Fasilitas Kemasyarakatan (Community Facilities)

2.4 Fasilitas Kemasyarakatan (Community Facilities)

  Setiap masyarakat urban memerlukan fasilitas-fasilitas tertentu yang ditujukan untuk melayani kepentingan publik (Goetsch, 1973). Secara luas, istilah fasilitas kemasyarakatan dapat digunakan untuk mendefinisikan infrastruktur dan tempat-tempat yang melayani aktifitas manusia. Berdasarkan batasan itu jalan raya, parkir, pedestrian, instalasi pengelolaan air limbah, pemadam kebakaran dan perpustakaan dapat digolongkan sebagai fasilitas kemasyarakatan. Secara sempit, istilah fasilitas kemasyarakatan mengacu pada fasilitas yang biasa dikunjungi masyarakat seperti sekolah, taman dan sebagainya (Kaiser et al., 1995).

  Menurut Goetsch (1973) fasilitas kemasyarakatan mencakup hal-hal berikut: a). Berbagai bangunan keperluan pendidikan, kebudayaan, kesehatan, rekreasi dan pelayanan masyarakat; b). Pekerjaan dan utilitas umum untuk menyediakan air bersih, listrik, pembuangan air kotor, pengendalian banjir, pembuangan sampah dan transportasi; dan c). Lahan umum untuk lokasi fasilitas umum dan area terbuka untuk taman bermain, landscaping dan memperindah wajah kota. Fasilitas dan lahan lokasi fasilitas tersebut biasanya milik publik dan dijalankan oleh lembaga pemerintah atau swasta dengan ijin pemerintah.

  Fasilitas kemasyarakatan, termasuk sekolah, telah menjadi elemen vital dalam perencanaan tata guna lahan. Lokasi sekolah sangat berpengaruh pada pola- pola tata guna lahan di perkotaan (Kaiser et al., 1995). Aksesibilitas menuju ke sekolah, ketersediaan tapak untuk sekolah dan fungsi ganda sekolah sebagai tempat rekreasi atau tempat pertemuan masyarakat menjadi pertimbangan penting dalam perencanaan tata guna lahan.

  Setiap wilayah memiliki karakteristik tersendiri yang menentukan tingkat kebutuhan fasilitasnya. Oleh karena itu dalam mengukur kebutuhan fasilitas perlu memperhatikan berbagai aspek. Kawasan urban yang terisolasi dan dikelilingi oleh kawasan non urban mungkin harus mengembangkan sendiri fasilitasnya sementara untuk kawasan yang berada dalam suatu kawasan metropolitan dapat berbagi fasilitas kemasyarakatan satu sama lain (Goetsch, 1973). Perencanaan fasilitas kemasyarakatan berupa sekolah sebaiknya mencakup juga kajian terhadap sekolah yang sudah ada, proyeksi jumlah pendaftar (enrollments), pengembangan standar lokasi dan ruang yang dibutuhkan serta perancangan pola-pola spasial Setiap wilayah memiliki karakteristik tersendiri yang menentukan tingkat kebutuhan fasilitasnya. Oleh karena itu dalam mengukur kebutuhan fasilitas perlu memperhatikan berbagai aspek. Kawasan urban yang terisolasi dan dikelilingi oleh kawasan non urban mungkin harus mengembangkan sendiri fasilitasnya sementara untuk kawasan yang berada dalam suatu kawasan metropolitan dapat berbagi fasilitas kemasyarakatan satu sama lain (Goetsch, 1973). Perencanaan fasilitas kemasyarakatan berupa sekolah sebaiknya mencakup juga kajian terhadap sekolah yang sudah ada, proyeksi jumlah pendaftar (enrollments), pengembangan standar lokasi dan ruang yang dibutuhkan serta perancangan pola-pola spasial

  Pendaftar sekolah diproyeksikan dengan mempertimbangkan tingkatan kelas dimasa datang, lingkungan, wilayah perencanaan, atau unit-unit geografis lain yang dipandang sesuai. Selanjutnya lokasi-lokasi eksisting sekolah ditinjau dengan mempertimbangkan kapasitas, kondisi, dan aksesibilitas untuk distribusi peserta didik dimasa datang. Perencana harus mengkaji potensi pengembangan ataupun penyesuaian tapak dan bangunan sekolah. Persyaratan lokasi dan tapak sebaiknya diterapkan, demikian juga radius berjalan dan berkendaraan umum serta standar-standar minimal lainnya seperti (Kaiser et al., 1995):

  TABEL II.8 PERHITUNGAN PENYEDIAAN SEKOLAH

  1 Asumsi karakteristik

  175 Anak Usia SD per

  75 Anak Usia SD per

  2 Ukuran Sekolah Minimum

  3 Populasi yang dilayani Minimum

  4 Luas tapak Minimum

  7 – 8 Acre

  18 – 20 Acre

  Sedang

  12 – 14 Acre

  24 – 26 Acre

  Maksimum

  16 – 18 Acre

  30 – 32 Acre

  5 Radius Pelayanan Desirable

  6 Persyaratan Umum

  Dekat pusat

  Dekat dengan

  permukiman, dekat atau permukiman atau pusat bersebelahan fasilitas

  permukiman, jauh dari

  kemasyarakatan lainnya. jalan-jalan arteri utama.

  Sumber : Chiara dan Koppelman (1982) dalam Kaiser, et al. (1995)

  Menurut Kaiser et al. (1995) lingkungan yang sedang berkembang membutuhkan lokasi-lokasi baru untuk sekolah, demikian juga sebaliknya lingkungan yang sedang menurun mungkin perlu mengkonsolidasi beberapa sekolah. Goetsch (1973) mengatakan kebutuhan lahan untuk Sekolah Dasar biasanya 5 acre dan ditambah 1 acre per 100 siswa. Sekolah Dasar umumnya

  2 melayani sebuah lingkungan yang luasnya kurang dari 1 mil 2 (± 2,56 km ) yang tergantung pada tata guna lahan, karakteristik penduduk (termasuk kepadatan

  penduduk) dan keberadaan sekolah lain. Jarak tempuh bagi siswa SD untuk berjalan kaki sebaiknya hanya ¼ - ½ mil (400 – 800 m). Transportasi umum biasanya tidak diperlukan bagi siswa SD di area perkotaan berkepadatan penduduk sedang sampai tinggi, namun mungkin diperlukan di daerah terpencil. Lokasi taman kota dan sekolah sebaiknya berdekatan atau bersebelahan.

  Menurut Goetsch (1973) dalam perencanaan sekolah sebagai fasilit as kemasyarakatan, sekolah dasar harus diletakkan sedemikian rupa sehingga murid dapat berjalan kaki ke sekolah tanpa menyeberangi lalu lintas jalan arteri, jika hal ini tidak dapat tercapai maka perlu dibangun pedestrian atau menyediakan petugas penyeberang jalan (crossing guard).

  Fasilitas kemasyarakatan dapat disinonimkan dengan infrastruktur sosial. Menurut Pagala et al. (2008) infrastruktur sosial adalah pendukung utama fungsi - fungsi sistem sosial dan sistem ekonomi dalam kehidupan masyarakat sehari -hari. Beberapa hal yang penting dalam penentuan lokasi, pola sebaran, jangkauan pelayanan serta kapasitas infrastruktur sosial diantaranya adalah struktur penduduk, jumlah penduduk, persebaran dan kepadatan penduduk. Perencanaan distribusi fasilitas sebaiknya mempertimbangkan (Pagala et al., 2008):