3. Pseudohomoseksualitas
Pseudohomoseksualitas lebih bersifat melayani seorang homoseksual karena alasan keuangan maupun memiliki ketergantungan terhadap
seorang homoseksual tersebut. Ketika seorang pria berada dalam tekanan ekonomi dan seorang homoseksual mampu memberikan jaminan
ekonomi kepadanya, maka ia dapat melakukan hubungan homoseksual demi jaminan ekonomi tersebut.
4. Homoseksualitas kecenderungan
Homoseksualitas ini sangat dipengaruhi oleh pembawaan seseorang. Jika seorang pria berada dalam keluarga yang mempunyai banyak anggota
keluarga yang homoseksual, maka ia dapat turut melakukan hubungan homoseksual.
2. Gay
Gay adalah seorang pria atau laki-laki yang memiliki orientasi seksual sesama jenis atau ketertarikan seksual terhadap jenis kelamin yang sama.
Dengan kata lain menyukai pria atau laki-laki secara emosional dan seksual. Gay bukan hanya menyangkut kontak seksual antara seorang laki-laki dengan
laki-laki yang lain tetapi juga menyangkut individu yang memiliki kecenderungan psikologis, emosional dan sosial terhadap laki-laki yang lain.
Gay tetap mengakui identitas jenis kelaminnya sebagai laki-laki, namun orientasi seksualnya ditujukan kepada laki-laki.
Universitas Sumatera Utara
3. Pasangan Gay
Pasangan gay adalah dua orang gay yang menjalin hubungan dalam suatu ikatan emosional dan seksual. Hal ini dikenal dengan istilah “BF Boy
Friend”. Pada kaum gay identitas hubungan seksual sangat penting untuk diketahui karena hal tersebut membantu bagi seorang gay untuk mencari tipe
pasangan yang diinginkan. Perlu diketahui bahwa pola hubungan seksual pada gay mempunyai tiga bentuk, antara lain top, bottom dan fire style. Top
merupakan salah satu bentuk hubungan seksual dimana seorang gay hanya bisa menyodomi dan tidak mau disodomi. Kebalikannya adalah bottom,
dimana seorang gay hanya bisa disodomi dan tidak dapat menyodomi. Untuk pola hubungan seksual kedua-duanya adalah fire style, dimana seorang gay
mampu menyodomi dan bisa disodomi. Ketika seorang gay sudah mengetahui dirinya termasuk fire style, top atau bottom, maka dia akan lebih mudah dalam
mencari pasangannya. Hal ini karena ketika seorang gay mencari pasangan untuk menjalin hubungan baik secara emosional dan seksual biasanya
menanyakan terlebih dahulu calon pasangannya, apakah fire style, top atau bottom.
4. Kekerasan Seksual
Kekerasan seksual adalah kekerasan yang terjadi karena persoalan seksualitas. Kekerasan ini mencakup segala jenis kekerasan seksual baik
kekerasan fisik, kekerasan emosional dan kekerasan verbal yang dilakukan oleh seseorang terhadap pasangannya. Dalam penelitian ini kekerasan seksual
Universitas Sumatera Utara
yang dimaksudkan adalah kekerasan seksual yang dilakukan maupun yang dialami oleh gay. Ada beberapa jenis bentuk-bentuk kekerasan seksual yang
pernah dilakukan oleh gay di seluruh dunia, antara lain : memukul, menendang, menampar, menyulut rokok, memasukkan benda-benda keras ke
dalam dubur atau anus, mencambuk, mencekik leher, menyayat-nyayat kulit dengan silet, menodong senapan, menggigit dan melukai alat kelamin,
pemaksaan hubungan seksual, menarik rambut dengan kasar, mengancam, memaki, meludahi dan lain-lain. Berdasarkan pemaparan di atas, ternyata
kekerasan seksual juga bisa terjadi pada pasangan gay. Memang secara empiris, penelitian-penelitian mengenai masalah ini baru banyak dilakukan di
luar negeri yang juga masih sering terbentur oleh ketertutupan mereka dan tekanan masyarakat yang ada. Suatu studi terbaru menunjukkan bahwa satu
dari lima orang gay mengalami kekerasan seksual yang dilakukan oleh pasangannya, dimana hal ini menunjukkan fakta bahwa kekerasan seksual
yang biasa terjadi pada wanita dalam hubungan atau pasangan heteroseksual juga bisa terjadi pada pasangan gay Spindle, 2003. Sekitar 25 sampai 33
terjadi kekerasan seksual pada pasangan gay Barnes, 2003.
5. Penyimpangan Sosial