namun masih sedikit gay yang berterus terang kepada masyarakat luas kalaupun mereka merupakan gay open. Sebaliknya gay hidden adalah gay yang menutup diri dari orang-orang terdekatnya dan masyarakat umum. Biasanya gay hidden memutuskan untuk menutup identitas dirinya sebagai seorang gay dengan alasan tanggung jawab sosial, pekerjaan dan tidak siap jika harus kehilangan sesuatu yang selama ini dia miliki. Gay hidden pada umumnya adalah gay yang mempunyai profesi yang menuntut akan tanggung jawab sosial yang tinggi, seperti dokter, pejabat, pengusaha maupun publik figur. Gay hidden biasanya mencari pasangan untuk melakukan hubungan seksual melalui chatting di internet. Baik gay open maupun gay hidden, keduanya sama-sama mempertahankan identitas dirinya sebagai seorang gay. Sebenarnya laki-laki yang sudah memutuskan untuk menjadi seorang gay menyadari bahwa dirinya dipandang masyarakat sebagai laki-laki yang gagal. Mereka tahu kadang mereka dikucilkan, cenderung untuk mendapatkan perawatan dari psikiater. Seringkali mereka dicemooh oleh kolega-kolega dan menjadi bahan pembicaraan atau ejekan. Sehingga untuk melakukan pertahanan, salah satunya Universitas Sumatera Utara adalah dengan cara tidak menonjolkan diri yaitu dengan menutup identitas dirinya sebagai seorang gay gay hidden. Hanya sedikit diantaranya yang mau mengungkapkan identitas diri sebagai seorang gay kepada keluarga atau kolega- koleganya gay open.

6.3.3 Perilaku Seksual Gay

Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis. Bentuk-bentuk perilaku ini dapat beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, bercumbu dan bersenggama. Perilaku seksual pada gay dapat diartikan sebagai aktivitas yang kompleks dan tidak hanya terbatas pada melepaskan ketegangan melalui orgasme. Secara garis besar perilaku seksual pada gay digolongkan sebagai perilaku seksual yang menyimpang. Perilaku seksual yang menyimpang memiliki makna perilaku yang cenderung merugikan diri sendiri dan orang lain, dilakukan kepada sesama jenis dan tidak diakui masyarakat. Berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan maka peneliti dapat mendeskripsikan bentuk perilaku seksual pada gay, yaitu : 1. Hubungan seksual, meliputi : 1. Oral seks, yaitu hubungan seksual dengan melakukan rangsangan seksual melalui mulut pada alat kelamin pasangan. 2. Anal seks, yaitu hubungan seksual yang dilakukan dengan memasukkan penis ke dalam anus pasangan. Universitas Sumatera Utara 2. Selain hubungan seksual, meliputi : berpegangan atau bergandengan tangan, berpelukan, berciuman, bercumbu, petting bercumbu berat, membelai, meraba dan masturbasi onani. Hal di atas dapat dilihat dari perilaku seksual yang dilakukan oleh keenam informan dalam penelitian ini melalui tabel di bawah ini : Tabel 5 Perilaku Seksual Gay No. Nama Usia Perilaku Seksual 1. JS 53 tahun Anal seks, oral seks, berpegangan tangan, berpelukan, berciuman, bercumbu, petting, membelai, meraba dan onani. 2. AA 24 tahun Anal seks, oral seks, berpegangan tangan, berpelukan, berciuman, bercumbu, petting, membelai, meraba dan onani. 3. TB 22 tahun Anal seks, oral seks, berpegangan tangan, berpelukan, berciuman, bercumbu, petting, membelai, meraba dan onani. 4. JP 26 tahun Anal seks, oral seks, berpegangan tangan, berpelukan, berciuman, bercumbu, petting, membelai, meraba dan onani. 5. GA 25 tahun Oral seks, berpegangan tangan, berpelukan, berciuman, bercumbu, petting, membelai, meraba dan onani. 6. FH 22 tahun Oral seks, berpegangan tangan, berpelukan, berciuman, bercumbu, petting, membelai, meraba dan onani. Universitas Sumatera Utara Perilaku seksual pada gay juga merupakan perilaku seksual yang sangat beresiko untuk tertular berbagai penyakit seksual seperti HIVAIDS. Resiko tertular penyakit seksual ini kerap kali terjadi dikarenakan tidak melakukan hubungan seksual sesama jenis yang aman atau sering disebut dengan istilah savety sex, yaitu menggunakan pengaman atau kondom dalam melakukan hubungan seksual. Perilaku seksual yang sangat beresiko tinggi pada gay dan dapat mengganggu kesehatan fisik atau biologis bahkan menyebabkan kematian pada gay adalah melakukan hubungan seksual bebas atau berganti-ganti pasangan gay bahkan dengan orang yang tidak dikenal sama sekali, melakukan hubungan seksual yang tidak aman seperti yang telah dipaparkan di atas, yaitu tidak menggunakan kondom pada saat melakukan hubungan seksual serta tidak mengetahui diagnosa atau status kesehatan seksual HIVAIDS dan penyakit kelamin pasangan main atau pasangan gay. Di bawah ini adalah penuturan keenam informan terkait dengan perilaku seksual pada gay yang beresiko tertular penyakit seksual seperti HIVAIDS : “….Safety sex itu penting banget biar gak ketularan sama penyakit HIV, apalagi penyakit AIDS. Karena kalo kita kan pasti rentan kena HIVAIDS. Makanya hati-hati kalo mau ML. jangan lupa pake kondom….”. JS, berdasarkan hasil percakapan personal, Agustus 2011 “….Kalo tiap kali ML pasti aku make kondom biar gak ketularan virus HIV. Lagian sampe sekarang aku masih setia kok sama pasangan aku. Kalo mau ML aku Cuma mau sama boy friend aku aja. Gak suka gonta-ganti pasangan. Takut ntar sama akibatnya. Hanya karna kenikmatan sesaat jadi mati gara-gara AIDS….” AA, berdasarkan hasil percakapan personal, September 2011 Universitas Sumatera Utara “….Supaya gak kena HIVAIDS, aku selalu pake kondom kalo lagi ML sama boy friendku. Jaga-jaga kan lebih baik. Karna kalo gak pake kondom, virus HIV itu lebih cepat nularnya lho….”. TB, berdasarkan hasil percakapan personal, September 2011 “….Aku ML hanya sama boy friendku saja, gak mau sama yang lain. Itupun harus pake kondom. Karna kalo gk pake kondom trus sering gonta-ganti pasangan kan terlalu tinggi resikonya kena penyakit AIDS. Kalo kita sayang sama pasangan kita ya harus saling menjaga dong. Kalo aku lebih memilih yang savety lah tentunya….”. JP, berdasarkan hasil percakapan personal, Agustus 2011 “….Aku kan bot, jadi tentunya aku yang disodomi. Kalo mau ML aku nyuruh pasanganku supaya pake kondom. Biarpun aku sering ML ma banyak laki-laki tapi aku tetap melakukan savety sex. Takut juga kalo tiba-tiba kena HIV trus kena AIDS lagi. Gak kebayang lah pokoknya….”. GA, berdasarkan hasil percakapan personal, September 2011 “….Kalo mau ML ya harus pake kondom lah biar aman. Apalagi kaum gay sudah banyak yang kena HIVAIDS karena tidak mau pake kondom. Kalo gak pake kondom aku gak bakalan mau soalnya takut….”. FH, berdasarkan hasil percakapan personal, Oktober 2011 Universitas Sumatera Utara

6.4 Hubungan Pacaran pada Gay