Aksesibilitas Sekolah

2.3.2 Aksesibilitas Sekolah

  Aksesibilitas merupakan salah satu faktor yang menarik orang untuk mengunjungi atau bertempat tinggal pada suatu lokasi (Tarigan, 2008). Menurut Black (1981) dalam Mutmainah et al. (2008) aksesibilitas adalah suatu konsep yang menggabungkan sistem tata guna lahan dengan sistem jaringan transp ortasi, Aksesibilitas merupakan salah satu faktor yang menarik orang untuk mengunjungi atau bertempat tinggal pada suatu lokasi (Tarigan, 2008). Menurut Black (1981) dalam Mutmainah et al. (2008) aksesibilitas adalah suatu konsep yang menggabungkan sistem tata guna lahan dengan sistem jaringan transp ortasi,

  Menurut Bintarto dan Hadisumarno (1982:117) aksesibilitas menunjukkan kemudahan bergerak dari suatu tempat ke tempat lain dalam suatu wilayah. Tingkat aksesibilitas adalah tingkat kemudahan mencapai suatu lokasi dari lokasi lain disekitarnya. Tingkat aksesibilitas dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kondisi jalan, moda transportasi, intensitas transportasi dan jarak (Tarigan, 2008). Dalam konteks pendidikan, tingkat aksesibilitas sekolah dapat didefinisikan sebagai tingkat kemudahan untuk mencapai lokasi sekolah dari tempat tinggal siswa. Penyediaan fasilitas, termasuk sekolah, dikatakan paling aksesibel (most accesible) atau tingkat aksesibilitasnya paling baik bila (Rushton, 1979):

  1. Jumlah jarak total semua penduduk menuju fasilitas terdekat adalah minimum, dengan kata lain meminimalkan jarak rata-rata (kriteria jarak rata-rata).

  2. Jarak terjauh penduduk menuju fasilitas yang terdekat adalah minimum, atau dengan kata lain, meminimalkan jarak maksimum (kriteria jarak minimax).

  3. Penduduk disekitar fasilitas yang terdekat kurang lebih berjumlah sama. Kondisi ini disebut kriteria pembebanan seimbang (equal assignment).

  4. Penduduk di sekitar fasilitas selalu berjumlah lebih besar dari jumlah minimal tertentu, hal ini disebut kriteria ambang batas ( treshold constraint).

  5. Penduduk di sekitar fasilitas berjumlah kurang atau tidak lebih dari jumlah maksimal, hal ini disebut kriteria batas kapasitas (capacity constraint).

  Kriteria-kriteria di atas dapat digunakan secara terpisah ataupun kombinasi dari beberapa kriteria tersebut tergantung jenis fasilitas dan preferensi.

  Pencapaian sekolah harus memenuhi aspek keamanan. Keamanan pencapaian terwujud diantaranya melalui tidak ada persimpangan yang berbahaya, ketersediaan trotoar dan jalan yang baik, tidak ada lalu lintas yang semrawut , serta adanya sarana bagi penyeberang jalan. Pencapaian lokasi SD harus dapat dilakukan dengan berjalan kaki dari rumah siswa dengan tanpa menyeberang jalan raya. Untuk SMP, lokasinya harus cukup jauh dari jalan arteri dan terdapat jalan setapak bagi siswa menuju sekolah. Pencapaian sekolah juga harus memenuhi aspek kelayakan pencapaian bagi berbagai moda transportasi seperti pejalan kaki, sepeda, kendaraan, maupun bis sekolah (Chiara dan Koppelman, 1990).

  Tingkat aksesibilitas biasanya diukur menggunakan rumus gravitasi. Haynes dan Fotheringham (1984) menguraikan berbagai variasi rumus gravitasi dan alternatif penggunaannya yang tergantung pada preferensi dan situasi dimana rumus gravitasi tersebut dapat diterapkan. Rumus gravitasi dapat digunakan dalam berbagai konteks, seperti pariwisata, pendidikan atau kesehatan, tidak hanya transportasi. Salah satu rumus gravitasi sebagai berikut (Tarigan, 2008):

  P i P j

  T ij = ------- . f (Zi)

  Dimana : T ij

  = Tingkat aksesibilitas daerah i terhadap daerah j. P i = Penduduk daerah i.

  P j

  = Penduduk daerah j.

  d ij

  = Jarak daerah i terhadap j, dapat dinyatakan dalam satuan waktu tempuh .

  b = Pangkat dari d, dalam sebagian besar kasus b = 2.

  f (Zi) = Fungsi dari Zi, dimana Zi adalah daya tarik daerah i.

  Daldjoeni (1992) mengatakan bahwa pangkat (b) merepresentasikan hambatan fisik dan nonfisik yang ada antara kedua daerah dengan nilai 0,4 sampai 3,3 tapi yang sering digunakan adalah 2. Beberapa hal pokok dalam penggunaan rumus gravitasi (Warpani, 1984):

  1. Pengukuran massa (P) dan jarak (d) dapat menggunakan berbagai variabel sesuai masalah yang dianalisis. Pengukuran massa dapat menggunakan jumlah penduduk, tenaga kerja atau pendapatan daerah sedangkan untuk jarak bisa menggunakan satuan jarak geografis, waktu atau biaya transportasi.

  2. Penentuan pangkat pada variabel (b). Beberapa ahli menggunakan pangkat yang berbeda. Stewart menggunakan pangkat 1 atau 2. Carrol menggunakan pangkat 3. Ikle menyatakan bahwa pangkat berkisar antara 0,689 sampai 2,6.

  3. Massa (P) dan jarak (d) dapat diberi bobot untuk menyempurnakan rumus yang ada, misalnya dengan pendapatan perkapita.

  Mutmainah et al. (2008) menggunakan rumus gravitasi untuk mengukur tingkat aksesibilitas sekolah dengan cara memberikan konversi (scoring) terhadap Mutmainah et al. (2008) menggunakan rumus gravitasi untuk mengukur tingkat aksesibilitas sekolah dengan cara memberikan konversi (scoring) terhadap

  KFT

  d ij = -------

  = Aksesibilitas daerah i terhadap daerah j. K = Kondisi fisik jalan.

  F = Fungsi jalan.

  T

  = Jalur transportasi.

  d = Jarak daerah i terhadap daerah j, jarak rata-rata antar kecamatan.