Temuan Penelitian

4.5 Temuan Penelitian

  Berdasarkan hasil analisis di atas, maka temuan penelitian ini adalah:

  a. penyediaan SD dan SMP masih kurang baik dimana SD mengalami kelebihan (oversupply) dan sebaliknya jumlah SMP masih kurangrendah serta masih terjadi disparitas antar Kelurahan dalam penyediaan SD dan SMP. Pada jenjang SD, penyediaan SD bervariasi mulai dari Kelurahan Sidorejo Kidul yang memiliki SD dua kali lipat kebutuhannya (rasio 1,96) hingga Kelurahan Blotongan yang hanya memenuhi setengah kebutuhannya (rasio 0,56). Total ada 10 kelurahan yang rasio penyediaan sekolah < 1,00. Pada tingkat kecamatan, meskipun Kecamatan Sidorejo memiliki SD paling banyak tapi justru Kecamatan Tingkir yang penyediaan SD-nya paling tinggi (Rasio 1,29). Penyediaan sekolah Kecamatan Sidorejo (Rasio 1,17) dan Kecamatan

  Argomulyo (Rasio 1,10) juga melebihi kebutuhan. Sedangkan Kecamatan Sidomukti tidak memenuhi kebutuhan (Rasio 0,85). Pada jenjang SMP, Kecamatan Sidorejo memiliki penyediaan SMP yang tinggi (rasio 1,16) sementara 3 kecamatan lain justru memiliki penyediaan yang rendah dan kekurangan sekolah (rasio <1), yakni Kecamatan Tingkir (rasio 0,36), Kecamatan Argomulyo (rasio 0,24) dan Kecamatan Sidomukti (rasio 0,48). antar kelurahan juga terjadi disparitas yang besar dalam penyediaan SMP, yakni 12 kelurahan tidak memiliki SMP (rasio 0,00), Kelurahan Kutowinangun (rasio 0,24) hanya menyediakan kurang dari ¼ kebutuhannya hingga Kelurahan Salatiga (rasio 1,83) yang memiliki hampir 2 kali lipat jumlah SMP yang dibutuhkan.

  b. Penyediaan SD dan SMP yang bermutu (terakreditasi dan berstandar nasional) masih kurang sehingga mayoritas Kelurahan memiliki daya tarik yang rendah. Pada jenjang SD, 18 kelurahan (81,82) memiliki daya tarik rendah (nilai A j 0,00-0,07) karena jumlah SD berstandar nasional masih sedikit, yakni 22 SD (23,40) meskipun 92 SD (97,87) telah terakreditasi. Selain itu ada pengelompokan SD di kelurahan tertentu sehingga hanya Kelurahan Sidorejo Lor (A j 0,21) dan Kelurahan Salatiga (A j 0,17) yang memiliki daya tarik tinggi serta Kelurahan Kutowinangun (A j 0,08) dan Kelurahan Dukuh (A j 0,08) yang memiliki daya tarik sedang. Pada jenjang SMP, 19 kelurahan (86,36) memiliki daya tarik rendah (A j <0,08) meskipun seluruh SMP telah terakreditasi dan 13 sekolah (61,90 ) berkategori SKMSSN. Hal tersebut juga disebabkan oleh pengelompokan SMP di kelurahan tertentu sehingga hanya Kelurahan Sidorejo Lor (A j 0,12) dan Kelurahan Salatiga yang memiliki daya tarik tinggi (A j 0,17) dan Kelurahan Mangunsari memiliki daya tarik sedang (A j 0,08). Dari 19 kelurahan tersebut, 12 kelurahan diantaranya memang tidak punya SMP.

  c. Daya tampung SD masih rendah sedangkan daya tampung SMP sudah baik berdasarkan ketentuan Peraturan Gurbernur Jawa Tengah No. 3 Tahun 2005. Pada jenjang SD, mayoritas SD (71,28) dan kelurahan (90,91) di Kota Salatiga belum memenuhi daya tampung yang dipersyaratkan Peraturan Gurbernur Jawa Tengah No. 32005 (35-40 SiswaKelas). 67 SD (71,28)

  memiliki daya tampung (R sk ) dibawah ketentuan. Hanya 13 SD (13,83) yang daya tampungnya (R sk ) 35-40 SiswaKelas. Disisi lain ada 14 SD (14,89) yang daya tampungnya melebihi ketentuan. Pada tingkat kelurahan, hanya Kelurahan Sidorejo Lor dan Kelurahan Salatiga yang memenuhi ketentuan daya tampung 35-40 SiswaKelas. Sedangkan 20 kelurahan (90,91) lain daya tampungnya <35 SiswaKelas. Pada tingkat kota, daya tampung (R sk ) rata-rata hanya 27,59 SiswaKelas. Pada tingkat kecamatan, semua kecamatan memiliki daya tampung (R sk ) <35-40 SiswaKelas. Sebaliknya, pada jenjang SMP, sebagian besar SMP (85,71) memiliki daya tampung yang sesuai dengan ketentuan Peraturan Gurbernur Jawa T engah Nomor. 3 Tahun 2005 (20-40 SiswaKelas). Pada tingkat kota, daya tampung rata-rata adalah 30,08 SiswaKelas. Pada tingkat kecamatan, semua kecamatan memiliki daya tampung antara 20-40 SiswaKelas. Pada tingkat kelurahan, dari semua kelurahan yang memiliki SMP, hanya Kelurahan Pulutan yang memiliki daya tampung SMP <20 SiswaKelas.

  d. Kesesuaian lahan SD dan SMP per sekolah dan per kelurahan cukup baik. Pada jenjang SD, 62 SD (65,96) dan 17 Kelurahan (77,27) memiliki kesesuaian lahan sebagai lokasi SD (LS≥1). Pada jenjang SMP, 7 kelurahan (31,82) dan 13 SMP (61,90) memiliki kesesuaian lahan sebagai lokasi sekolah. Dari 15 kelurahan (68,18) yang tidak memiliki kesesuaian lahan, 12 kelurahan diantaranya memang tidak memiliki SMP.

  e. Pemerataan SD dan SMP masih kurang dimana terjadi disparitas partisipasi bersekolah antar kelurahan. Pada jenjang SD, partisipasi bersekolah di Kota Salatiga sudah termasuk tinggi (113) namun hanya 50 kelurahan dan kecamatan yang partisipasi bersekolahnya tinggi. Pada tingkat kelurahan, partisipasi bersekolah sangat bervariasi dari 31,65 (Kelurahan Kalibening) hingga 274,74 (Kelurahan Salatiga). kelurahan yang APK-nya rendah umumnya terletak di pinggiran. Pada jenjang SMP partisipasi bersekolah pada tingkat kota sudah terma suk tinggi (151,82) namun juga mengalami disparitas yang sangat besar antar Kelurahan, mulai dari 33,08 (Kelurahan Kutowinangun) hingga 635,87 (Kelurahan Salatiga). 12 kelurahan tidak memiliki SMP sehingga nilai APK- e. Pemerataan SD dan SMP masih kurang dimana terjadi disparitas partisipasi bersekolah antar kelurahan. Pada jenjang SD, partisipasi bersekolah di Kota Salatiga sudah termasuk tinggi (113) namun hanya 50 kelurahan dan kecamatan yang partisipasi bersekolahnya tinggi. Pada tingkat kelurahan, partisipasi bersekolah sangat bervariasi dari 31,65 (Kelurahan Kalibening) hingga 274,74 (Kelurahan Salatiga). kelurahan yang APK-nya rendah umumnya terletak di pinggiran. Pada jenjang SMP partisipasi bersekolah pada tingkat kota sudah terma suk tinggi (151,82) namun juga mengalami disparitas yang sangat besar antar Kelurahan, mulai dari 33,08 (Kelurahan Kutowinangun) hingga 635,87 (Kelurahan Salatiga). 12 kelurahan tidak memiliki SMP sehingga nilai APK-

  f. Sebaran SD dan SMP termasuk mengelompok (cluster), khususnya di Kelurahan Sidorejo Lor dan Salatiga yang merupakan pusat aktifitas kota. Berdasarkan hasil analisis tetangga terdekat, diketahui pada jenjang SD, sebaran sekolah cenderung mengelompok (cluster) diwilayah tertentu saja. Pada tingkat kecamatan, Kecamatan Sidorejo, Kecamatan Tingkir dan Kecamatan Sidomukti memiliki pola sebaran SD yang berkelompok (cluster) sedangkan Kecamatan Argomulyo memiliki pola sebaran SD seragam (regular). Demikian juga pada jenjang SMP, sebaran SMP di Kota Salatiga juga termasuk dalam kategori mengelompok ( cluster).

  g. Aksesibilitas SD di Kota Salatiga masih tergolong rendah. Aksesibilitas SMP di Kota Salatiga juga masih perlu ditingkatkan. Pada jenjang SD, sebagian besar SD (68,09) dan kelurahan (63,64) memiliki aksesibilitas rendah. Hanya 12 SD (12,77) yang memiliki aksesibilitas tinggi dan 18 SD (19,15) memiliki aksesibilitas sedang. Pada tingkat kelurahan, hanya 3 kelurahan (13,64) yang aksesibilitasnya tinggi dan 5 kelurahan (22,73) yang aksesibilitasnya sedang. Pada jenjang SMP, cukup banyak SMP dan kelurahan yang aksesibilitasnya juga rendah dan sedang, yakni 8 SMP (38,10) dan 15 kelurahan (68,18) memiliki aksesibilitas rendah serta 8 SMP (38,10) dan 5 kelurahan (22,73) memiliki aksesibilitas sedang.

  h. Jangkauan pelayanan riil maksimum SD dan SMP sudah cukup baik. Pada jenjang SD, jangkauan pelayanan SD rata-rata 5,78 Km, melebihi ketentuan Permendiknas No. 242007 (3 km), rekomendasi Chiara dan Koppelman (½ mil) dan unit lingkungan (¼ mil) Pada jenjang SMP, jangkauan pelayanan SMP rata-rata 12,41 Km melebihi rekomendasi Chiara dan Koppelman (1 mil) dan Permendiknas No. 242007 (6 km) sehingga 56,38 SD dan 80,95 SMP juga memiliki siswa dari luar kota.

  i. Berdasarkan hasil analisis komprehensif, kondisi penyediaan dan pemerataan SD dan SMP per kelurahan di Kota Salatiga terbagi dalam 4 kondisi sebagaimana pada tabel berikut:

  TABEL IV.55