AA Gay Kelas Menengah yang Pernah Melakukan Kekerasan Seksual kepada Pasangan Gaynya

5.2 AA Gay Kelas Menengah yang Pernah Melakukan Kekerasan Seksual kepada Pasangan Gaynya

5.2.1 Profil Informan

Inisial nama : AA Usia : 24 tahun Suku : Batak Toba Agama : Kristen Protestan Pendidikan terakhir : Sekolah Menengah Atas SMA Pekerjaan : Simpanan dokter Penghasilanbulan : Rp. 2.500.000,- Kategori informan : gay kelas menengah Kriteria informan : pernah melakukan kekerasan seksual

5.2.2 Life History Informan

AA dilahirkan di Kota Rantau Prapat pada tanggal 14 April 1987. AA dibesarkan dalam keluarga yang cukup sederhana. AA adalah anak ketiga dari lima orang bersaudara, tiga orang laki-laki, yaitu anak pertama, ketiga dan keempat, dan dua orang perempuan, yaitu anak kedua dan kelima. Ayahnya adalah seorang buruh bangunan, sementara ibunya hanya seorang penjual sarapan pagi, seperti lontong, nasi Universitas Sumatera Utara campur, mie, bubur dan kue-kue tradisional. Penghasilan yang diperoleh ayahnya sebagai seorang buruh bangunan dan ibunya sebagai penjual sarapan pagi belum bisa mencukupi kebutuhan kehidupan keluarga AA sesuai dengan standard kebutuhan keluarga yang ideal pada umumnya. Apalagi bila ayahnya sedang tidak ada pekerjaan karena tidak ada bangunan yang dikerjakan, akan sangat terasa kesulitan ekonomi dalam keluarga mereka. Walaupun demikian AA dan keempat orang saudaranya tidak pernah mengeluh kepada kedua orangtua mereka. Mereka sadar dan tahu diri bagaimana keadaan ekonomi keluarga mereka. AA menghabiskan masa kanak-kanaknya dan masa remaja dengan bermain dan bergaul bersama teman-teman sebayanya. Tidak ada yang berbeda dalam diri AA ketika melampaui atau melewati masa-masa itu. Dia bermain dan bergaul dengan teman-teman sebayanya yang laki-laki dan tidak ada sedikitpun perilaku ataupun perbuatannya yang menyimpang dari pergaulan anak laki-laki di kampungnya. AA benar-benar anak laki-laki tulen yang menggemari berbagai macam permainan anak laki-laki di kampungnya. AA sangat suka menghabiskan waktu bermainnya bersama teman-temannya dengan berenang di sungai, memancing, bermain kelereng, memanjat pohon, bermain perang-perangan, dan lain sebagainya. AA juga adalah salah satu anak laki-laki yang cukup disenangi oleh teman-teman sebayanya karena sifatnya yang sangat periang dan rasa kesetiakawanannya yang cukup tinggi. Oleh sebab itulah AA memiliki banyak teman di kampungnya. AA memang pribadi yang cukup membuka diri terhadap siapa saja termasuk terhadap orang-orang yang baru dia kenal. Universitas Sumatera Utara Dalam segi pendidikan, AA juga merupakan anak yang cukup pintar. AA mengecap bangku pendidikan mulai dari SD, SMP dan SMA di sekolah negeri yang ada di kampungnya tempat dia dilahirkan dan dibesarkan. Mulai dari SD, SMP dan SMA, AA selalu masuk dalam ranking atau peringkat sepuluh besar walaupun tidak pernah mendapatkan ranking atau peringkat pertama di kelasnya. Meskipun demikian AA tetap bangga dengan prestasi yang diperolehnya selama mengecap bangku pendidikan di sekolah negeri yang ada di kampungnya. Banyak pengalaman kehidupan yang diperoleh AA selama menikmati bangku pendidikan mulai dari SD, SMP dan SMA di kampungnya, seperti prestasi belajar, bergaul dengan banyak orang, kebersamaan dengan teman-temannya, bertanggung jawab terhadap perbuatan sendiri, mencintai dan menyayangi keluarga, menghargai jerih payah orangtua, saling berbagi, setia kawan, berani melakukan hal yang semestinya, tertarik terhadap lawan jenis dan pengalaman suka duka lainnya, termasuk pengalaman yang tidak terlupakan dalam hidupnya, yaitu mimpi basah. Pada saat AA duduk di bangku SMP, AA pertama kali mengalami mimpi basah sebagai pertanda bahwa AA adalah seorang laki-laki normal yang sedang mengalami masa peralihan dari masa anak-anak ke masa remaja. Hal tersebut kemudian diikuti dengan perkembangan fisik yang dialaminya, seperti tumbuhnya jakun di leher, suaranya yang mulai berat, tumbuhnya kumis, jenggot dan bulu-bulu di beberapa bagian tubuhnya, seperti di kaki, ketiak dan pada alat kelaminnya. Sejak saat itu AA mulai tampil dan terlihat sebagai laki-laki yang sempurna di usianya yang masih belasan tahun karena secara fisik AA terlihat cukup menarik. Pada masa Universitas Sumatera Utara pubertas inilah AA mulai tertarik melirik lawan jenisnya yakni perempuan- perempuan yang ada di sekolahnya. Perasaan suka pada perempuan-perempuan yang dianggapnya mampu mencuri hatinyapun mulai muncul. Hingga kemudian AA melakukan pendekatan-pendekatan dengan seorang perempuan berinisial W yang juga satu kelas dengan AA pada saat itu. Pendekatan-pendekatan yang dilakukan AA pada W berujung pada pengungkapan cinta sekarang dikenal dengan istilah “tembak”. Hasilnya adalah cinta AA diterima oleh W. Inilah pertama kalinya AA berpacaran. Pacaran ala ABG Anak Baru Gede atau yang sering disebut dengan istilah “cinta monyet”. Walaupun diawali dari cinta monyet namun hubungan pacaran antara AA dan W tetap berlanjut sampai mereka duduk di bangku SMA. AA dan W melanjutkan SMA mereka ke SMA negeri satu-satunya yang berada di kampung mereka. AA dan W berada pada kelas yang berbeda. Tidak seperti ketika mereka berada pada kelas yang sama pada saat mereka duduk di bangku SMP. Cinta monyet yang dijalani oleh AA dan WW sewaktu SMP lambat laun berubah menjadi percintaan ala orang dewasa. Mereka tidak lagi memikirkan hubungan yang mereka bangun sebagai ajang untuk menunjukkan status kepada teman-teman mereka tetapi sebagai ajang untuk saling mengenal, saling berbagi cerita baik suka maupun duka, saling mendukung, saling menghargai dan saling mendewasakan diri antara satu dengan yang lainnya. Hal ini mereka lalui sampai mereka menamatkan sekolahnya di bangku SMA. Setelah tamat SMA, W memutuskan untuk mengadu nasib ke Kota Batam dimana kakak W sudah lebih dulu bekerja di kota itu. Begitu berat bagi AA dan W untuk berpisah Universitas Sumatera Utara karena hubungan yang telah mereka bangun selama enam tahun mulai saat mereka duduk di bangku SMP hingga mereka menamatkan pendidikannya di bangku SMA. Sebenarnya AA dan W memiliki keinginan yang kuat untuk melanjutkan jenjang pendidikan mereka ke perguruan tinggi yang ada di Kota Medan. Namun karena keadaan ekonomi keluarga mereka yang pas-pasan akhirnya mereka hanya bisa menghela nafas panjang dan mengubur dalam-dalam niat mereka pada saat itu. Dengan pertimbangan yang cukup berat akhirnya W memutuskan untuk bekerja di Kota Batam mengikuti jejak kakaknya. Cukup sedih yang dirasakan AA dan W pada saat itu apalagi ketika AA ikut mengantarkan W ke terminal bus yang ada di Kota Rantau Prapat. Saat itulah perpisahan antara AA dan W menjadi kenyataan. Semenjak ditinggalkan W, AA mengalami banyak pergumulan hidup. Mulai dari rasa sedih ditinggalkan sang kekasih, menghadapi kenyataan bahwa dirinya telah menjadi seorang pengangguran, rasa malu karena tidak bisa berbuat apa-apa, keadaan ekonomi keluarga yang pas-pasan, kedua orangtuanya yang semakin hari semakin tua, dan lain sebagainya. Menghadapi pergumulan hidup yang begitu kompleks, akhirnya AA memutuskan untuk merantau dan mengadu nasib ke Kota Medan. Dengan mengandalkan ijazah SMA dan berbekal uang yang pas-pasan dari kedua orangtuanya, AA pun berangkat ke Medan. Sesampainya di Medan, AA langsung menjumpai teman baiknya yang ada di kampung yang sudah lebih dulu mengadu nasib ke Kota Medan. HN inisial temannya itu. Setelah berjumpa dengan HN, AA mengutarakan niatnya untuk bekerja di Kota Medan dan untuk sementara tinggal di Universitas Sumatera Utara rumah kontrakan temannya itu. Sebagai teman yang baik, dengan senang hati HN membantu AA untuk mencarikannya pekerjaan dan mempersilakan AA untuk tinggal di rumah kontrakannya. HN ternyata bekerja sebagai SPB Sales Promotion Boy di salah satu pusat perbelanjaan mewah yang ada di Kota Medan. Di tempatnya bekerja, HN mencoba memasukkan lamaran AA untuk bekerja sebagai SPB. Namun pada saat itu perusahaan itu sedang tidak membutuhkan penambahan pekerja. Hampir satu bulan AA ditemani oleh HN menjatuhkan lamaran ke beberapa perusahaan yang ada di Kota Medan namun tidak juga membuahkan hasil. Padahal uang yang dibawa oleh AA yang merupakan bekal dari kedua orangtuanya sudah habis dan tidak tersisa sama sekali. Untung HN sangat mengerti dengan posisi AA saat itu dan lagi-lagi sebagai teman yang baik, HN tetap membantu AA. Melihat kebaikan HN, AA jadi merasa tidak enak karena menjadi beban bagi HN. AA pun mengutarakan perasaan segan dan perasaan tidak enaknya kepada HN. AA malu karena menjadi beban bagi HN. Namun HN malah bersikap biasa saja. HN malah menganggap apa yang dilakukannya pada AA adalah bentuk persahabatan yang mereka jalani mulai dari masa kanak-kanak dulu di kampung tempat mereka dilahirkan dan dibesarkan. Karena melihat raut keputusasaan di wajah AA, akhirnya HN dengan berani dan hati-hati menawarkan AA pekerjaan yang membuat AA tercengang dan terheran-heran, yaitu menjadi seorang penjaja seks bagi laki-laki penikmat hubungan seksual sesama jenis atau bagi para gay. Pada saat itulah AA mengetahui bahwa teman baiknya itu sudah lebih dulu terjun ke dunia gay dan mendapatkan uang dalam jumlah yang lumayan sebagai tambahan pengahasilannya di Universitas Sumatera Utara samping bekerja sebagai SPB. Karena tuntutan dan tekanan ekonomi juga ketiadaan lapangan pekerjaan, akhirnya AA pun menerima tawaran dari HN. AA mau melakukannya semata-mata demi uang. Semenjak saat itu, akhirnya HN selalu mengajak AA keluar malam ke tempat- tempat hiburan malam yang ada di Kota Medan. Tobasa adalah salah satu tempat hiburan malam yang sering didatangi oleh AA dan temannya itu. Di tempat hiburan malam inilah AA berkenalan dengan para gay lainnya. Cukup gampang bagi AA untuk berbaur dengan gay yang lain. Hal ini karena secara fisik AA adalah seorang yang tampan dengan bentuk badan yang cukup bagus untuk ukuran laki-laki. Dengan demikian banyak gay yang terpikat dengan pesona fisik yang dimiliki oleh AA dan ingin melakukan hubungan seksual dengannya. Di tempat hiburan malam ini jugalah AA menjual dirinya kepada laki-laki pecinta sesama jenis. Awalnya AA menolak untuk terjun di dunia gay karena sebelumnya AA adalah laki-laki normal yang masih menyukai lawan jenisnya yaitu perempuan. Di samping itu hati kecilnya juga tidak terima dengan situasi dan kondisi AA pada saat ia pertama kali memutuskan untuk menjadi seorang gay. Namun karena tuntutan kehidupan ekonomi yang begitu besarlah yang akhirnya menutup akal sehatnya hingga pada akhirnya AA benar-benar menikmati keberadaan dirinya sebagai seorang gay. Lambat-laun tanpa terasa ternyata AA sudah menjadi seorang laki-laki gay yang benar-benar tertarik dengan laki-laki lain. Rasa tertariknya pada perempuan pun lama-kelamaan terkikis dan berkurang drastis. Pada mantan kekasihnya pun AA sudah mulai lupa, tidak seperti dulu ketika mereka pertama kali berpisah. Universitas Sumatera Utara Hampir tiap malam AA dan HN mendatangi tempat-tempat hiburan malam yang ada di Kota Medan seperti Tobasa, Retro, Warkop Elisabeth dan Warkop Harapan dengan tujuan untuk bertemu dengan teman-temannya sesama gay dan juga untuk mencari “mangsa” istilah yang diberikan oleh kaum gay kepada laki-laki yang menginginkan hubungan seksual sesama jenis. Dalam sebulan AA bisa mendapatkan uang berkisar Rp. 2.000.000,- sampai Rp. 3.000.000,- dari hasil menjual diri kepada laki-laki penikmat hubungan seksual sesama jenis. Sampai pada suatu saat AA berkenalan dengan seorang dokter muda berinisial AS yang bertugas di salah satu rumah sakit umum milik negara yang ada di Kota Medan. AS merupakan salah satu dokter muda yang cukup mapan dalam segi materi. Mereka berkenalan di Tobasa, salah satu tempat hiburan malam yang ada di Kota Medan. Dari awal perkenalan mereka ternyata AS telah menaruh simpatik pada AA begitu pula sebaliknya yang dirasakan oleh AA pada AS. Semenjak saat itu AA dan AS pun sering melakukan komunikasi dan pertemuan yang cukup intens dan akhirnya mereka memutuskan untuk menjalin hubungan dalam bentuk pacaran. AA menjadi BF Boy Friend nya AS dan begitu pula sebaliknya AS menjadi BF Boy Friend nya AA. Sejak memutuskan untuk berpacaran AA dan AS pun sering ke tempat hiburan malam bersama, nonton bioskop bersama, makan di restoran ternama yang ada di Kota Medan dan semua biayanya ditanggung oleh AS yang notabene adalah seorang dokter muda yang cukup mapan termasuk biaya hidup dan keperluan AA sehari-hari. Bahkan untuk mempermudah mobilitas AA sehari-hari, AS pun tidak segan-segan mengeluarkan sejumlah uang untuk membeli sepeda motor yang Universitas Sumatera Utara kemudian diberikan kepada AA. Selain memberikan sepeda motor kepada AA, AS juga mengontrakkan sebuah rumah buat pasangan gaynya itu di daerah Darussalam Medan. Sejak saat itu AA pun pindah dari rumah kontrakan milik HN ke rumah kontrakan baru yang disediakan AS buat AA. Walaupun AA dan HN sudah tidak tinggal bersama lagi namun persahabatan mereka tetap terjaga dan mereka juga saling mengunjungi satu dengan yang lainnya ke rumah mereka masing-masing. Begitu cinta dan sayangnya AS pada AA hingga apapun diberikannya kepada pasangan gaynya itu. Namun romantisnya hubungan asmara AS dan AA berbanding terbalik dengan hubungan seksual mereka di atas ranjang. Bila dalam hubungan asmara AS adalah seorang gay yang cukup romantis, lemah lembut, kalem dan penuh kasih sayang, tetapi bila di atas ranjang AS adalah seorang yang gay yang ingin disakiti secara fisik karena AS akan terangsang melakukan hubungan intim dengan AA bila AA terlebih dahulu menyakitinya dengan memukul pantatnya dengan penggaris besi berulang-ulang sampai libido atau gairah seksualnya meningkat. Sebenarnya AA tidak tega melakukan hal tersebut kepada AS karena AA sangat menyayangi AS. Namun karena hal itu adalah permintaan AS dan dengan cara seperti itu pulalah AS bisa terangsang maka AA pun mau tidak mau harus melakukannya pada AS. AA bukanlah seorang gay yang suka melakukan kekerasan seksual kepada pasangan gaynya. Sebaliknya AA sangat membenci para gay yang melakukan kekerasan seksual kepada pasangan gaynya. Bila AA melakukan kekerasan seksual kepada AS, itu karena permintaan dari AS sendiri dan bukan karena keinginannya. Karena begitu cinta dan sayangnya AA pada AS sehingga AA Universitas Sumatera Utara mau menuruti permintaan pasangan gaynya itu pada saat melakukan hubungan seksual, seperti yang dikatakan AA kepada peneliti : “….Gak tega sebenarnya aku mukulin pantatnya pake penggaris besi. Kasihan aku sebenarnya, tapi karena itu permintaannya ya mau tak mau harus kuturuti. Karena kalo gak kuturuti nanti marah pulak dia samaku lagian gak semangat pula nanti dia bercinta samaku. Tapi jujur kalo sudah dilibas pantatnya sampe beberapa kali malah tambah hot dia di atas ranjang kulihat. Karena sayangku sama dia nya makanya aku mau ngelakuinnya, kuturutilah permintaannya itu….”. Berdasarkan hasil percakapan personal, September 2011 Semenjak menjalin hubungan dengan AS, akhirnya AA pun berhenti untuk menjajakan tubuhnya pada laki-laki penikmat hubungan seksual sesama jenis. Hal ini dikarenakan bahwa AA yang begitu menyayangi AS dan tidak ingin mengkhianati kekasih hatinya itu. AS juga mampu memberikan dan memenuhi semua kebutuhan hidup AA. Termasuk ketika AA ingin mengirimi uang kepada kedua orangtuanya di kampung untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari kedua orangtuanya, AS juga tidak segan-segan memberikan sejumlah uang kepada AA. AA dan AS bagaikan romeo dan juliet versi pasangan gay. Banyak para gay di tempat hiburan malam yang iri melihat hubungan dan kemesraan mereka berdua. Sudah hampir dua tahun AA dan AS merajut hubungan asmara atau cinta sesama jenis dan sudah banyak pula kisah-kasih yang sudah mereka lalui bersama. Seandainya pernikahan sesama jenis di Indonesia terutama di Kota Medan dilegalkan, maka saat ini mereka sudah menjadi pasangan gay yang resmi dalam lembaga pernikahan. Universitas Sumatera Utara

5.3 TB Gay Kelas Bawah yang Pernah Melakukan Kekerasan Seksual kepada Pasangan Gaynya