6.4 Hubungan Pacaran pada Gay
Pada dasarnya hubungan pacaran merupakan sarana untuk semakin mengenal pasangan, berinteraksi dengan pasangan, belajar mengenai apa yang disukai dan tidak
disukai pasangan dan semakin diterima oleh pasangan. Setiap individu yang terlibat dalam suatu hubungan pacaran atau percintaan mempunyai harapan agar hubungan
tersebut dapat bertahan lama dan terjaga dengan baik. Dalam dunia gay, pacaran juga merupakan aktifitas yang tetap dilakukan. Pacaran tidak memandang orientasi seksual
seseorang. Pacaran adalah saat dimana suatu hubungan romantis dibangun dan dialami. Pacaran memberikan beberapa fungsi yang penting, seperti hiburan, rekreasi
dan sosialisasi, yang akan menggiring seseorang kepada makna dari sebuah hubungan. Jatuh cinta merupakan faktor yang penting dalam menolong seorang gay
untuk merasa nyaman dengan identitas dirinya sendiri. Adanya pacaran pada gay akan membantu seorang gay dalam pemilihan identitas diri sebagai seorang gay dan
membuat gay merasa lebih lengkap sebagai seorang gay. Gay yang memiliki pacar akan memiliki harga diri yang lebih tinggi dan penerimaan diri yang lebih tinggi
dalam kelompok atau komunitas gay.
Aktifitas pacaran yang dilakukan oleh pasangan gay tidak jauh berbeda dengan pacaran yang dilakukan oleh pasangan heteroseksual. Hal yang membedakan
hanyalah penerimaan lingkungan terhadap hubungan tersebut. Pacaran pada pasangan heteroseksual dapat ditunjukkan atau diberitahukan kepada lingkungan tanpa adanya
rasa takut dan malu. Berbeda halnya dengan pasangan gay, mereka lebih memilih
Universitas Sumatera Utara
untuk menyembunyikan hubungan yang mereka jalani dari lingkungannya. Beberapa lingkungan masyarakat masih menolak keberadaan kaum gay. Di Indonesia secara
formal ada stigma terhadap perilaku homoseksual yang mengharamkan hubungan sesama jenis. Masyarakat Indonesia secara umum masih berpijak pada budaya timur
yang masih sulit menerima keberadaan homoseksual. Kondisi penerimaan lingkungan terhadap hubungan gay menyebabkan hubungan yang dijalani dilakukan secara
sembunyi-sembunyi. Alasan ketakutan ketahuan oleh masyarakat, terutama di tempat kerja, sekolah, kuliah dan di tempat tinggal menjadi beban pacaran pada gay.
Seperti halnya pada pasangan heteroseksual, hubungan pacaran pada pasangan
gay juga tentunya menemukan berbagai hal yang menjadi faktor penghalang antara keduanya dalam menciptakan hubungan yang harmonis. Salah satunya adalah dengan
munculnya kecemburuan pada pasangan. Kecemburuan bukanlah suatu emosi yang sederhana. Pada dasarnya kecemburuan yang timbul adalah merupakan ketakutan
akan kehilangan sesuatu atau seseorang dari suatu hubungan yang bermakna terhadap rival atau saingannya. Kecemburuan pada gay semakin memuncak ketika mereka
dihadapkan pada rival atau saingan mereka. Hal ini dikarenakan gay memiliki jumlah yang terbatas dalam pemilihan pasangan. Sulitnya untuk menemukan pasangan
tersebut berhubungan dengan jumlah gay yang ada jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah pria heteroseksual yang ada. Jumlah gay yang sangat sedikit
dibandingkan dengan pria heteroseksual membuat para gay harus bekerja keras dalam mempertahankan dan menjaga hubungan mereka dengan baik. Gay juga lebih sulit
menemukan pacar dan mengembangkan hubungan seksualitas mereka karena stigma
Universitas Sumatera Utara
mengenai gay dan tidak mudah menentukan pria mana yang memiliki potensi menjadi pasangan mereka. Sehingga kecemburuan yang dirasakan oleh pasangan gay
lebih besar daripada pasangan heteroseksual dan bahkan mungkin memunculkan perilaku yang tidak lazim dalam mengatasi kecemburuan mereka. Salah satunya
adalah dengan melakukan kekerasan seksual kepada pasangan mereka karena rasa cemburu. Hal ini terlihat sama dengan pengalaman kekerasan seksual yang dilakukan
oleh informan TB kepada pasangan gaynya dan juga pengalaman kekerasan seksual yang dialami oleh informan JP. Pengalaman kekerasan seksual yang dilakukan dan
dialami oleh kedua informan dalam penelitian ini disebabkan oleh rasa cemburu yang begitu besar, seperti yang diceritakan oleh kedua informan kepada peneliti :
“….Rasa cemburu dalam hubungan berpacaran wajar- wajar saja. Bohong kalo misalnya gak cemburu liat pacar
kita mesra-mesraan dengan orang lain. Kalo aku gak cemburu brarti aku gak sayang ma dia. Cuma mungkin
waktu itu aku gak bisa ngontrol emosiku yang meluap-luap karna terbakar api cemburu sampai-sampai aku gak sadar
lagi sudah berlaku sangat kasar sama pasanganku. Sebenarnya aku nyesal kali dan sampe saat ini aku masih
sayang ma dia walopun kami dah putus….”.
TB, berdasarkan hasil percakapan personal, September 2011
“….Cemburu bisa-bisa saja, namanya bumbu-bumbu dalam percintaan. Tapi kalo udah maen fisik gara-gara
cemburu, buat aku itu sudah gak masuk akal. Gak punya otaklah. Memang sih itu salah aku waktu itu slalu
bandingin dia ma mantan aku. Tapi gak nyangka dia sampe sekasar sama sebrutal itu. Benar-benar bukan manusia lagi
aku waktu itu dibuatnya, sudah kayak binatang aku dibuatnya waktu itu. Trauma kali lah kalo ngingat kejadian
itu. Disiksa sama pacar sendiri….”.
JP, berdasarkan hasil observasi partisipasi, Agustus 2011
Universitas Sumatera Utara
Kaum gay di Indonesia masih merupakan kaum minoritas. Rendahnya populasi kaum gay menyebabkan rasa cemburu dan posesif menjadi sifat dasar kaum
gay saat menjalin hubungan dengan sesamanya. Mereka akan sangat marah jika pasangannya terlihat berkencan, bermesraan dan bermain hati dengan gay yang lain.
Hal ini karena kedekatan emosional bahkan hubungan seksual yang dilakukan oleh pasangannya dengan gay yang lain, dirasakan cukup mengancam bagi gay tersebut.
Hubungan yang telah dibangun akan dapat berakhir dikarenakan pasangannya telah jatuh cinta dengan gay yang lain, meskipun tanpa melakukan hubungan seksual
sebelumnya antara pasangannya dengan pihak ketiga tersebut. Tingkat kecemburuan yang tinggi pada kaum gay inilah yang sering mengakibatkan mereka menjadi lebih
posesif pada pasangan gay mereka bahkan sampai melakukan tindakan-tindakan kekerasan.
6.5 Kekerasan Seksual pada Gay