Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Keberadaan gay, lesbian dan biseksual di dunia ini sebenarnya sudah ada sejak lama termasuk di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Namun beberapa tahun terakhir ini keberadaan gay menjadi sorotan berbagai media di dunia dikarenakan berbagai kasus yang melibatkan kaum gay termasuk kekerasan seksual yang dilakukan oleh kaum gay itu sendiri. Salah satunya adalah kekerasan seksual yang dilakukan oleh Pangeran Saudi Saud Abdulaziz bin Nasser al Saud kepada pasangan gaynya Bandar Abdulaziz di United Kingdom atau Inggris sehingga menyebabkan kematian pada bulan Februari tahun 2010. Dalam persidangan kasus ini diketahui bahwa selama kurang lebih 3 - 4 tahun Pangeran Saudi Saud Abdulaziz bin Nasser al Saud memukul Bandar Abdulaziz dengan keras sebelum melakukan hubungan seksual ala kaum gay. Para ahli yang mengikuti persidangan tersebut mengatakan bahwa pemukulan yang dilakukan oleh Pangeran Saudi Saud Abdulaziz bin Nasser al Saud sebelum melakukan hubungan seksual mengandung sebuah “unsur seksual” yang memberikan kepuasan tersendiri kepada si pelaku http:www.abigmessage.co mbahasa-blogpangeran-gay-saudi-E28093-bersalah-karena-kekerasan-yang- menyebabkan-kematian-pada-pasangan-lelakinya-pelayan.html, diakses Selasa 08 Februari 2011, pukul 10.05 WIB. Universitas Sumatera Utara Di Indonesia kasus kekerasan seksual yang dilakukan oleh seorang gay kepada pasangan gaynya juga sering terjadi walaupun belum terbongkar secara vulgar atau terang-terangan ke ranah publik. Namun dalam beberapa media massa seperti internet dan majalah majalah kaum gay yaitu Gaya Nusantara, kasus kekerasan seksual yang dilakukan oleh seorang gay kepada pasangan gaynya sering menjadi berita panas apalagi disertai dengan pengakuan dari beberapa gay yang menjadi korban kekerasan seksual dari pasangan gay mereka. Masih jelas dalam ingatan masyarakat Indonesia ketika terjadi kasus pembunuhan yang dilakukan oleh Veri Idham Henyansyah alias Ryan. Ryan terbukti membunuh bahkan memutilasi Heri Santoso karena merasa cemburu dan tidak senang kepada korban yang menaruh hati pada pacar sesama jenisnya Novel. Ryan memukul Heri dengan besi dan menusuknya dengan pisau kemudian memotong-motong tubuh Heri menjadi tujuh potongan. Hal yang lebih mengejutkan adalah sebelumnya Ryan juga pernah melakukan pembunuhan dan mayat korbannya dikubur di belakang rumahnya. Dari kesebelas korbannya, sembilan orang adalah gay. Selain kasus Ryan, kasus yang juga pernah menggemparkan masyarakat Indonesia adalah kekerasan seksual yang dilakukan oleh tujuh orang polisi Sektor Banda Raya, Banda Aceh pada pasangan gay, yaitu Hartoyo dan Bobby. Pasangan gay ini dipaksa untuk membuka pakaian sampai telanjang, selanjutnya mereka dipukuli. Dengan tubuh penuh luka dan tanpa pakaian, mereka dipaksa untuk melakukan oral, anal seks dan onani. Mereka juga disemprot air dan kepala mereka ikut dikencingi. Bahkan ada salah satu anggota kepolisian yang menodongkan senapan laras panjang pada kemaluan mereka Utomo dalam Buletin DEPORT, 2008. Hal ini tentunya menjadi fakta yang menyatakan bahwa kekerasan Universitas Sumatera Utara seksual yang dilakukan oleh seorang gay kepada pasangan gaynya juga terjadi di tengah-tengah masyarakat kita. Sangat mencengangkan ketika mengetahui fakta bahwa kekerasan seksual bukan saja dilakukan oleh pasangan heteroseksual atau pasangan normal laki-laki dan perempuan tetapi juga dilakukan oleh pasangan homoseksual yang dalam hal ini adalah gay. Jumlah kekerasan seksual yang terjadi pada pasangan gay juga mengalami peningkatan setiap tahunnya. Secara lebih jauh bahkan disebutkan oleh Garbo dalam penelitiannya tahun 1999 bahwa sekitar 45 korban kekerasan seksual berasal dari ras Kaukasian, 17 dari ras Latin, 11 dari ras Afrika-Amerika dan 4 dari Asia. Sedangkan 44 korban kekerasan seksual berusia antara 33 sampai 44 tahun, 21 berusia antara 23 sampai 29 tahun, 12 berusia antara 45 sampai 64 tahun, 4 berusia antara 18 sampai 22 tahun dan 1 berusia di bawah 18 tahun atau di atas 65 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pria yang mengalami kekerasan seksual berasal dari berbagai etnis terutama dari ras Kaukasian dan paling banyak terjadi pada pasangan dewasa madya Garbo, 2000. Salah satu faktor pemicu terbesar terjadinya kekerasan seksual pada pasangan gay adalah saat salah satu pasangannya didiagnosa mengidap HIV. Pengakuan yang diceritakan menciptakan kemarahan kepada gay yang didiagnosa mengidap HIV sehingga kekerasan seksual terjadi. Sisa kasus terjadi karena konflik yang memang biasa terjadi pada pasangan mana saja, termasuk masalah cemburu dan posesif dimana gay dikenal lebih posesif dibandingkan individu heteroseksual Davidson, 1997 dan Spindle, 2003. Universitas Sumatera Utara Kasus kekerasan seksual pada pasangan gay sangat sulit dideteksi. Hal ini dikarenakan ketertutupan mereka dalam menjaga identitas dan orientasi seksual mereka dalam masyarakat. Publik sendiri yang mengetahui hal ini kebanyakan terkejut karena tidak terlintas sedikitpun dalam benak mereka bahwa kekerasan seksual bias terjadi pada pasangan gay Spindle, 2003. Kekerasan seksual yang terjadi pada pasangan gay seringkali mengakibatkan hal yang lebih fatal dibandingkan pada pasangan heteroseksual. Beberapa kasus dilaporkan pernah terjadi dengan melibatkan penggunaan senjata seperti senapan sehingga mengakibatkan luka serius dan bahkan kematian Barnes, 2003. Kekerasan seksual lainnya bisa diakibatkan karena pengkonsumsian alkohol sehingga mengakibatkan pihak agresor mabuk. Kekerasan seksual yang terjadi biasanya adalah pemaksaan hubungan seksual. Kekerasan seksual yang terjadi sangat bervariasi mulai dari pemaksaan ciuman sampai pemaksaan penetrasi. Selain pengkonsumsian alkohol, kekerasan seksual juga bisa terjadi karena pihak agresor menggunakan beberapa taktik, antara lain seperti : 1. ancaman pemutusan hubungan 2. berbohong 3. pemberian janji palsu 4. ancaman penggunaan kekerasan 5. ancaman penggunaan senapan 6. ancaman penggunaan kekerasan fisik Universitas Sumatera Utara Hanya saja karena ketertutupan yang mereka lakukan, maka sangat sulit bagi gay yang mengalami tindak kekerasan seksual untuk meminta pertolongan kepada orang lain. Biasanya reaksi yang tidak mereka harapkan justru terjadi dari orang yang diminta pertolongan saat mengetahui bahwa kekerasan seksual tersebut terjadi dalam konteks hubungan homoseksual yaitu gay Waldner-Haugrud dan Gratch, 1997. Fakta lain yang terjadi adalah bahwa yang menjadi agresor pada saat kekerasan seksual terjadi belum tentu dilakukan oleh gay yang memiliki sifat lebih maskulin. Kadang kala gay yang lebih kecil dan lemah yang justru sanggup melakukannya. Jika seorang lesbian mengalami tindak kekerasan seksual, maka dia bisa mengadu pada kelompok perlindungan wanita. Sebaliknya seorang gay akan mengalami kebingungan karena mereka tidak bisa melakukan hal yang sama ketika mengalami tindak kekerasan seksual tersebut Davidson, 1997. Ada 3 faktor kemungkinan penyebab seseorang menjadi gay http:www.e- psikologi.comepsiKlinis_detail.asp?id=551, diakses Selasa08 Februari 2011, pukul 10.10 WIB. Hal ini sedikit banyaknya mempengaruhi seorang gay untuk melakukan kekerasan seksual kepada pasangan gaynya, yaitu : 1. Biologis Kombinasi atau rangkaian tertentu di dalam genetik seperti susunan kromosom, struktur otak, ketidakseimbangan hormon dan kelainan susunan syaraf diperkirakan mempengaruhi seseorang menjadi gay. Namun faktor biologis yang Universitas Sumatera Utara mempengaruhi seseorang menjadi gay ini masih terus-menerus diteliti dan dikaji lebih lanjut oleh para pakar di bidangnya. 2. Lingkungan Lingkungan diperkirakan turut mempengaruhi seseorang menjadi gay. Faktor lingkungan ini terdiri atas : 1. Budaya Adat Istiadat Pada dasarnya budaya dan adat istiadat yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat tertentu sedikit banyak mempengaruhi pribadi masing-masing orang dalam kelompok masyarakat tersebut. Demikian pula dengan budaya dan adat istiadat yang mengandung unsur homoseksualitas dapat mempengaruhi seseorang menjadi gay. Mulai dari cara berinteraksi dengan lingkungan, nilai-nilai yang dianut, sikap, pandangan maupun pola pemikiran tertentu terutama berkaitan dengan orientasi, tindakan dan identitas seksual seseorang. 2. Pola Asuh Cara mengasuh seorang anak juga dapat mempengaruhi seseorang menjadi gay. Sejak dini seorang anak telah dikenalkan pada identitas mereka sebagai seorang pria atau perempuan. Pengenalan identitas diri ini tidak hanya sebatas pada sebutan namun juga pada makna di balik sebutan pria atau perempuan tersebut, yang meliputi : 1. Kriteria penampilan fisik : pemakaian baju, penataan rambut, perawatan tubuh yang sesuai dan sebagainya. Universitas Sumatera Utara 2. Karakteristik fisik : perbedaan alat kelamin pria dan wanita. Pria pada umumnya memiliki kondisi fisik yang lebih kuat dibandingkan dengan wanita. Pria pada umumnya tertarik dengan kegiatan-kegiatan yang mengandalkan tenaga atau otot kasar sementara wanita pada umumnya lebih tertarik pada kegiatan- kegiatan yang mengandalkan otot halus. 3. Karakteristik sifat : pria pada umumnya lebih menggunakan logika atau pikiran sementara wanita pada umumnya cenderung lebih menggunakan perasaan dan emosi. Pria pada umumnya lebih menyukai kegiatan-kegiatan yang membangkitkan adrenalin, menuntut kekuatan dan kecepatan, sementara wanita lebih menyukai kegiatan-kegiatan yang bersifat halus, menuntut kesabaran dan ketelitian. 4. Karakteristik tuntutan dan harapan : untuk masyarakat yang menganut sistem paternalistik maka tuntutan bagi para pria adalah untuk menjadi kepala keluarga dan bertanggung jawab atas kelangsungan hidup keluarganya. Dengan demikian pria dituntut untuk menjadi figur yang kuat, tegar, tegas, berani, dan siap melindungi yang lebih lemah seperti istri dan anak-anak. Sementara untuk masyarakat yang menganut sistem maternalistik maka berlaku sebaliknya bahwa wanita dituntut untuk menjadi kepala keluarga. Universitas Sumatera Utara 3. Figur orang yang berjenis kelamin sama dan relasinya dengan lawan jenis. Dalam proses pembentukan identitas seksual, seorang anak pertama-tama akan melihat pada orangtua mereka sendiri yang berjenis kelamin sama dengannya. Anak laki-laki melihat pada ayahnya dan anak perempuan melihat pada ibunya. Kemudian mereka juga melihat pada teman bermain yang berjenis kelamin sama dengannya. Homoseksual terbentuk ketika anak-anak ini gagal mengidentifikasi dan mengasimilasi apa, siapa dan bagaimana menjadi dan menjalani peran sesuai dengan identitas seksual mereka berdasarkan nilai-nilai universal pria dan wanita. Kegagalan mengidentifikasi dan mengasimilasi identitas seksual ini dapat dikarenakan figur yang dilihat dan menjadi contoh untuknya tidak memerankan peran identitas seksual mereka sesuai dengan nilai-nilai universal yang berlaku. Misalnya, ibu yang terlalu mendominasi dan ayah yang tidak memiliki ikatan emosional dengan anak-anaknya. Ayah tampil sebagai figur yang lemah dan tidak berdaya atau orang tua yang homoseksual. 4. Kekerasan Seksual dan Pengalaman Traumatik Kekerasan seksual yang dilakukan oleh orang-orang tidak bertanggung jawab terhadap orang lain yang berjenis kelamin sama adalah salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang menjadi gay. Banyak hal yang menyebabkan seseorang melakukan kekerasan seksual semacam ini, antara lain : Universitas Sumatera Utara 1. Hasrat seksual nafsu 2. Fantasi seksual 3. Pelampiasan kemarahan dendam 4. Ajang ngerjain orang, seperti : perpeloncoan dari senior kepada junior, ngerjain teman yang culun dan sebagainya. Pada dasarnya semua orang yang melakukan hubungan seksual terhadap orang lain tanpa adanya persetujuan dari orang tersebut sudah termasuk ke dalam kategori melakukan kekerasan seksual. Bentuk kekerasan seksual yang dilakukan sangat bervariasi. Mulai dari memegang alat kelamin sesama jenis, menginjak-injak, memaksa untuk melakukan sesuatu hal terhadap alat kelaminnya sendiri maupun alat kelamin si pelaku, hingga menggunakan alat-alat tertentu sebagai media dalam melakukan kekerasan seksual. Kekerasan seksual seperti ini menempatkan korban dalam sebuah situasi yang sangat ekstrim, tidak menyenangkan, mengancam jiwa, tidak aman, meresahkan, kacau dan membingungkan. Ini menjadi sebuah pengalaman traumatik dalam diri korban. Pengalaman demikian dapat mengganggu kondisi psikologis korban. Ia berusaha untuk menghindari ingatan mengenai kejadian tersebut yang membuatnya sangat tidak nyaman dan sangat terluka atau sakit. Setiap hal yang memicu ingatannya terhadap kejadian tersebut membuatnya menjadi sangat resah. Kadang muncul rasa marah dan seringkali baik disadari maupun tanpa disadari korban melakukan upaya Universitas Sumatera Utara untuk merusak atau menyakiti dirinya sendiri. Hal ini dinamakan trauma psikologis atau pengalaman traumatik. Pengalaman traumatik tidak hanya terbatas pada mengalami kekerasan seksual. Melihat seseorang yang melakukan kekerasan seksual ataupun melakukan hubungan homoseksual juga dapat menjadi sebuah pengalaman traumatik bagi seseorang. 3. Interaksi antara biologis dan lingkungan Faktor biologis dan lingkungan berkontribusi terhadap orientasi seksual. Lingkungan turut mengambil bagian dan bukan semata-mata pilihan dari seseorang untuk menjadi gay. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan seseorang faktor lingkungan dikombinasikan dengan rangkaian genetik faktor biologis yang mempengaruhi persepsi, maka secara keseluruhan akan menumbuhkan atau membentuk seseorang menjadi gay. Kota Medan sebagai salah satu kota besar di Indonesia yang menuju kota metropolitan terindikasi sebagai salah satu kota yang keberadaan gaynya cukup banyak setelah Surabaya dan Jakarta. Keberadaan gay di Kota Medan tentunya sudah menjadi rahasia umum bagi masyarakat Kota Medan. Hal ini dikarenakan adanya beberapa tempat di Kota Medan yang diidentikkan sebagai tempat berkumpulnya para gay Medan, seperti Jalan Iskandar Muda, Jalan Pelangi, Jalan Garuda, Medan Plaza, Sun Plaza, Hotel Tiara, Warkop Elisabeth, Warkop Harapan, Warkop Panca Budi dan beberapa club malam di Kota Medan, seperti Retro, Tobasa, LG dan Universitas Sumatera Utara sebagainya. Berdasarkan fakta-fakta di atas mengenai kekerasan seksual yang dilakukan oleh seorang gay kepada pasangan gaynya dan juga dikarenakan Medan sebagai salah satu kota besar di Indonesia yang diyakini keberadaan gaynya cukup banyak, maka peneliti tertarik untuk meneliti gay di Kota Medan dari aspek kekerasan seksual.

1.2 Perumusan Masalah Hal yang sangat penting untuk memulai suatu penelitian adalah adanya