PENYEDIAAN DAN PEMERATAAN FASILITAS PEND

PENYEDIAAN DAN PEMERATAAN FASILITAS PENDIDIKAN DASAR (SD DAN SMP) DI KOTA SALATIGA TESIS

  Disusun Dalam Rangka Memenuhi Persyaratan Program Studi Magister Pembangunan Wilayah dan Kota

  Oleh : BAMBANG PRAMUSINTO

  L4D 009 005

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PEMBANGUNAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2011

PENYEDIAAN DAN PEMERATAAN FASILITAS PENDIDIKAN DASAR (SD DAN SMP) DI KOTA SALATIGA

  Tesis diajukan kepada

  Program Studi Magister Pembangunan Wilayah dan Kota

  Program Pascasarjana Universitas Diponegoro

  Oleh :

  BAMBANG PRAMUSINTO

  L4D 009 005

  Diajukan pada Sidang Ujian Tesis

  Tanggal 7 Januari 2011

  Dinyatakan Lulus

  Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Magister Teknik

  Semarang, 7 Januari 2011

  Tim Penguji

  Ir. H. Hadi Wahyono, MA – Pembimbing

  Dra. Bitta Pigawati, MT – Penguji

  Iwan Rudiarto, ST, M.Sc, PhD – Penguji : ___________________

  Mengetahui Ketua Program Studi

  Magister Pembangunan Wilayah dan Kota Program Pascasarjana Unversitas Diponegoro

  Dr. Ir. Joesron Alie Syahbana, M.Sc

PERNYATAAN

  Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi. Sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tert ulis diakui dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila dalam tesis saya ternyata

  ditemui duplikasi, jiplakan (plagiasi) dari tesis orang laininstitusi lain maka saya bersedia melepaskan gelar Magister Teknik dengan penuh rasa tanggung j awab.

  Semarang, 7 Januari 2011

BAMBANG PRAMUSINTO L4D 009 005

  Persembahan :

  Untuk Semua orang yang telah percaya kepadaku : Keluargaku, Ibuku tersayang, segalanya akan baik-baik saja. Istriku tercinta, Umy Maryani, kesabaranmu mengharukanku. Anak-anakku, Bumi dan Cakra, kalian kebanggaan dan harapanku.

  Guru-guruku, Sahabat dan Handai Taulan. Untuk Revolusi dan Kaum Marhaen Indonesia.

  Untuk Indonesia Kecil-ku: Kota Salatiga.

  Karya sederhana ini kupersembahkan.

ABSTRAK

  Penyediaan dan pemerataan pendidikan dasar penting karena pendidikan dasar melandasi jenjang pendidikan berikutnya dan meningkatkan kualitas SDM, sehingga idealnya sekolah tersedia secara mencukupi dan merata. Untuk meningkatkan pelayanan pendidikan dasar di Kota Salatiga maka diperlukan penyediaan dan pemerataan fasilitas dikdas berupa SD dan SMP secara optimal. Permasalahan dalam penyediaan dan pemerataan sekolah pada jenjang pendidikan dasar di Kota Salatiga diantaranya adalah penyediaan jumlah sekolah tidak sesuai kebutuhan, sekolah yang berstandar nasional dan terakreditasi masih kurang, daya tampung sekolah tidak sesuai ketentuan, lahan sebagian sekolah tidak sesuai sebagai lokasi sekolah, sebaran lokasi sekolah kurang merata, serta aksesibilitas dan jangkauan pelayanan sebagian sekolah kurang baik.

  Penelitian kuantitatif ini bertujuan mengkaji kondisi dan faktor-faktor penyebab pada penyediaan dan pemerataan fasilitas pendidikan dasar (SD dan SMP) di Kota Salatiga. Berdasarkan tinjauan pustaka, penyediaan sekolah terkait dengan jumlah, jenis, daya tampung, dan kesesuaian lahan sekolah sedangkan pemerataan sekolah terkait dengan sebaran, aksesibilitas, dan jangkauan pelayanan sekolah sehingga kajian terhadap penyediaan dan pemerataan sekolah dilakukan pada aspek-aspek tersebut sebagai variabel penelitian.

  Berdasarkan hasil analisis, diketahui jumlah SD melebihi kebutuhan dan secara umum terletak pada lokasi yang sesuai sebagai lokasi sekolah. Namun jumlah SD yang besar tersebut memiliki daya tampung rendah serta belum diimbangi dengan penyediaan jenis SD yang bermutu secara mencukupi. Pada aspek pemerataan SD, partisipasi bersekolah pada jenjang SD sudah termasuk tinggi namun terdapat disparitas partisipasi bersekolah yang besar antar kelurahan. Pada jenjang SMP, penyediaan jenis SMP yang berstandar nasional dan terakreditasi cukup banyak dan memiliki daya tampung per kelurahan serta memiliki kesesuaian lahan yang baik namun jumlah SMP yang tersedia justru belum memenuhi kebutuhan. Pada aspek pemerataan SMP, sama halnya seperti SD, partisipasi bersekolah pada jenjang SMP termasuk tinggi namun terdapat disparitas partisipasi bersekolah yang besar antar kelurahan. Disparitas tersebut berkaitan dengan pola sebaran SD dan SMP di Kota Salatiga yang cenderung mengelompok di wilayah Kecamatan Sidorejo saja.

  Kesimpulan dalam penelitian ini diantaranya adalah penyelenggaraan pendidikan dasar di Kota Salatiga kurang efektif dan efisien sehingga perlu ditingkatkan. Selain itu juga disimpulkan bahwa kriteria-kriteria teoritis penyediaan dan pemerataan sekolah kurang terpenuhi di Kota Salatiga. Hal tersebut terlihat dari adanya kecenderungan sekolah untuk berlokasi di Kelurahan. Sidorejo Lor dan Kelurahan Salatiga, Kecamatan Sidorejo. Rekomendasi yang dapat disampaikan diantaranya adalah peningkatan mutu SD, pengurangan jumlah SD pada kelurahan yang mengalami oversupply jumlah SD, penambahan jumlah SMP, khususnya pada kelurahan yang belum memiliki SMP.

  Kata Kunci: pendidikan dasar, penyediaan sekolah, pemerataan sekolah.

ABSTRACT

  The provision and even distribution of elementary education are important because elementary education is the basic to the next education level and it improves human resources, therefore ideally schools are well provided and distributed. To improve elementary education in Salatiga Municipality, it is obviously necessary to provide optimum provision and even distribution of elementary education facilities. However, there are some problems of provision and even distribution of elementary education in Salatiga Municipality such as: the amount of schools provided does not fulfill the needs of the society, less provision of qualified schools, the schools’ capacities are not optimum, poor schools’ land suitability, uneven school distribution, and lack of schools’ accesibilities and range of services.

  This quantitative research is aimed to analyze the condition and factors of provision and even distribution of elementary education facilities in Salatiga Municipality. Based on literature review, the provision of schools is strongly related to amount, types, capacity, and land suitability of schools. In the other hand, the distribution of schools is related to schools dispersion, accessibility, and range of service. Therefore the analysis is focused on those aspects as variables.

  Analysis finds that the provision of Elementary Schools has exceeded the need and generally located on suitable location. Despite of the large amount of schools, The Elementary Schools have poor capacities and qualities. On the other hand, the provision of Junior High Schools is yet meet society’s need but the amount of qualified Junior High Schools provided are quiet alot. Both types of schools have clustered dispersions, and relatively good accessibilities and range of services. The participation of schoolling at Elementary Schools and Junior High Schools is also good but there is disparities which are still found among regions.

  This research concludes that elementary education in Salatiga Municipality has not yet effectively and efficiently managed. It also concludes that criteria proposed for ideal provision and even distribution of elementary education facilities have not been accomplished in Salatiga Municipality since there are much intentions for schools located in certain area that probably based on economic reason. Thus, some of the recommendations of the research are to reduce Elementary Schools in oversupplied regions and relocate them to undersupplied regions. This research also recommends to provide more Junior High Schools to fulfill society’s need especially in undersupplied regions.

  Keywords: elementary education, provision of schools, even distribution of schools.

KATA PENGANTAR

  Penyusunan Tesis dengan tema pendidikan dasar ini dilandasi kondisi objektif dalam penyediaan dan pemerataan sekolah pada jenjang pendidikan dasar di Kota Salatiga dan keyakinan bahwa keberhasilan pembangunan pendidikan dasar sebagai pondasi yang melandasi jenjang pendidikan berikutnya antara lain ditentukan oleh penyediaan dan pemerataan sekola h.

  Karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis maka tidak mungkin penulis dapat menyusun Tesis ini tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis terutama sekali ingin menghaturkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

  1. Pusbindiklatren Bappenas, yang telah memberikan kesempatan untuk menuntut ilmu di Magister Pembangunan Wilayah dan Kota (MPWK) Universitas Diponegoro (Undip).

  2. Bapak Ir. H. Hadi Wahyono, MA yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan penyusunan Tesis ini. Juga kepada Ibu Dra. Bitta Pigawati, MT dan Bapak Iwan Rudiarto, ST, M.Sc, PhD selaku penguji atas masukan-masukan yang sangat bermanfaat bagi penyempurnaan Tesis ini.

  3. Seluruh staf pengajar MPWK Universitas Diponegoro, yang telah memberikan banyak ilmu tentang perencanaan dan pembangunan wilayah dan kota. Insya Allah bermanfaat bagi penulis dalam menjalankan tugas kelak.

  4. Seluruh rekan dari Bidang Dikdas pada Disdikpora Kota Salatiga, Bappeda Kota Salatiga, Pemerintah Kota Salatiga, seluruh karyawan MPWK Undip dan mahasiswa MPWK Undip Angkatan 2009 atas segala dukungan dan bantuan selama penulis menimba ilmu di MPWK Undip serta selama proses penyusunan Tesis ini.

  Akhir kata, semoga Tesis ini dapat menggugah pikiran dan memberikan manfaat.

  Semarang, Januari 2011 Penulis

BAB I PENDAHULUAN

  Bab ini menguraikan tentang latar belakang yang mendasari penelitian, rumusan masalah dan pertanyaan penelitian (research question) yang diajukan, tujuan dan sasaran serta manfaat yang hendak dicapai dalam penelitian, ruang lingkup substansi dan spasial dalam penelitian serta kerangka pemikiran dalam penelitian. Bab I juga menjelaskan tentang pendekatan dan metoda penelitian yang digunakan, populasi penelitian, variabel-variabel Penelitian, kebutuhan data, teknik pengumpulan dan kompilasipenyusunan data serta teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini.

1.1 Latar Belakang

  Pendidikan berperan penting dalam mengatasi kemiskinan. Menurut Tilaar (2004) salah satu faktor penyebab kemiskinan adalah rendahnya tingkat pendidikan masyarakat. Perbaikan tingkat pendidikan akan menunjang dihasilkannya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas untuk melaksanakan pembangunan nasional (Supriyoko, 2003). Suryadi (2008) mengatakan bahwa pembangunan pendidikan berperan penting dalam memberantas ke miskinan lewat perluasan akses dan kesempatan masyarakat untuk mengenyam pendidikan dasar dan jenjang lanjutannya sehingga setiap orang mampu mandiri dan produktif. Untuk memperbaiki tingkat pendidikan masyarakat diperlukan p enyediaan dan pemerataan fasilitas pendidikan dasar.

  Menurut Sa’ud (2006) dalam Yuniarsih et al.(2008), salah satu aspek yang paling penting dalam pembangunan pendidikan adalah penyediaan fasilitas - fasilitas pendidikan karena dengan penyediaan lembaga -lembaga dan fasilitas pendidikan maka kesempatan masyarakat untuk mendapatkan pendidikan dapat terpenuhi. Ketersediaan sekolah menurut Hartono (2005) merupakan aspek utama bagi orangtua dalam menyekolahkan anaknya namun disisi lain orangtua tidak serta merta akan menyekolahkan anaknya meski pun sekolah telah tersedia. Ada Menurut Sa’ud (2006) dalam Yuniarsih et al.(2008), salah satu aspek yang paling penting dalam pembangunan pendidikan adalah penyediaan fasilitas - fasilitas pendidikan karena dengan penyediaan lembaga -lembaga dan fasilitas pendidikan maka kesempatan masyarakat untuk mendapatkan pendidikan dapat terpenuhi. Ketersediaan sekolah menurut Hartono (2005) merupakan aspek utama bagi orangtua dalam menyekolahkan anaknya namun disisi lain orangtua tidak serta merta akan menyekolahkan anaknya meski pun sekolah telah tersedia. Ada

  Fasilitas Pendidikan dasar (dikdas) idealnya tersedia secara mencukupi dan merata karena pendidikan dasar memiliki arti penting dalam pembangunan sumber daya manusia, dimana pendidikan dasar melandasi jenjang pendidikan berikutnya. Pendidikan dasar merupakan tahap awal dari pendidikan formal atau terorganisir yang mendahului sekolah lanjutanmenengah dengan cara membekali ketrampilan-ketrampilan dasar akademis (fundamental academic skills), ilmu pengetahuan dasar (basic knowledge), serta kemampuan bersosialisasi dengan orang lain dan menempatkan diri sebagai bagian dari masyarakat dan negara kepada anak (Gutek, 2002). Di Indonesia, pendidikan dasar diselenggarakan melalui Sekolah Dasar (SD) atau bentuk lain yang sederajat dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau bentuk lain yang sederajat. Menurut Branch (1975) dalam Pagala et al. (2008) Sekolah Dasar adalah komponen utama fasilitas pelayanan dasar (basic need) dalam unit lingkungan.

  Penyediaan fasilitas pendidikan dasar atau penyediaan sekolah adalah pengalokasian sekolah dalam jumlah, jenis dan daya tampung tertentu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sedangkan pemerataan fasilitas pendidikan dasar atau pemerataan sekolah adalah penempatan sekolah pada lokasi yang sedemikian rupa sehingga semua anak dapat pergi ke sekolah dengan mudah. Sekolah sebaiknya tersebar merata pada lokasi dengan aksesibilitas yang baik dan memiliki jangkauan pelayanan yang optimal agar semua siswa dapat pergi ke sekolah dengan mudah. Menurut Chiara dan Koppelman (1990) SD memiliki jangkauan pelayanan optimal ½ mil atau 800 m dan lokasinya dapat diakses dengan berjalan kaki dari rumah siswa dengan tanpa menyeberang jalan raya, sedangkan SMP memiliki jangkauan pelayanan optimal 1 mil (1.600 m) dengan Penyediaan fasilitas pendidikan dasar atau penyediaan sekolah adalah pengalokasian sekolah dalam jumlah, jenis dan daya tampung tertentu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sedangkan pemerataan fasilitas pendidikan dasar atau pemerataan sekolah adalah penempatan sekolah pada lokasi yang sedemikian rupa sehingga semua anak dapat pergi ke sekolah dengan mudah. Sekolah sebaiknya tersebar merata pada lokasi dengan aksesibilitas yang baik dan memiliki jangkauan pelayanan yang optimal agar semua siswa dapat pergi ke sekolah dengan mudah. Menurut Chiara dan Koppelman (1990) SD memiliki jangkauan pelayanan optimal ½ mil atau 800 m dan lokasinya dapat diakses dengan berjalan kaki dari rumah siswa dengan tanpa menyeberang jalan raya, sedangkan SMP memiliki jangkauan pelayanan optimal 1 mil (1.600 m) dengan

  Fasilitas pendidikan dasar yang tersedia saat ini di Kota Salatiga adalah 94 SD dan 21 SMP yang tersebar di Kecamatan Sidorejo 29 SD dan 12 SMP, Kecamatan Tingkir 26 SD dan 3 SMP, Kecamatan Argomulyo 22 SD dan 2 SMP serta Kecamatan Sidomukti 17 SD dan 4 SMP. Sekolah-sekolah tersebut menampung populasi siswa yang cukup besar dan cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Siswa SD di Kota Salatiga berjumlah 16.512 jiwa pada tahun 2006, 16.551 jiwa pada tahun 2007, 16.597 jiwa pada tahun 2008, dan 16.637 jiwa tahun 2009. Jumlah siswa SMP di Kota Salatiga adalah 9.220 jiwa pada tahun 2006. Jumlah tersebut menurun jadi 9.001 jiwa pada tahun 2007, meningkat kembali menjadi 9.053 jiwa pada tahun 2008 dan menurun kembali menjadi 8.933 jiwa pada tahun 2009. Selain dari Kota Salatiga ada siswa yang berasal dari wilayah sekitar Kota Salatiga. Dengan kondisinya tersebut perlu dikaji apakah penyediaan dan pemerataan fasilitas dikdas di Kota Salatiga sudah optimal.

  Tingkat kelulusan di Kota Salatiga tahun 2009 untuk SD mencapai 99,72 dan SMP 99,18. Angka Partisipasi Kasar (APK) SDMI pada tahun 2008 mencapai 113,22 dan APK SMPMTs mencapai 151,82. Angka Partisipasi Murni (APM) SDMI mencapai 86,48 dan APM SMPMTs adalah 78,86. Tingkat partisipasi sekolah yang makin tinggi di suatu wilayah menunjukkan besarnya jumlah anak yang sedang menempuh persekolahan. Dengan demikian angka partisipasi sekolah juga mengindikasikan tingkat kebutuhan masyarakat terhadap sekolah di suatu wilayah agar anak tidak bersekolah ke wilayah lain .

  Untuk meningkatkan pelayanan pendidikan dasar di Kota Salatiga maka diperlukan penyediaan dan pemerataan fasilita s pendidikan dasar berupa SD dan SMP secara optimal. Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mengkaji kondisi dan mengkaji faktor-faktor penyebab pada penyediaan dan pemerataan fasilitas pendidikan dasar (SD dan SMP) di Kota Salatiga.

1.2 Rumusan Masalah

  Masalah yang dihadapi Kota Salatiga dalam hal penyediaan dan pemerataan SD dan SMP yakni terjadinya kesenjangan (disparity) antara kondisi eksisting dengan standar yang dapat diterapkan berdasarkan pendapat para ahliakademisi atau peraturan yang berlaku. RTRW Kota Salatiga Tahun 2003- 2013 merencanakan penyediaan 1 unit SD untuk tiap 3.600 penduduk dan 1 unit SMP untuk tiap 4.800 penduduk. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor. 41PRTM2007 tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budidaya yang mengacu pada SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan mengamanatkan penyediaan minimal 1 unit SMP untuk setiap 4.800 penduduk. Kota Salatiga pada tahun 2009 berpenduduk 170.022 jiwa sehingga dibutuhkan 47 SD dan 35 SMP, sedangkan yang tersedia saat ini di Kota Salatiga adalah 94 SD dan 21 SMP. Dengan demikian dari sisi jumlah sekolah terjadi kelebihan (oversupply) jumlah SD dan kekurangan jumlah SMP. Demikian juga bila ditinjau berdasarkan Permendiknas No. 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana Prasarana untuk Sekolah DasarMadrasah Ibtidaiyah (SDMI), Sekolah Menengah PertamaMadrasah Tsanawiyah (SMPMTs), dan Sekolah Menengah AtasMadrasah Aliyah (SMAMA) yang mensyaratkan penyediaan 1 SD untuk 2000 penduduk.

  Kota Salatiga memiliki 603 Ruang Kelas SD dan 297 Ruang Kelas SMP yang melayani 16.637 siswa SD dan 8.933 siswa SMP pada tahun 2009. Bila ditinjau berdasarkan ketentuan Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor. 3 Tahun 2005 tentang Standar Pelayanan Minimal Penyelenggaraan Pendi dikan Sekolah Dasar (SD)Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP)Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Madrasah Aliyah (MA) yang menetapkan jumlah peserta didik dalam satu kelas atau rombongan belajar untuk SD adalah 35-40 peserta didik dan untuk SMP adalah 20–40 peserta didik, maka sebagian sekolah tidak memenuhi ketentuan tersebut. Chiara dan Koppelman (1990) mengajukan kriteria lokasi yang patut dipertimbangkan dalam penyediaan sekolah. Sebagian sekolah di Kota Salatiga Kota Salatiga memiliki 603 Ruang Kelas SD dan 297 Ruang Kelas SMP yang melayani 16.637 siswa SD dan 8.933 siswa SMP pada tahun 2009. Bila ditinjau berdasarkan ketentuan Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor. 3 Tahun 2005 tentang Standar Pelayanan Minimal Penyelenggaraan Pendi dikan Sekolah Dasar (SD)Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP)Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Madrasah Aliyah (MA) yang menetapkan jumlah peserta didik dalam satu kelas atau rombongan belajar untuk SD adalah 35-40 peserta didik dan untuk SMP adalah 20–40 peserta didik, maka sebagian sekolah tidak memenuhi ketentuan tersebut. Chiara dan Koppelman (1990) mengajukan kriteria lokasi yang patut dipertimbangkan dalam penyediaan sekolah. Sebagian sekolah di Kota Salatiga

  Berdasarkan pengamatan awal, persebaran sekolah yang ada saat ini secara spasial kurang merata. Terdapat beberapa kelurahan yang memiliki beberapa SD, namun disisi lain ada kelurahan yang hanya memiliki 1 SD. Pada tingkat SMP, juga terdapat beberapa kelurahan yang memiliki beberapa SMP tapi beberapa kelurahan lainnya justru tidak memiliki SMP sama sekali. Persebaran yang kurang merata tersebut mengakibatkan berkurangnya aksesibilitas sebagian masyarakat untuk mendapatkan pendidikan dasar dan jangkauan pelayanan sekolah sementara sebagian masyarakat yang lain justru memiliki aksesibilitas yang berlebihan karena terjadinya overlapping jangkauan pelayanan sekolah. Selain itu persebaran yang tidak merata juga menimbulkan permasalahan dibidang transportasi.

  Berdasarkan uraian permasalahan-permasalahan diatas maka research question yang diangkat dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana kondisi dan

  faktor-faktor pada penyediaan dan pemerataan fasilitas pendidikan dasar (SD dan SMP) di Kota Salatiga?”

1.3 Tujuan dan Sasaran

1.3.1 Tujuan

  Tujuan penelitian ini adalah mengkaji kondisi dan faktor-faktor penyebab pada penyediaan dan pemerataan fasilitas pendidikan dasar (SD dan SMP) di Kota Salatiga.

1.3.2 Sasaran

  Sasaran penelitian ini adalah:

  a. Mengkaji penyediaan sekolah pada jenjang pendidikan dasar dalam hal jumlah, jenis, kesesuaian lahan dan daya tampung sekolah.

  b. Mengkaji sebaran sekolah pada jenjang pendidikan dasar.

  c. Mengkaji aksesibilitas sekolah pada jenjang pendidikan dasar.

  d. Mengkaji jangkauan pelayanan sekolah pada jenjang pendidikan dasar.

  e. Mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan penyediaan dan pemerataan fasilitas pendidikan dasar (SD dan SMP) di Kota Salatiga sebagaimana kondisinya tersebut.

1.4 Manfaat Penelitian

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

  a. Menambah referensi serta memperluas wawasan dalam pembangunan wilayah dan kota dibidang pendidikan.

  b. Menjadi pertimbangan untuk dilakukan penelitian selanjutnya mengenai pembangunan wilayah dan kota di bidang pendidikan.

  c. Menjadi pertimbanganmasukan dalam perencanaan sarana pendidikan dan peningkatan pelayanan pendidikan di masa yang akan datang.

  d. Memberikan informasi mengenai kondisi pelayanan pendidikan di Ko ta Salatiga dalam hal penyediaan dan pemerataan fasilitas pendidikan dasar.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

1.5.1 Ruang Lingkup Substansi

  Ruang lingkup substansi dimaksudkan untuk membatasi kajian penelitian berdasarkan tujuan dan sasaran penelitian yang akan dilakuka n. Ruang lingkup substansi dalam penelitian ini adalah berbagai hal yang terkait dengan pendidikan dasar yang mencakup pengertian-pengertian serta penyediaan dan pemerataan sekolah pada jenjang pendidikan dasar berupa SD dan SMP. Penyediaan sekolah dikaji berdasarkan jumlah sekolah, jenis, dan daya tampung sekolah. Selain itu kajian terhadap penyediaan sekolah juga dilakukan secara spasial berdasarkan kesesuaian lahanlokasi sekolah terhadap standar yang dapat diterapkan atau yang berlaku di Indonesia, misalnya mengenai tata guna lahan dan aktivitas lingkungan.

  Kajian terhadap pemerataan sekolah dilakukan berdasarkan hal -hal berikut:

  a. Sebaran sekolah, yakni pola tertentu yang terbentuk oleh posisi keruangan sekolah-sekolah dalam wilayah administrasi Kota Salatiga.

  b. Aksesibilitas sekolah, yakni tingkat kemudahan untuk mencapai lokasi sekolah dari lokasi lain seperti rumahtempat tinggal siswa.

  c. Jangkauan pelayanan, yakni radius wilayah pelayanan sekolah dalam batasan jarak atau waktu tempuh maksimum antara temp at tinggal menuju sekolah yang dapat dijangkau siswa berdasarkan standar yang berlaku atau yang dapat diterapkan di Indonesia.

  Dalam penelitian ini, kajian terhadap penyediaan dan pemerataan fasilitas pendidikan dasar (SD dan SMP) di Kota Salatiga tidak membedakan preferensi sekolah berdasarkan tingkat ekonomi, pendidikan, agama dan atau budaya.

1.5.2 Ruang Lingkup Spasial

  Ruang lingkup spasial penelitian ini meliputi seluruh wilayah administrasi Kota Salatiga dengan luas wilayah 5.678,11 Ha yang terbagi dalam 4 wilayah Kecamatan dan 22 Kelurahan. Kota Salatiga terletak pada 007º 17’ - 007º 17’ 23” Lintang Selatan 110º 27’ 56,81” - 110º 32’ 4,64” Bujur Timur dan secara geografis berada di tengah-tengah wilayah Kabupaten Semarang, berbatasan dengan beberapa desa di Kabupaten Semarang, antara lain:

  a. Sebelah Utara: Desa Pabelan dan Desa Pajaten (Kecamatan Pabelan) serta Desa Kesongo, Desa Watu, dan Desa Agung (Kecamatan Tuntang)

  b. Sebelah Timur: Desa Ujung-ujung, Desa Sukoharjo, dan Desa Glawan (Kecamatan Pabelan) serta Desa Bener, Desa Tegal Waton, dan Desa Nyamat (Kecamatan Tengaran)

  c. Sebelah Selatan: Desa Sumogawe, Desa Samirono, dan Desa Jetak (Kecamatan Getasan) serta Desa Patemon dan Desa Karang Duren (Kecamatan Tengaran)

  d. Sebelah Barat: Desa Candirejo, Desa Jombor, Desa Sraten, dan Desa Gendongan (Kecamatan Tuntang) serta Desa Polobogo (Kecamatan Getasan).

  LEGEN DA :

  Jalan Jalan Lokal

  Recana Jalan Tol Rencana Jalan Lingkar jln arteri primer jln kolektor primer

  Sun ga i

  Bata s K ec Bata s K ota

  Ba tas

  Kan tor Ke c

  Kan tor Desa

  Bata s K el

  Proyeksi : Transverse Mercartor Sistem Proyeksi : Universal Transverse Mercartor Zone : 49 South Datum : W GS 1984

  INSET PETA

  Sidorejo Lor

  Kutowinangun

  Sidorejo Kidul

  Tegalrejo

  Tingkir Lor

  Kauman Kidul

  Cebongan

  Tingkir Tengah

  Ke Semarang

  Ke Boyolali

  Bata s De sa Blo to ng an

  Bug el Cebo nga n Dukuh Gen do nga n Kal ibe nin g Kal icacin g Kau man K id ul Keca nd ran Kum pul rejo Kuto wi nan gu n

  Led ok Mang unsa ri Nobo rej o Pul utan Rand uaci r Sal atiga Sid ore jo Ki dul Sid ore jo Lo r Te ga lre jo Ti ngki r Lor Ti ngki r Teng ah

  Sumber: Bappeda Kota Salatiga, 2009

  GAMBAR 1.1 PETA ADMINISTRASI KOTA SALATIGA TAHUN 2009

1.6 Kerangka Pemikiran

  Penelitian ini berangkat dari pemikiran tentang pentingnya penyediaan sekolah dan pemerataan sekolah bagi pembangunan pendidikan di Kota Salatiga. Penyediaan fasilitas pendidikan berupa sekolah menunjang keberhasilan pembangunan pendidikan dan penyediaan sekolah tersebut harus dilakukan dalam jumlah, jenis dan daya tampung yang mencukupi. Dilain pihak, pemerataan sekolah penting karena faktor jarak dan geografis berperan dalam keberlanjutan pendidikan oleh karena itu sekolah harus memiliki lokasi yang baik dengan aksesibilitas dan jangkauan pelayanan yang optimal.

  Berdasarkan kondisi-kondisi sebagaimana telah diuraikan pada latar belakang bahwa Penyediaan dan pemerataan pendidikan dasar (dikdas) penting karena pendidikan dasar melandasi jenjang pendidikan berikutnya sehingga sekolah dikdas idealnya tersedia secara mencukupi dan merata sedangkan penyediaan dan pemerataan sekolah dikdas di Kota Salatiga masih perlu ditingkatkan karena berdasarkan pengamatan awal, permasalahan yang terjadi di Kota Salatiga adalah jumlah siswa dikdas relatif besar dan cenderung makin meningkat, jumlah SD berlebih (oversupply) sedangkan jumlah SMP masih kurang, sebaran lokasi sekolah kurang merata, serta aksesibilitas dan jangkauan pelayanan sekolah kurang baik. Berangkat dari rumusan permasalahan tersebut maka research question yang diangkat dalam penelitian ini adalah, ” Bagaimana kondisi dan faktor-faktor penyediaan dan pemerataan fasilitas pendidikan dasar (SD dan SMP) di Kota Salatiga?”.

  Guna menjawab research question tersebut maka penelitian ini bertujuan mengkaji kondisi dan mengkaji faktor-faktor penyebab pada penyediaan dan pemerataan fasilitas pendidikan dasar (SD dan SMP) di Kota Salatiga. Penyediaan sekolah terkait dengan jumlah sekolah, jenis sekolah, daya tampung sekolah dan kondisi tapak sekolah sedangkan pemerataan sekolah terkait dengan sebaran sekolah, aksesibilitas sekolah dan jangkauan pelayanan sekolah oleh karena itu kajian terhadap penyediaan dan pemerataan sekolah dilakukan pada aspek-aspek tersebut sebagai variabel penelitian.

  Kerangka pemikiran penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

  Penyediaan Sekolah

  Pemerataan Sekolah

  1. Faktor jarak dan geografis berperan dalam pembangunan pendidikan.

  1. Ketersediaan fasilitas pendidikan penting

  dalam keberlanjutan pendidikan.

  2. Sekolah harus disediakan dalam jumlah

  2. Sekolah harus memiliki lokasi yang baik

  dan jenis pada kondisi tapak yang baik

  dengan aksesibilitas dan jangkauan

  dan daya tampung yang mencukupi.

  pelayanan yang optimal.

  Latar Belakang

  1. Penyediaan dan pemerataan pendidikan dasar (dikdas) penting. 2. Sekolah dikdas idealnya tersedia secara mencukupi dan merata. 3. Untuk meningkatkan pelayanan dikdas di Kota Salatiga maka perlu penyediaan dan pemerataan fasilitas dikdas berupa SD dan SMP secara optimal.

Rumusan Masalah

  1. Jumlah SD berlebih (oversupply) sedangkan jumlah SMP masih kurang. 2. Daya tampung dan kesesuaian lahan sebagian sekolah masih rendah. 3. Sebaran sekolah kurang merata, aksesibilitas dan jangkauan pelayanan kurang baik.

Research Question

  “Bagaimana kondisi dan faktor-faktor penyediaan dan pemerataan fasilitas pendidikan dasar (SD dan SMP) di Kota Salatiga?”

Tujuan

  Mengkaji kondisi dan faktor-faktor penyebab pada penyediaan dan pemerataan fasilitas pendidikan dasar (SD dan SMP) di Kota Salatiga.

  Sasaran

  a. Mengkaji penyediaan sekolah pada jenjang pendidikan dasar dalam hal jumlah, jenis, kondisi tapak dan daya tampung sekolah. b. Mengkaji sebaran sekolah pada jenjang pendidikan dasar. c. Mengkaji aksesibilitas sekolah pada jenjang pendidikan dasar. d. Mengkaji jangkauan pelayanan sekolah pada jenjang pendidikan dasar. e. Mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan penyediaan dan pemerataan fasilitas pendidikan dasar (SD dan SMP) di Kota Salatiga sebagaimana kondisinya tersebut.

  Kajian

  Kajian

  Penyediaan SD dan SMP

  Pemerataan SD dan SMP

  Kajian Kajian

  Jumlah dan

  Aksesibilitas Jangkauan

  Sekolah Pelayanan

Kondisi dan faktor-faktor yang mempengaruhi penyediaan dan pemerataan sekolah

1.7 Pendekatan dan Metode Penelitian

1.7.1 Pendekatan Penelitian

  Pendekatan penelitian adalah landasan pemikiran yang bersifat filosofis yang mendasari dilakukannya penelitian. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian tentang penyediaan dan pemerataan fasilitas pendidikan dasar (SD dan SMP) di Kota Salatiga ini adalah pendekatan kuantitatif. P endekatan kuantitatif merupakan salah satu upaya pencarian ilmiah ( scientific inquiry) yang didasari oleh filsafat positivisme logikal (logical positivism) yang dilaksanakan melalui aturan-aturan yang ketat mengenai logika, kebenaran, hukum -hukum, dan prediksi (Danim, 2002 dalam Depdiknas, 2008).

  Fokus penelitian kuantitatif terletak pada proses kerja yang berlangsung secara ringkas, terbatas dan memilah-milah permasalahan menjadi bagian yang dapat diukur atau dinyatakan dalam angka -angka. Penelitian kuantitatif dilaksanakan menggunakan instrumen (alat pengumpul data) yang menghasilk an data numerikal (angka) untuk menjelaskan, menguji hubungan antar variabel, menentukan kasualitas dari variabel, menguji teori dan mencari generalisasi yang mempunyai nilai prediktif (untuk meramalkan suatu gejala).

  Pada penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif, analisis data dilakukan menggunakan teknik statistik untuk mereduksi dan mengelompokan data, menentukan hubungan serta mengidentifikasikan perbedaan antar kelompok data. Kontrol, instrumen, dan analisis statistik digunakan untuk menghasilkan temuan-temuan penelitian secara akurat sehingga kesimpulan yang diperoleh melalui penelitian kuantitatif dapat diberlakukan secara umum.

1.7.2 Metode Penelitian

  Metode penelitian menggambarkan rancangan penelitian yang meliputi prosedur atau tahap-tahap yang akan dilaksanakan, waktu penelitian, sumber- sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan dan teknik analisis data. Dalam prakteknya terdapat beberapa macam pengklasifikasian metode dalam melaksanakan penelitian. Banyaknya metode tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan sudut pandang dalam menetapkan metode (Depdiknas, 2008).

  Tujuan penelitian ini adalah mengkaji kondisi dan faktor-faktor penyebab pada penyediaan dan pemerataan fasilitas pendidikan dasar (SD dan SMP) di Kota Salatiga. Berdasarkan tujuannya tersebut maka penelitian ini dapat dikatakan sebagai penelitian eksplanatif. Penelitian eksplanatif adalah penelitian yang dilakukan untuk menemukan penjelasan tentang mengapa suatu kejadian atau gejala terjadi. Tujuan penelitian eksplan atif adalah menghubungkan pola-pola yang berbeda namun memiliki keterkaitan serta menghasilkan pola hubungan sebab akibat (Prasetyo dan Jannah, 2005). Neuman (1997:20) dalam Naidoo (2004:47) mengatakan bahwa keinginan untuk mengetahui dan menjelaskan mengapa sesuatu hal menjadi sebagaimana kondisinya tersebut (why things are the way they

  are), adalah tujuan dari penelitian eksplanatif.

  Lebih lanjut lagi menurut Naidoo (2004:47) jika pertanyaan penelitian mengharuskan peneliti untuk menjelaskan hubungan antara variabel dan mendemonstrasikan bahwa perubahan pada suatu variabel akan menyebabkan perubahan pada variabel lainnya maka penelitian tersebut termasuk dalam jenis penelitian eksplanatif. Naidoo mengatakan, “When the research question demands that the researcher explain the relationship between variables and demonstrates that change in one variable causes change in another variable, the research is called explanatory research”.

1.7.3 Populasi Penelitian

  Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas; subjekobjek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk diamati dan dipelajari untuk kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2003:55). Menurut Zuriah (2009:116), populasi merupakan seluruh data yang menjadi perhatian peneliti dalam suatu ruang lingkup dan waktu.

  Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh sekolah pada jenjang pendidikan dasar (SD dan SMP) di Kota Salatiga yakni 93 SD dan 21 SMP. Semua sekolah tersebut merupakan objek dalam penelitian ini, dengan demikian dapat dikatakan penelitian ini termasuk sensus. Menurut Zuriah (2009) sensus adalah metode pengambilan data yang melibatkan seluruh populasi.

  Unit analisis dalam penelitian ini adalah kelurahan karena kebijakan pembangunan pendidikan di Indonesia pada umumnya dan Kota Salatiga pada khususnya berbasis kewilayahan.

1.7.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

  Menurut Sa’ud (2006) dalam Yuniarsih et al.(2008), salah satu aspek yang paling penting dalam pembangunan pendidikan adalah penyediaan fasilitas- fasilitas pendidikan. Akhmadi et al. (2003), Hartono (2005), dan Syahza (2008) menyatakan faktor-faktor keberlanjutan sekolah siswa diantaranya dipengaruhi oleh aspek geografis dan penyediaan fasilitas pendidikan. Lebih lanjut lagi, berdasarkan tinjauan pustaka, penyediaan dan pemerataan sekolah berkaitan erat dengan jumlah sekolah, jenis sekolah, persebaran lokasi sekolah, aksesibilitas sekolah, dan jangkauan pelayanan sekolah sehingga aspek -aspek tersebut kemudian dikembangkan sebagai variabel-variabel dalam penelitian ini.

  Menurut Prasetyo dan Jannah (2005:67-68) variabel dalam penelitian kuantitatif dapat dibedakan menjadi dua, yakni variabel bebasindependen (independent variable) dan variabel terikatdependen (dependent variable). Variabel bebas adalah suatu variabel yang ada atau terjadi mendahului variabel terikatnya. Keberadaan variabel independen dalam suatu penelitian kuantitatif merupakan variabel yang menjelaskan terjadinya fokus atau topik penelitian, sedangkan variabel terikat adalah variabel yang diakibatkan atau yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Keberadaan variabel ini adalah sebagai variabel yang dijelaskan dalam fokus atau topik penelitian.

  Berdasarkan jenis variabelnya, pada aspek penyediaan sekolah variabel

  dependennya adalah penyediaan sekolah (Y 1 ) dengan variabel independennya adalah jumlah dan jenis sekolah (X 1 ), daya tampung sekolah (X 2 ) dan kesesuaian

  lahan sekolah (X 3 ). Sedangkan pada aspek pemerataan sekolah variabel

  dependennya adalah pemerataan sekolah (Y 2 ) dengan variabel independennya adalah sebaran sekolah (X 4 ), aksesibilitas sekolah (X 5 ) dan jangkauan pelayanan

  sekolah (X 6 ). Definisi operasional variabel-variabel tersebut sebagai berikut: sekolah (X 6 ). Definisi operasional variabel-variabel tersebut sebagai berikut:

  b. Jumlah dan jenis sekolah adalah banyaknya sekolah yang tersedia dengan bentuk satuan pendidikan, status pengelolaan sekolah, serta kelompok standarisasi dan akreditasi sekolah yang tertentu.

  c. Daya tampung sekolah adalah kemampuan atau kapasitas sekolah untuk menerima peserta didik dalam jumlah tertentu.

  d. Kesesuaian lahan sekolah adalah kesesuaian lokasi suatu sekolah untuk tempat menyelenggarakan kegiatan persekolahan berdasarkan karakteristik- karakteristik lahan yang dimilikinya.

  e. Pemerataan sekolah adalah penempatan sekolah pada lokasi yang sedemikian rupa sehingga semua anak dapat mengikuti kegiatan persekolahan atau pergi ke sekolah dengan mudah. Untuk mengukur pemerataan sekolah digunakan kecenderungan bersekolah pada penduduk suatu wilayah. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah angka partisipasi sekolah sebagai ukuran daya serap sistem pendidikan terhadap penduduk.

  f. Sebaran sekolah adalah posisi keruangan sekolah dalam wilayah administrasi Kota Salatiga yang membentuk pola-pola spasial tertentu.

  g. Aksesibilitas sekolah adalah tingkat kemudahan secara spasial untuk mencapai lokasi sekolah dari tempat tinggal siswa.

  h. Jangkauan pelayanan sekolah adalah radius wilayah dalam batasan jarak atau waktu tempuh maksimum antara tempat tinggal menuju sekolah yang dapat dijangkau siswa.

1.8 Kebutuhan Data, Teknik Pengumpulan Data, dan Teknik

  KompilasiPenyusunan Data

  Data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder berdasarkan faktor-faktor atau variabel penelitian. Data primer adalah data yang didapatkan langsung dari sumbernya. Sebaliknya, data sekunder merupakan data tidak secara langsung didapatkan dari sumbernya.

  Penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data. Menurut Arikunto (1997:151) ada beberapa teknik dan instrumen yang dapat digunakan dalam pengumpulan data yang masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Untuk mengatasi kekurangan suatu teknik dan instrumen maka dalam dapat digunakan beberapa metode dan instrumen pengumpulan data sekaligus.

1.8.1 Kebutuhan Data

  Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebagaimana pada Tabel

  I.1 berikut:

  TABEL I.1 KEBUTUHAN DATA

  Data Yang Dibutuhkan

  Jenis Data

  Sumber

  Pengumpulan Data

  1 Penyediaan

  Jumlah Sekolah

  Sekunder

  Survei Institusional

  Dinas Pendidikan, Pemuda dan

  Sekolah (Y 1 )

  Olahraga (Disdikpora) Kota Salatiga

  Jumlah Penduduk

  Sekunder

  Survei Institusional

  Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Salatiga, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dispendukcapil) Kota Salatiga

  2 Jumlah dan

  Jumlah Sekolah

  Sekunder

  Survei Institusional

  Disdikpora Kota Salatiga

  3 Jenis Sekolah

  Jenis Sekolah

  Jarak Antar Kecamatan

  Sekunder

  Survei Institusional

  Bappeda Kota Salatiga, analisis

  5 Daya Tampung Jumlah KelasRombongan Belajar

  6 Sekolah (X 2 )

  Jumlah Siswa

  Kondisi Lingkungan

  Primer

  Survei Lapangan,

  Sekolah

  Lahan Sekolah

  Kuesioner

  8 (X 3 )

  Ukuran tapak

  Primer,

  Survei Institusional, Disdikpora Kota Salatiga dan

  9 Keterpaduan dengan perencanaan kota

  Sekunder

  Survei Institusional

  Bappeda Kota Salatiga

  10 Peran dalam perencanaan gedung yang Sekunder

  Survei Institusional, Disdikpora Kota Salatiga dan

  11 Sifat khas tapak

  Primer

  Survei Lapangan,

  Survei Lapangan,

  Sekolah

  Kuesioner

  Lanjutan Tabel I.1

  Data Yang Dibutuhkan

  Jenis Data

  Sumber

  Pengumpulan Data

  13 Pelayanan utilitas

  Primer

  Survei Lapangan,

  Jumlah Siswa

  15 Sekolah (Y 2 )

  Jumlah Penduduk Usia Sekolah

  Sekunder

  Survei Institusional

  Dispendukcapil Kota Salatiga

  16 Sebaran

  Lokasi sekolah

  Sekunder

  Survei Institusional

  Bappeda Kota Salatiga dan

  Sekolah (X 4 )

  Disdikpora Kota Salatiga

  Jarak Antar Sekolah

  Sekunder

  Survei Institusional

  Bappeda Kota Salatiga dan Disdikpora Kota Salatiga, Analisis

  17 Luas Wilayah

  Sekunder

  Survei Institusional

  Bappeda Kota Salatiga

  18 Aksesibilitas

  Kondisi Fisik Jalan

  Primer,

  Survei Lapangan,

  Dinas Pekerjaan Umum (DPU)

  Sekolah (X 5 )

  Sekunder

  Survei Institusional

  Kota Salatiga

  19 Fungsi Jalan

  Sekunder

  Survei Institusional

  DPU Kota Salatiga

  20 Jalur Transportasi

  Sekunder

  Survei Institusional

  Dinas Perhubungan, Komunikasi, Budaya dan Pariwisata (Dishubkombudpar) Kota Salatiga

  21 Jangkauan

  Jarakwaktu tempuh dari tempat tinggal Primer,

  Kuesioner, Survei

  Sekolah

  Pelayanan

  menuju sekolah

  Sekunder

  Lapangan,

  22 Sekolah (X 6 )

  Peta Jaringan Jalan dan Data Jalan

  Sekunder

  Survei Institusional

  Bappeda Kota Salatiga dan DPU Kota Salatiga

  Sumber: Analisis, 2010

1.8.2 Teknik Pengumpulan Data Primer

  Pengumpulan data primer dalam penelitian ini dilakukan menggunakan survei lapangan dan kuesioner. Survei lapangan adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mendatangi dan mengamati objek penelitian secara langsung. Untuk mempermudah proses pengumpulan data, maka dalam survei lapangan digunakan instrumen berupa daftar cocok (check list) sebagai alat bantu. Dalam survei lapangan peneliti juga dilengkapi dengan kamera digital untuk mendokumentasikan kondisi eksisting objek yang disurvei.

  Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel-variabel, hubungan antar variabel serta pengalaman atau opini responden. Neuman (2003) dalam Prasetyo dan Jannah (2005:141) mengatakan bahwa kuesioner adalah “an instrument -…- that heshe uses to measures variables” sedangkan Sekaran (1992) dalam Prasetyo dan Jannah (2005:141) mendefinisikan kuesioner sebagai “preformulated written set of question to which respondens record their answer, usually within rather closely alternatives”.

  Pertanyaan dalam kuesioner harus disusun dengan hati-hati. Menurut Prasetyo dan Jannah (2005) penyusunan pertanyaan kuesioner sebaiknya memperhatikan perspektif suatu isu, kata-kata kunci dalam pertanyaan, pemilihan bentuk pertanyaan apakah personal atau formal, variasi pilihan jawaban, bagian yang harus didahulukan, informasi tambahan dalam pertanyaan, pengaruh penggunaan angka-angka, serta keberadaan alternatif jawaban netral. Menurut Arikunto (1997) dalam menyusun kuesioner sebaiknya menggunakan bahasa yang jelas dan mudah dipahami, menggunakan instruksi pengisian yang singkat dan tidak rumit atau bertele-tele, semua indikator terwakili dalam pertanyaan yang ada dan tidak menanyakan hal yang kurang perlu dan tidak akan diolahdianalisis.

  Berdasarkan jenisnya, maka kuesioner dalam penelitian ini adalah kuesioner semi terbuka, yakni kuesioner yang selain memberikan alternatif - alternatif jawaban bagi responden juga memberikan keleluasaan bagi reponden untuk menjawab sesuai keinginannya (Zuriah, 2009). Menurut Prasetyo dan Jannah (2005) pertanyaan tertutup dan terbuka masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga untuk mengatasi kelemahan pada kedua tipe pertanyaan tersebut peneliti dapat menggunakan pertanyaan semi terbuka. Berdasarkan hal Berdasarkan jenisnya, maka kuesioner dalam penelitian ini adalah kuesioner semi terbuka, yakni kuesioner yang selain memberikan alternatif - alternatif jawaban bagi responden juga memberikan keleluasaan bagi reponden untuk menjawab sesuai keinginannya (Zuriah, 2009). Menurut Prasetyo dan Jannah (2005) pertanyaan tertutup dan terbuka masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga untuk mengatasi kelemahan pada kedua tipe pertanyaan tersebut peneliti dapat menggunakan pertanyaan semi terbuka. Berdasarkan hal

1.8.3 Teknik Pengumpulan Data Sekunder

  Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan menggunakan metode kajian literaturstudi kepustakaan dan survei institusional. Kajian literaturstudi kepustakaan adalah penghimpunan informasi yang relevan dengan topik atau masalah penelitian dengan menggunakan sumber tertulis seperti buku ilmiah (textbook), laporan penelitian, karangan ilmiah, tesis, disertasi, peraturan, ensiklopedia dan sumber tertulis lainnya baik cetak maupun elektronik (Purwono, 2004). Kajian literatur diharapkan dapat memberi gambaran teoritis tentang permasalahantopik penelitian sehingga membantu peneliti dalam memahami dan menjawab permasalahan penelitian secara teoritis.

  Menurut Purwono (2004) secara umum literatur dapat dikelompokkan menjadi literatur umum dan literatur khusus. Literatur umum berwujud teori dan konsep yang biasanya terdapat dalam buku-buku teks, ensiklopedia, monografi dan sejenisnya, sedangkan literatur khusus berupa hasil-hasil penelitian terdahulu yang dapat ditemukan dalam jurnal, bulletin penelitian, tesis dan disertasi.

  Tiga aspek yang harus diperhatikan dalam pemilihan literaturpustaka yaitu relevansi, adekuasi dan kemutakhiran. Yang dimaksud dengan relevansi yakni literatur harus memiliki kegayutan atau kesesuaian dengan topik penelitian. Adekuasi artinya pemilihan pustaka harus berkaitan langsung dengan topik penelitian. Selain itu sebaiknya digunakan literatur yang mutakhir ( up to date), yakni literatur yang “baru” untuk menghindari teori-teori atau bahasan yang sudah kadaluwarsa. Literatur ”lama” mungkin berisi konsep-konsep atau teori-teori yang sudah tidak berlaku karena kebenarannya telah dibantah oleh hasil penelitian yang lebih mutakhir atau teori yang lebih baru (Hadi, 1991 dalam Purwono, 2004).

  Survei Institusional adalah pengumpulan data berupa data statistik, peta, laporan-laporan, serta dokumen dari pihak lain, instansi, atau narasumber. Data yang dikumpulkan dengan menggunakan metode survei institusional dalam penelitian ini diantaranya RTRW Kota Salatiga dan alamat sekolah.

1.8.4 Teknik KompilasiPenyusunan Data

  Data yang telah dikumpulkan kemudian dikompilasidisusun untuk mempermudah proses pengolahan dan analisis. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan data adalah (Zuriah, 2009):

  1. Data yang diambil adalah data yang benar-benar diperlukan atau penting dalam penelitian.

  2. Data yang diambil adalah data yang sifatnya objektif.

  3. Data yang diambil adalah data yang sifatnya otentik.

  4. Data yang dambil dibedakan secara tegas dari pendapat pribadi responden.

  Hal-hal yang dilakukan dalam proses kompilasipenyusunan data yang telah diperoleh meliputi klasifikasi, pengkodean (coding), dan tabulasi. Menurut Margono (1997) dalam Zuriah (2009) dalam melakukan klasifikasi harus secara jelas dan tidak saling tumpang tindih. Data yang telah diklasifikasikan dan di - coding selanjutnya akan ditabulasikan untuk memudahkan proses analisis.

  Teknik kompilasi data yang bersumber dari kuesioner meliputi:

  1. Pengelompokkan kuesioner berdasarkan wilayah (KelurahanKecamatan) asal sekolahresponden.

  2. Inputing jawaban masing-masing responden dan pengelompokan data sesuai dengan kebutuhan penelitian (coding).

  3. Pemilahan jawaban yang sesuai dengan kebutuhan penelitian.

  4. Verifikasi jawaban dengan kondisi yang sesungguhnya sehingga dihasilkan kelompok data yang objektif dan otentik.

1.9 Kerangka Analisis dan Teknik Analisis

1.9.1 Kerangka Analisis

  Kerangka analisis terbagi dalam 3 komponen yang meliputi input, proses , dan output. Komponen input berisi variabel atau indikator yang menjadi objek penelitian, Komponen proses berisi tentang metode atau teknik analisis yang digunakan, komponen output berisi hasil-hasil analisis sesuai sasaran penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya. Kerangka analisis dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

  INPUT

  PROSES

  OUTPUT

A. Penyediaan Sekolah

  Jumlah Sekolah dan

  Analisis Tingkat

  Rasio Ketersediaan

  Jumlah Penduduk

  Penyediaan Sekolah

  Sekolah

  Jumlah dan Jenis

  Analisis Jumlah dan

  Indeks Aksesibilitas

  Sekolah

  Jenis Sekolah