masyarakat. Belajar dengan proses pembelajran yang didalamnya terdapat peran guru, bahan ajar dan lingkungan yang kondusif yang
sengaja diciptakan akan membuat belajar itu menjadi bermakna. Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang
kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan
antara pengembangan dan pengalaman hidup. “Pembelajaran instruction adalah suatu usaha untuk membuat
peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik.
”
7
Bisa dikatakan bahwa pembelajaran berarti adalah upaya menciptakan suatu kondisi agar terjadi kegiatan belajar.
“Sadiman dkk memberikan pengertian tentang pembelajaran, yaitu usaha
– usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber – sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri peserta didik.
”
8
Dalam Undang
– Undang tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20 juga dijelaskan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.
9
Jelas terlihat bahwa terdapat interaksi dua arah dari seorang guru sebagai komunikator dan peserta didik sebagai komunikan dan
materi yang dikomunikasikan berisikan pesan berupa ilmu pengetahuan, dimana antara keduanya terjadi komunikasi transfer
yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dari pendapat yang dikemukakan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran lebih ditekankan pada kegiatan
belajar siswa yang telah dirancang oleh guru dengan usaha yang terencana melalui prosedur atau metode tertentu agar terjadi proses
perubahan perilaku secara komprehensif, hal yang paling penting dalam proses pembelajaran ini adalah perlunya komunikasi timbal
7
Warsita, op.cit., h.85
8
ibid.,
9
ibid.,
balik transaksional antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, baik itu secara langsung maupun tidak langsung.
2. Matematika dan Belajar Matematika
“Istilah “Matematika” berasal dari kata Yunani “mathein” atau “manthenein” yang artinya “mempelajari”. Mungkin juga kata itu erat
hubungannya dengan kata Sansekert a “medha” atau “widya” yang
artinya ialah
“kepandaian”, “ketahuan”,
atau “inteligensi”.”
10
Berdasarkan asal katanya maka matematika dapat diartikan sebagai ilmu yang didapat dengan cara belajar dan berpikir.
Menurut Russel bahwa matematika sebagai suatu studi yang dimulai dari pengkajian bagian
– bagian yang sangat dikenal menuju arah yang tidak dikenal.
11
Soedjadi memandang bahwa “matematika merupakan ilmu yang bersifat abstrak, aksiomatik, dan deduktif.
12
Matematika timbul karena fikiran
– fikiran manusia, yang berhubungan dengan idea, proses, dan penalaran.Bila diumpamakan, memahami matematika itu seperti
membangun sebuah rumah. Bila fondasinya tidak kuat maka rumah itu akan ambruk. Agar rumah itu kuat dan tahan lama, selain fondasinya,
juga tiang – tiangnya harus kuat dan harus dipelihara pula.
Dari berbagai pandangan dan pengertian di atas, dapat disarikan bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh
dengan bernalar yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan lambang
– lambang atau simbol dan memiliki arti serta dapat digunakan dalam
pemecahana masalah yang berkaitan dengan bilangan. Belajar Matematika menurut Zoltan P. Dienes sistem
pengajarannya dibuat
dalam usaha
peningkatan pengajaran
10
Andi Hakim Nasoetion, Landasan Matematika, Jakarta:Bharatara Karya Aksara, 1980, cet.3, h.12.
11
Hamzah B Uno dan Masri Kudrat Umar, Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran Sebuah Konsep Pembelajaran Berbasis Kecerdasan, Jakarta:PT.Bumi Aksara, 2009, cet.1,
h.108.
12
ibid.,
Matematika agar lebih mudah dapat dipelajari dan lebih menarik.
13
Dienes berpendapat bahwa ada 6 tahap dalam belajar dan mengajarkan konsep matematika. Tahap - tahap itu ialah : 1 Bermain
bebas, 2 Permainan, 3 Penelaahan sifat bersama searching for communalities,
4 Representasi,
5 Penyimbulan,
6 Pemformalan.
14
Belajar matematika menurut Robert M. Gagne dalam belajar matematika ada 2 objek yang dapat diperoleh siswa, objek langsung
dan objek tidak langsung. Objek tidak langsung antara lain ialah : kemampuan menyelidiki dan memecahkan masalah, mandiri belajar,
bekerja, dan lain – lain, bersikap positif terhadap matematika, tahu
bagaimana semestinya belajar. Objek langsung ialah fakta, keterampilan, konsep dan aturan principle. Belajar oleh Gagne
dikelompokkan ke dalam 8 tipe belajar, yaitu : isyarat signal stimulus respon rangkaian gerak motor chaining, rangkaian verbal verbal
chaining, memperbedakan discrimination learning, pembentukan konsep
concept formation,
pembentukan aturan
principle formation, dan pemecahan masalah problem solving.
15
Sementara pada pembahasan teori belajar – mengajar dari Bruner
hanya teori – teori atau dalil Bruner dalam belajar Matematika. Jerome
Bruner dalam teorinya menyatakan bahwa belajar matematika berhasil jika proses pengajaran diarahkan kepada konsep
– konsep dan struktur – struktur yang terbuat dalam pokok bahasan yang diajarkan,
disamping hubungan yang terkait antara konsep – konsep dan struktur
– struktur. Dalil – dalil itu ialah : Dalil penyusunan construction theorem, dalil notasi notation theorem, dalil kekontrasan dan
13
E.T.Ruseffendi M, Pengajaran Matematika Modern untk Orang Tua Murid, Guru dan SPG, Bandung:Tarsito,1979, h.134.
14
ibid., h. 136.
15
Erna Suwangsih dan Tiurlina, Model Pembelajaran Matematika, Bandung : UPI Press, 2006, h. 79
keanekaragaman contras and variation theorem dan dalil pengaitan connectivity theorem.
16
Hakikat belajar matematika adalah suatu aktivitas mental untuk memahami arti dan hubungan
– hubungan serta simbol – simbol, kemudian diterapkan pada situasi nyata. Matematika melibatkan
pengamatan, penyelidikan, dan keterkaitannya dengan fenomena fisik dan sosial. Berkaitan dengan hal itu, maka belajar matematika
merupakan suatu kegiatan yang berkenaan dengan penyeleksian himpunan
– himpunan dari unsur matematika yang sederhana dan merupakan himpunan
– himpunan baru selanjutnya membentuk himpunan baru yang lebih rumit.
17
Oleh karena itu, belajar matematika merupakan suatu bentuk belajar yang dilakukan secara
sadar, terencana, dan berkesinambungan. Dari uraian di atas mengenai matematika dan belajar
matematika, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika bagi para siswa merupakan pembentukan pola pikir dalam pemahaman
suatu pengertian maupun penalaran dalam suatu hubungan diantara pengertian
– pengertian itu. Dalam pembelajaran matematika para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman
tentang sifat – sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari
sekumpulan objek abstrak. Siswa diberi pengalaman menggunakan matematika sebagai alat untuk memahami atau menyampaikan
informasi misalnya melalui persamaan – persamaan, atau tabel – tabel
dalam model – model matematika yang merupakan penyederhanaan
dari soal – soal cerita atau soal – soal uraian matematika lainnya.
Pembelajaran matematika adalah suatu proses yang dirancang oleh guru agar mampu mengelola semua komponen dalam belajar
matematika dan hendaknya antara komponen yang satu dengan yang
16
ibid., h. 91
17
Hamzah B Uno, Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran, Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2009, h. 110.
lainnya dapat berinteraksi secara harmonis dengan tujuan untuk menciptakan belajar matematika yang efektif.
3. Hasil Belajar Matematika
Hasil belajar merupakan tolok ukur yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam mengetahui dan
memahami suatu mata pelajaran, biasanya dinyatakan dengan nilai yang berupa huruf atau angka-angka. Hasil belajar dapat berupa
keterampilan, nilai dan sikap setelah siswa mengalami proses belajar. Melalui proses belajar mengajar diharapkan siswa memperoleh
kepandaian dan kecakapan tertentu serta perubahan-perubahan pada dirinya.
Hasil belajar achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan
– kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari
perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpiki rmaupun keterampilan motorik.
”Hampir sebagian terbesar dari kegiatan atau perilaku yang diperlihatkan
seseorang merupakan hasil belajar disekolah, hasil belajar ini dapat dilihat dari penguasaan siswa akan mata
– mata pelajaran yang ditempuhnya yang dilambangkan dengan angka
– angka atau huruf – huruf seperti 0
– 10 atau A , B.”
18
Dari proses belajar diharapkan siswa memperoleh prestasi belajar yang baik sesuai dengan tujuan instruksional khusus yang
ditetapkan sebelum proses belajar berlangsung. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar adalah
menggunakan tes. Tes ini digunakan untuk menilai hasil belajar yang dicapai dalam materi pelajaran yang diberikan guru di sekolah.
Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan tolok ukur atau patokan yang menentukan tingkat
18
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009, cet. 5, h. 103.