BAB V PROFIL INFORMAN DAN LIFE HISTORY INFORMAN
5.1 JS Gay Kelas Atas yang Pernah Melakukan Kekerasan Seksual kepada Pasangan Gaynya
5.1.1 Profil Informan
Inisial nama : JS
Usia : 53 tahun
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : Perguruan Tinggi Pekerjaan
: Pengusaha travel Penghasilanbulan
: Rp. 10.000.000,- Kategori informan
: gay kelas atas Kriteria informan
: pernah melakukan kekerasan seksual
Universitas Sumatera Utara
5.1.2 Life History Informan
Informan yang satu ini JS adalah seorang pengusaha travel di Kota Semarang. Walaupun bekerja sebagai pengusaha travel di Kota Semarang, JS
merupakan salah satu warga Kota Medan yang bertempat tinggal di salah satu perumahan mewah di daerah Marelan Medan. Dalam sebulan ia harus membagi
waktunya untuk bekerja di Kota Semarang dan beristirahat serta liburan di Kota Medan. JS dilahirkan di salah satu kota kecil di Sumatera Utara. Bandar Pulau nama
kota itu. Ia dilahirkan dari keluarga yang sederhana pada tanggal 12 September 1958. Hal inilah yang menjadikan JS sebagai pribadi yang keras dan tangguh untuk
mengubah nasib hidupnya dan keluarganya menjadi lebih baik. Masa kanak- kanaknya dilewati dengan membantu kedua orangtuanya bekerja di sawah garapan
milik orang lain. Hal ini dilakukan untuk membantu perekonomian keluarganya dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan membantu biaya sekolah dirinya
dan keempat adik-adiknya. JS adalah anak pertama dari lima bersaudara, dua orang laki-laki dan tiga
orang perempuan. Adiknya yang kedua, ketiga dan keempat adalah perempuan sedangkan adiknya yang bungsu atau adiknya yang kelima adalah laki-laki. JS
mengecap bangku pendidikan di kampung halamannya di Bandar Pulau. Mulai dari SD, SMP sampai SMA ia selesaikan di sekolah negeri. Setelah JS tamat SMA ia
berkeinginan kuat untuk melanjutkan pendidikannya ke bangku perguruan tinggi. Mengetahui keinginannya itu orangtuanya tidak mengijinkan JS untuk melanjutkan
pendidikannya ke bangku perguruan tinggi dikarenakan tidak adanya biaya yang
Universitas Sumatera Utara
dapat disediakan orangtuanya dalam memenuhi perkuliahan anak mereka nantinya. Namun karena keinginan JS yang sudah kuat dan tekadnya yang sudah bulat, JS pun
akhirnya nekad untuk berangkat merantau ke Pulau Jawa tepatnya ke Kota Semarang dengan biaya yang sangat minim. JS pun mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi
negeri. Berkat kerja keras dan usahanya akhirnya JS pun diterima di Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.
Di samping pribadi yang keras dan tangguh, JS juga merupakan anak yang pintar sehingga ia juga merupakan salah satu mahasiswa terbaik di jurusannya bahkan
di fakultasnya pada masa itu. Karena kepintarannya, JS pun mendapatkan beasiswa dari kampusnya. Selama empat tahun berturut-turut JS mendapatkan beasiswa dari
kampusnya karena IP Indeks Prestasi nya yang selalu cumlaude. Dengan demikian biaya perkuliahannya selama empat tahun ditanggung oleh kampusnya. Bukan hanya
beasiswa saja yang diperoleh JS berkat kepintarannya, namun JS juga memperoleh penghasilan dari teman-temannya di kampus. JS menjadi alternatif yang tepat bagi
teman-temannya untuk menyelesaikan tugas-tugas harian dalam perkuliahan mereka. Dengan kata lain JS dibayar oleh teman-temannya untuk mengerjakan berbagai tugas-
tugas harian dalam perkuliahan mereka. Dari mengerjakan tugas-tugas perkuliahan teman-temannya itu, JS memperoleh penghasilan yang lumayan untuk membiayai
kehidupan sehari-hari JS selama kuliah di Kota Semarang, mulai dari sewa kamar kost, makan dan minum serta perlengkapan pribadi lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Selama kuliah di Kota Semarang, JS tidak pernah meminta duit sepeserpun dari kedua orangtuanya karena JS sangat tahu bagaimana kehidupan ekonomi
keluarganya. JS adalah anak yang tahu diri. Ia sadar bahwa ia berasal dari keluarga yang kurang mampu. Oleh karena itu JS tidak mau menyusahkan kedua orangtuanya,
apalagi JS sadar bahwa melanjutkan pendidikan ke tingkat perguruan tinggi adalah keinginan besarnya dan bukan keinginan kedua orangtuanya yang tidak mampu
membiayai perkuliahannya. Jadi JS harus berusaha semaksimal mungkin untuk melihat berbagai peluang yang ada yang bisa menghasilkan uang untuk membiayai
perkuliahan dan kehidupan sehari-harinya. Begitu berat perjuangan JS dalam menjalani perkuliahan dan kehidupannya di Kota Semarang. Walaupun demikian hal
tersebut bukan menjadi penghalang bagi JS untuk bergaul dengan teman-temannya di kampus yang rata-rata dan mayoritas berasal dari keluarga yang kehidupan
ekonominya menengah ke atas. Banyak pengalaman hidup yang diperoleh oleh JS selama menjalani
perkuliahannya, termasuk ketika JS bertemu dengan seorang perempuan berinisial RA dan kemudian menjalin hubungan asmara atau berpacaran dengannya hingga
akhirnya menjadi isterinya. RA merupakan salah satu mahasiswi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang. RA adalah adik stambuk atau
junior JS di kampusnya. RA sendiri berasal dari Kota Semarang dan asli Semarang. RA dilahirkan dan dibesarkan oleh kedua orangtuanya di Kota Semarang dengan
kebiasaan dan tradisi Jawa yang kuat dan kental. Bagi JS sendiri RA adalah sosok perempuan yang mampu mencuri hatinya karena pribadi RA yang lemah lembut dan
Universitas Sumatera Utara
mudah bergaul dengan siapa saja. Kepribadian RA yang lemah lembut mampu meluluhkan JS yang notabene adalah seorang pribadi yang keras. Masa-masa pacaran
antara JS dan RA dilalui dengan berbagai cerita dan kenangan. RA menjadi semangat tersendiri bagi JS dalam mengikuti dan menyelesaikan perkuliahannya. JS dan RA
merupakan pasangan kekasih yang saling mendukung dan saling menguatkan dalam berbagai hal, misalnya dalam perkuliahan dan dalam menghadapi berbagai masalah
atau persoalan kehidupan lainnya yang sedang mereka hadapi. Berbagai suka dan duka mereka lalui bersama hingga akhirnya mereka menamatkan atau menyelesaikan
perkuliahan mereka. Setelah memperoleh atau mendapatkan gelar sarjananya Sarjana Ekonomi,
JS pun memutuskan untuk tetap tinggal di Kota Semarang dan mencoba peruntungan hidup dengan mencari pekerjaan di Kota Semarang. JS pun dengan optimis dan
dengan harapan yang besar menulis surat lamaran kerja dan melengkapi berkas- berkas yang diperlukan dan membuatnya dalam beberapa rangkap. Dengan percaya
diri JS pun menjatuhkan lamarannya ke beberapa perusahaan yang ada di Kota Semarang hingga akhirnya JS pun diterima bekerja di salah satu perusahaan asing
yang ada di Kota Semarang. Selama bekerja di salah satu perusahaan asing di Kota Semarang itu, JS sudah bisa membeli sepeda motor walaupun dengan cara
mengkreditnya. Selain itu JS juga menyisihkan penghasilannya untuk menabung demi masa depannya kelak. Namun yang paling dirasakan JS setelah ia bekerja
adalah bisa membantu keluarganya dengan mengirimi kedua orangtuanya sejumlah uang untuk membantu membiayai kehidupan sehari-hari kedua orangtuanya dan adik-
Universitas Sumatera Utara
adiknya terutama dalam membiayai pendidikan adik-adiknya yang masih sekolah dan yang sedang kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri yang ada di Kota Medan.
Hal tersebut dilakukan JS karena ia merasa bahwa sebagai seorang sulung dari lima bersaudara atau sebagai anak yang paling besar, ia berkewajiban untuk membantu
keluarganya dan hal tersebut merupakan tanggung jawabnya. Hal yang sangat membanggakan bagi JS bila ia bisa membantu keluarganya dari segi materi.
Kebanggaan yang sama juga dirasakan oleh JS di tempat ia bekerja karena JS merupakan salah satu karyawan yang memiliki prestasi gemilang sehingga membantu
JS dalam percepatan jenjang kariernya. Hal ini tentunya tidak lepas dari peran serta RA, kekasih hati JS yang selalu ada untuk memberikan semangat baginya. Setelah
menamatkan kuliahnya, RA diterima bekerja di salah satu bank yang ada di Kota Semarang. Dengan demikian hubungan asmara antara JS dan RA tetap terjalin
bahkan semakin erat. Mereka saling menguatkan dan saling mendukung satu dengan yang lainnya dalam hal pekerjaan mereka. Tiba saatnya ketika JS merasa bahwa
kehidupannya secara finansial sudah lebih dari cukup maka JS pun memutuskan untuk melamar RA.
Pada tahun 1984, JS menikahi kekasih pujaan hatinya RA di Kota Semarang. JS menikahi RA pada saat usianya genap 28 tahun. Biaya pernikahan JS dan RA
mereka tanggung sendiri dari hasil tabungan mereka berdua setelah mereka bekerja. Mereka membangun bahtera rumah tangga dengan memulai hidup baru sebagai
pasangan suami – isteri. Mereka mulai membuat perencanaan-perencanaan yang ingin dicapai menuju keluarga bahagia yang mereka harapkan. Dari sisa tabungan
Universitas Sumatera Utara
mereka berdua akhirnya JS dan RA pun membeli rumah kelas menengah yang cukup bagus untuk pasangan muda yang baru menikah. Untuk membiayai pesta pernikahan
mereka dan membeli rumah baru, tabungan yang sudah mereka kumpulkan selama ini pastinya habis. Hal ini tentunya memaksa mereka berdua terutama JS untuk mengisi
kembali tabungan mereka. JS berusaha semaksimal mungkin bekerja dengan giat guna mengumpulkan pundi-pundi rupiah dan begitu pula dengan isterinya.
Kehidupan rumah tangga yang mereka lalui sama seperti pasangan suami – isteri lainnya. Terkadang ada kerikil-kerikil kehidupan yang menghampiri perjalanan
rumah tangga mereka. Namun mereka berusaha menyikapinya dengan bijaksana. Setelah 14 tahun berumah tangga dengan RA akhirnya JS memutuskan untuk
mengundurkan diri dari perusahaan asing tempat ia bekerja selama ini walaupun pada saat itu karier JS sedang menanjak karena ia berada di posisi atau pada level yang
sangat bagus. JS memutuskan untuk merintis usaha travel dengan modal yang telah diperolehnya selama ia bekerja di perusahaan asing tersebut dan pinjaman dari bank
tempat isterinya bekerja. Dengan pengetahuan yang telah diperolehnya selama ia duduk di bangku perguruan tinggi dan pengalaman praktis selama ia bekerja di
perusahaannya yang dulu, JS mengelola usaha travelnya dan dibantu oleh beberapa orang karyawan. Dengan penuh kerja keras JS membangun kerajaan bisnisnya itu dan
seiring dengan berjalannya waktu akhirnya usaha travel yang dirintisnya itu mengalami kemajuan sehingga usaha travelnya itu berubah menjadi sebuah usaha
travel yang cukup besar di Kota Semarang sampai saat ini. Namun kisah perjalanan
Universitas Sumatera Utara
usaha travelnya yang sukses dan cemerlang berbanding terbalik dengan kehidupan rumah tangganya.
Sepuluh tahun pertama usia pernikahan mereka masih dilewati dengan keharmonisan keluarga yang utuh dimana antara JS, RA dan ketiga orang anaknya
masih merasakan kasih sayang dalam bentuk cinta, perhatian, kebersamaan dan kehangatan keluarga satu dengan yang lainnya. JS dan RA dikaruniai tiga orang anak,
dua orang perempuan yaitu anak pertama dan anak yang kedua, dan satu orang laki- laki yaitu anak yang ketiga atau yang bungsu. Sampai pada saat sepuluh tahun kedua
usia pernikahan mereka, mulai terjadi ketidakcocokan dan pertengkaran mulut di antara JS dan RA. Semua bermula ketika RA mendapatkan kenaikan jabatan di
kantornya. RA mulai sibuk dengan berbagai macam pekerjaannya dan juga pertemuan-pertemuan dengan kolega dan rekan-rekannya. Di samping itu RA juga
semakin sering pergi ke luar kota karena urusan pekerjaannya. Melihat situasi seperti itu terjadi pada keluarganya, JS tidak mau tinggal diam. JS secara terus-menerus
mengingatkan dan menasihati RA untuk lebih memperhatikan keluarga. Karena semenjak RA mendapatkan kenaikan jabatan, JS merasakan perubahan yang cukup
signifikan dalam keluarganya. RA sudah tidak punya waktu lagi untuk memperhatikan ketiga anaknya, untuk mengurusi suaminya, untuk menghabiskan
malam bersama sebelum tidur, untuk berbagi cerita bersama, untuk liburan bersama bahkan untuk makan bersama.
Universitas Sumatera Utara
Hal yang lebih membuat JS sangat kecewa dan marah kepada RA adalah ketika RA sudah sangat jarang sekali melayani JS terutama dalam hubungan seksual.
Setiap kali JS mengajak RA untuk berhubungan badan, RA selalu menolak dengan alasan capek. Padahal saat itu JS ingin sekali berhubungan intim dengan isterinya. JS
merasakan kasih sayang RA yang sudah berkurang kepada dirinya dan juga kepada ketiga orang anaknya. Berbulan-bulan JS mengalami situasi seperti itu dalam
keluarganya hingga JS tidak mampu lagi untuk menahan diri dan terus bersabar dan akhirnya pertengkaran mulut antara JS dan RA pun semakin sering terjadi hingga
kekakuan keluarga yang akhirnya dirasakan oleh JS dan ketiga orang anaknya. Dengan pertimbangan yang cukup matang dan melalui pergumulan batin, akhirnya
pada tahun 2004, JS memutuskan untuk berpisah dari RA dengan resmi bercerai. Masalah pengasuhan anak diserahkan sepenuhnya oleh JS kepada RA.
Setelah bercerai dengan isterinya, JS memutuskan kembali ke Kota Medan untuk menghibur diri dan menenangkan dirinya. Usaha travelnya untuk sementara
dipercayakannya kepada salah seorang karyawannya yang juga merupakan orang kepercayaannya. Semenjak berada di Kota Medan, JS pun melepaskan semua
pergumulan batin dan permasalahan keluarganya selama ini yang masih terpendam dalam hatinya dengan cara sering keluar malam untuk menghabiskan malamnya di
tempat-tempat hiburan malam. Di tempat hiburan malam inilah JS bertemu dengan teman lamanya yang mengalami nasib yang sama dengan JS. Mereka berbagi cerita
tentang kisah rumah tangga mereka dulu hingga berakhir pada perceraian. Pada saat itulah JS mengetahui bahwa teman lamanya itu kini sudah berubah menjadi seorang
Universitas Sumatera Utara
gay karena rasa kecewa yang dialaminya kepada mantan isterinya selama berumah tangga dulu.
Awalnya JS merasa risih mendengar cerita dari teman lamanya itu tentang perubahan orientasi seksualnya yang telah berubah dari seorang pria normal menjadi
seorang pria gay. Namun secara diam-diam JS merenungkan cerita teman lamanya itu dan ingin mencobanya. Apalagi bila bertemu dengan JS di tempat hiburan malam
yang biasa mereka datangi, teman lamanya itu selalu membawa pasangan gaynya dan memperlihatkan kemesraan mereka di depan JS. Karena sering melihat kejadian itu,
JS pun penasaran dan ingin mencoba menjalani hidupnya seperti yang dijalani oleh teman lamanya itu. Akhirnya JS meminta teman lamanya itu untuk mengenalkannya
dengan seorang pria gay yang sesuai dengan permintaan JS. Akhirnya JS dikenalkan oleh teman lamanya itu dengan seorang pria gay yang juga kalangan atas. FS inisial
laki-laki itu, seorang eksekutif muda yang bekerja di salah satu bank yang ada di Kota Medan. Perkenalan mereka dilanjutkan dengan pertemuan-pertemuan berikutnya.
Setelah cukup mengenal FS, JS pun ingin mencoba melakukan hubungan seksual dengan FS. JS ingin membuktikan apakah yang dikatakan oleh teman lamanya
tentang berhubungan seksual dengan sesama jenis itu lebih nikmat dibandingkan dengan berhubungan seksual dengan lawan jenis. JS pun mengajak FS untuk
melakukan hubungan seksual dan ajakan JS itu diterima oleh FS. Pada saat melakukan hubungan seksual dengan FS, JS benar-benar merasakan hal yang berbeda
yaitu kenikmatan yang tidak pernah dirasakannya ketika bercinta dengan mantan isterinya dulu. Inilah awalnya JS terjun ke dunia gay. Hidupnya berubah haluan dari
Universitas Sumatera Utara
seorang heteroseksual menjadi seorang homoseksual semenjak mengenal FS. Sejak melakukan hubungan seksual dengan FS itu, akhirnya JS pun merajut hubungan
asmara dengan FS. Mereka selalu menghabiskan malam bersama dan tentunya dilanjutkan dengan melakukan hubungan seksual yang sangat ditunggu oleh JS.
JS adalah seorang yang cukup agresif bila berada di atas ranjang pada saat melakukan hubungan seksual. Fantasi seksualnya terlalu tinggi hingga ia bisa
menciptakan berbagai cara untuk bisa melampiaskan gairah seksualnya termasuk dengan melakukan kekerasan seksual terhadap pasangan intimnya. Melihat cara-cara
JS yang sudah mulai kasar dalam melakukan hubungan seksual akhirnya FS pun memutuskan hubungannya dengan JS karena FS merasa bahwa dirinya tidak mampu
mengimbangi fantasi seksual JS apalagi setelah JS mulai ketagihan melakukan kekerasan seksual. Walaupun FS memutuskan hubungan dengannya, JS tidak peduli
atau kecewa karena cukup gampang bagi JS untuk mencari pengganti FS. JS pun mulai menjalin hubungan asmara dan melakukan hubungan intim dengan banyak pria
demi memuaskan nafsu birahi gaynya yang kini melekat pada dirinya. Pola pikirnya pun sudah mengalami perubahan mengenai hubungan asmara dan hubungan intim.
Bagi JS yang penting mendapatkan kepuasan seksual dan kasih sayang dari pasanganlah yang utama, tidak peduli apakah pasangannya laki-laki atau perempuan,
tidak peduli pula bagaimana cara memperoleh kepuasan seksual itu dari pasangan. Hal ini dapat dilihat dari hasil percakapan personal yang dilakukan oleh peneliti
dengan informan JS :
Universitas Sumatera Utara
“….Dalam membangun hubungan itu yang diutamakan adalah kasih sayang, dalam artian saling. Gak perduli
siapa pasangan kita, ntah laki-laki ntah perempuan. Laki- laki sama laki-laki pun bisa lebih berkasih sayang
dibandingkan laki-laki sama perempuan. Begitu pula dalam hubungan intim, yang penting saling memuaskan
pasangan kita, gak perduli gimana caranya, yang penting puas….”.
Berdasarkan hasil percakapan personal, Agustus 2011
Bagi JS sendiri demi mendapatkan kepuasan seksual, tidak jarang ia melakukan kekerasan seksual kepada pasangan gaynya. Bentuk kekerasan seksual
yang sering dilakukan oleh JS kepada pasangan gaynya adalah dengan menggigit puting payudara pasangan gaynya sampai memerah bahkan terkadang sampai
berdarah. Melihat puting payudara pasangan gaynya memerah bahkan sampai berdarah membuat nafsu birahi gaynya semakin meningkat dan memacu JS untuk
lebih semangat dalam melakukan hubungan intim dengan pasangan gaynya. JS tidak peduli apakah pasangan gaynya mengalami sakit yang luar biasa atau tidak. Baginya
kepuasan seksual adalah hal yang utama. Pada semua pasangan gaynya JS melakukan kekerasan seksual tersebut. Alasannya semata-mata hanya untuk menaikkan gairah
seksualnya saja karena dengan melakukan kekerasan seksual itulah JS bisa mencapai puncak atau klimaks dalam melakukan hubungan seksual dengan pasangan gaynya.
Oleh karena itulah JS tidak pernah bertahan lama menjalin hubungan asmara dengan banyak pasangan gaynya karena mereka tidak tahan dengan perlakuan JS kepada
mereka pada saat melakukan hubungan seksual. Hal di atas sesuai dengan pengakuan JS kepada peneliti, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
“….Ntah kenapa kalo sudah melihat puting susu pasangan Saya memerah atau berdarah malah semakin menaikkan
libido Saya untuk melakukan hubungan seksual. Makanya kalo puting susu pasangan Saya belum memerah atau
berdarah langsung cepat-cepat Saya gigit puting susunya itu. Kadang kalo kesakitan dia kalo kugigit puting susunya
malah makin Saya gigit lagi kuat-kuat. Kalo sudah merah atau berdarah barulah Saya mencumbui dia sampai Saya
klimaks….”.
Berdasarkan hasil percakapan personal, Agustus 2011
Sampai saat ini, perubahan orientasi seksual JS yang menjadi seorang homoseksual tidak diketahui sama sekali oleh mantan isterinya dan ketiga orang
anaknya. Hal ini karena JS sangat tertutup dan cukup rapi menyimpan perubahan orientasi seksual yang dipilih dan telah dijalaninya sebagai seorang gay dari mantan
isterinya, ketiga anaknya dan keluarga besarnya. Bagi keluarganya JS adalah seorang pria normal dan seorang duda yang belum ingin menikah karena cukup trauma
dengan pengalaman pahit selama membina rumah tangga dan perceraian yang dialaminya. Orientasi seksual sebagai seorang gay hanya dilakukan oleh JS di Kota
Medan. Ketika kembali ke Kota Semarang, JS kembali sebagai seorang ayah yang sangat bijaksana di mata ketiga anaknya. JS tidak ingin bila anaknya mengetahui
rahasia hidupnya sebagai seorang gay karena JS takut bila anaknya mengalami kekecewaan yang sangat berat, terpukul bahkan mengalami gangguan perkembangan
mental bila mengetahui perilakunya yang menyimpang dari sudut pandang masyarakat umum, norma sosial dan dari sudut pandang agama.
Universitas Sumatera Utara
5.2 AA Gay Kelas Menengah yang Pernah Melakukan Kekerasan Seksual kepada Pasangan Gaynya