Gambaran Umum Kota Salatiga

3.1 Gambaran Umum Kota Salatiga

3.1.1 Geografis

  Kota Salatiga terletak pada 007º 17’-007º 17’ 23” Lintang Selatan 110º 27’ 56,81”-110º 32’ 4,64” Bujur Timur dengan luas wilayah 5.678,11 Ha yang terbagi dalam 4 wilayah kecamatan dan 22 kelurahan. Secara geografis Kota Salatiga berada di tengah-tengah wilayah Kabupaten Semarang, dikelilingi oleh beberapa desa di Kabupaten Semarang.

  Kota Salatiga berbatasan dengan Desa Pabelan dan Desa Pajaten di Kecamatan Pabelan serta Desa Kesongo, Desa Watu, dan Desa Agung di Kecamatan Tuntang di sebelah utara. Di sebelah selatan, Kota Salatiga berbatasan dengan Desa Sumogawe, Desa Samirono, dan Desa Jetak di Kecamatan Getasan serta Desa Patemon dan Desa Karang Duren di Kecamatan Tengaran. Sedangkan di sebelah timur, Kota Salatiga berbatasan dengan Desa Ujung-ujung, Desa Sukoharjo, dan Desa Glawan di Kecamatan Pabelan serta Desa Bener, Desa Tegal Waton, dan Desa Nyamat di Kecamatan Tengaran. Di sebelah barat Kota Salatiga berbatasan dengan Desa Candirejo, Desa Jombor, Desa Sraten, dan Desa Gendongan di Kecamatan Tuntang serta Desa Polobogo di Kecamatan Getasan.

3.1.2 Struktur dan Kebijakan Ruang Kota

  Bentuk fisik kota senantiasa berubah seiring berjalannya waktu sementara disisi lain batas administrasi kota yang salah satu fungsinya adalah memberikan batas fisik bagi berbagai permasalahan kota agar mudah dipecahkan justru relatif tetap (Yunus, 2004). Ditinjau dari aspek delimitasi administrasi dan morfologi kota tersebut, Kota Salatiga memiliki bentuk over bounded city dimana batas- batas fisik kota masih berada di dalam batas administrasi kota sehingga dapat dikatakan bahwa kenampakan fisik kekotaan pada Kota Salatiga belum merata kesemua wilayah (Analisis, 2010).

  Sumber : Bappeda Kota Salatiga, 2010 dan Analisis, 2010

  GAMBAR 3.1 URBAN SPRAWL KOTA SALATIGA TAHUN 2008

  Perkembangan area kekotaan Kota Salatiga cenderung berbentuk guritabintang (octopusstar shaped city) dan tumbuh mengikuti jalur jalan arteri primer Jl. Fatmawati–Jl. Osa Maliki dan jalur jalan arteri sekunder Jl.

  Diponegoro–Jl. Jendral Sudirman sementara di beberapa bagian wilayah pinggiran Kota Salatiga masih kurang tersentuh kegiatan pembanguna n. Karena bentuk perkotaannya yang mengikuti jalur transportasi maka dengan demikian dapat dikatakan bahwa urban sprawl Kota Salatiga memiliki bentuk memita atau ribbon development dimana kemudian terbentuk wujud radial konsentris yang mengikuti bentuk jalan (Analisis, 2010).

  Kebijakan perencanaan struktur ruang Kota Salatiga memang dibentuk dengan memanfaatkan jalur arteri primer yang menghubungkan Kota Semarang - Solo sebagai jalur utama. Jaringan yang dikembangkan berbentuk radial dengan tujuan agar ada penyebaran yang merata ke semua wilayah Kota Salati ga dari pusat kota. Jalan Lingkar Salatiga (JLS) yang melewati wilayah Kecamatan Argomulyo dan Kecamatan Sidomukti dibangun sebagai jalur alternatif regional untuk mengurangi masalah transportasi di pusat kota. JLS juga menjadi batas pengembangan kota ke arah kawasan fungsi budidaya terbatas atau penyangga.

  Peran Kota Salatiga dalam konstelasi wilayah Provinsi Jawa Tengah direncanakan sebagai berikut (RTRW Kota Salatiga 2003-2013):

  a. Kota Salatiga menjadi ‘stop over’ atau kota transit bagi para pelaku perjalanan antara Semarang dan Surakarta.

  b. Kota Salatiga berfungsi sebagai simpul distribusi pariwisata bagi daerah sekitar yang potensial sebagai objek wisata regional, misalnya Rawapening.

  c. Kota Salatiga berperan sebagai terminal perdagangan produksi pertanian (food station) daerah sekitarnya, penyedia alat dan input bagi kegiatan pertanian, serta sebagai pusat industri pengolahan hasil pertanian.

  d. Kota Salatiga berperan sebagai pusat pendidikan dan olah raga. Untuk mendukung peran sebagai pusat pendidikan tersebut maka diperlukan penyediaan dan pemerataan fasilitas pendidikan, termasuk pendidikan dasar secara optimal.

3.1.3 Kependudukan

  Jumlah penduduk Kota Salatiga pada tahun 2009 mencapai 170.022 jiwa yang tersebar di 4 kecamatan, meliputi Kecamatan Sidorejo dengan penduduk sejumlah 49.605 jiwa, Kecamatan Tingkir dengan penduduk sejumlah 40.262 Jumlah penduduk Kota Salatiga pada tahun 2009 mencapai 170.022 jiwa yang tersebar di 4 kecamatan, meliputi Kecamatan Sidorejo dengan penduduk sejumlah 49.605 jiwa, Kecamatan Tingkir dengan penduduk sejumlah 40.262

  TABEL III.1 JUMLAH PENDUDUK PER KELURAHAN TAHUN 2009

  Kelurahan

  Sex Ratio

  I Sidorejo

  2 Sidorejo Lor

  5 Kauman Kidul

  II Tingkir

  9 Sidorejo Kidul

  11 Tingkir Lor

  12 Tingkir Tengah

  III Argomulyo

  IV Sidomukti

  Sumber : Salatiga Dalam Angka tahun 2009

  TABEL III.2 KEPADATAN PENDUDUK PER KELURAHAN TAHUN 2009

  Kelurahan

  Luas Wilayah

  Jumlah Penduduk

  Ha Jiwa

  (JiwaHa)

  I Sidorejo

  2 Sidorejo Lor

  5 Kauman Kidul

  II Tingkir

  9 Sidorejo Kidul

  11 Tingkir Lor

  III Argomulyo

  IV Sidomukti

  Sumber : Salatiga Dalam Angka tahun 2009 1

  Berdasarkan usia, jumlah penduduk Kota Salatiga pada tahun 2009 yang berusia pada jenjang pendidikan dasar atau 7-15 tahun mencapai 20.578 jiwa, terdiri dari 14.694 jiwa yang berusia pada jenjang SD atau 7-12 tahun dan 5.884 jiwa berusia pada jenjang SMP atau 13-15 tahun.

  TABEL III.3 JUMLAH PENDUDUK USIA SD DAN SMP TAHUN 2009

  Kelurahan

  Usia SD

  Usia SMP

  No.

  Kecamatan

  (7-12 Tahun)

  (13-15 Tahun)

  I Sidorejo

  2 Sidorejo Lor

  5 kauman Kidul

  II Tingkir

  9 Sidorejo Kidul

  11 Tingkir Lor

  12 Tingkir Tengah

  IV Sidomukti

  Sumber : Dispenduk dan Catatan Sipil Kota Salatiga Tahun 2009

3.1.4 Transportasi dan Jaringan Jalan

  Kota Salatiga hanya memiliki transportasi darat. Dalam RTRW Provinsi Jawa Tengah, Kota Salatiga termasuk dalam jaringan jalan arteri nasional, menghubungkan Kota Semarang dengan Kota Surakarta sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN). Kota Salatiga juga berperan sebagai Pusat Pengembangan

  Wilayah (PPW) yang menjadi penghubung daerah sekitarnya dengan tiga pola jalan (Bappeda Kota Salatiga, 2009):

  a. Pola kisi-kisi (grid iron), pola ini digunakan untuk sirkulasi internal dalam kota. Jaringan kisi berupa jaringan kolektor dan lokal.

  b. Pola jari-jari (radial), pola ini digunakan untuk distribusi arus lalu lintas dari dan ke wilayah regional yang meliputi Semarang, Surakarta, KopengMagelang, Banyubiru dan BeringinPabelan.

  c. Pola melingkar (ring), pola ini terdiri dari lingkar dalam di bagian timur, lingkar tengah, dan lingkar selatan. Bagian barat dan Timur di pisahkan oleh lintasan tengah yang melalui Jl. Diponegoro dan Jl. Jenderal Sudirman.

  Sumber : Bappeda Kota Salatiga, 2009

  GAMBAR 3.2 POLA JARINGAN JALAN KOTA SALATIGA

3.1.5 Penggunaan Lahan

  Penggunaan lahan di Kota Salatiga pada tahun 2009 relatif seimbang antara penggunaan lahan sebagai fungsi-fungsi perkotaan seperti perumahan, jasa, Penggunaan lahan di Kota Salatiga pada tahun 2009 relatif seimbang antara penggunaan lahan sebagai fungsi-fungsi perkotaan seperti perumahan, jasa,

  TABEL III.4 PENGGGUNAAN LAHAN BERDASARKAN JENISNYA KOTA SALATIGA TAHUN 2007 – 2009

  Pengggunaan Lahan

  I Daerah Terbangun

  - Komplek ABRI

  II Non Urban

  - Irigasi Teknis

  - Irigasi ½ Teknis

  - Irigasi Sederhana