16
Tabel 2.1 Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
No. Perbedaan
Bank Konvensional Bank Syariah
1. Bunga
Berbasis bunga Berbasis revenueprofit loss
sharing bagi hasil 2.
Risiko Anti Risk
Risk sharing 3.
Operasional Beroperasi dengan pendekatan
sektor keuangan, tidak terkait langsung dengan sektor riil
Beroperasi dengan pendekatan sektor riil
4. Produk
Produk tunggal kredit Multi produk jual-beli, bagi
hasil, jasa
5. Pendapatan
Pendapatan yang diterima deposan tidak terkait dengan
pendapatan yang diperoleh bank dari kredit
Pendapatan yang diterima deposan terkait langsung
dengan pendapatan yang diperoleh bank dari
pembiayaan
6. Mengenal negative spread
Tidak mengenal negative spread
7. Dasar Hukum
Bank Indonesia dan Pemerintah
Al- Qur’an, sunnah, fatwa
ulama, Bank Indonesia dan pemerintah
8. Falsafah
Berdasarkan atas bunga riba Tidak berdasarkan bunga
riba, spekulasi maisir dan ketidak jelasan gharar
9. Operasional
- Dana masyarakat DPK berupa titipan simpanan yang
harus dibayar bunganya pada saat jatuh tempo
- Penyaluran dana pada sektor yang menguntungkan aspek
halal tidak menjadi pertimbangan agama
- Dana masyarakat DPK berupa titipan
wadi’ah dan investasi mudharabah yang
baru akan mendapat hasil jika “diusahakan” terlebih dahulu
- Penyaluran dana financing pada usaha yang halal dan
menguntungkan
10. Aspek Sosial Tidak diketahui secara tegas
Dinyatakan secara eksplisit dan tegas yang tertuang
didalam misi dan visi
11. Organisasi Tidak memiliki Dewan
Pengawas Harus memiliki Dewan
Pengawas Syariah DPS 12. Uang
Uang adalah komoditi selain sebagai alat pembayaran
Uang bukan komoditi, tetapi hanyalah alat pembayaran
Sumber : Ahmad Rodoni dan Abdul Hamid, Lembaga Keuangan Syariah, 2008
17
4. Produk Perbankan Syariah
a. Produk Penyaluran Dana
Produk pembiayaan syariah terbagi ke dalam tiga kategori yang dibedakan berdasarkan berdasarkan tujuan penggunaannya Ahmad
Rodoni dan Abdul Hamid, 2008:22 : 1 Prinsip Jual Beli
Pembiayaan Murabahah adalah transaksi jual beli
dimana bank menyebut jumlah keuntungannya.
Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjual belikan belum ada.
Istishna adalah pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali termin pembayaran.
2 Prinsip Sewa Ijarah Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Pada
ijarah objek transaksinya adalah jasa. 3 Prinsip Bagi Hasil Syirkah
Musyarakah Mudharabah
4 Akad Pelengkap Hiwalah Alih Utang Piutang
Rahn atau gadai Qardh adalah pinjaman uang.
Wakalah atau perwakilan
18
Kafalah atau Garansi Bank b. Produk Penghimpunan Dana
1 Prinsip Wadi’ah
Prinsip wadi’ah yang diterapkan adalah wadi’ah yad
dhamanah yang diterapkan pada produk rekening giro. Wadi’ah yad dhamanah berbeda dengan wadi’ah yad amanah.
Wadi’ah yad amanah
Wadi’ah yad dhamanah
2 Prinsip Mudharabah Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, penyimpan atau
deposan bertindak sebagai shahibul maal pemilik modal dan bank sebagai mudharib pengelola.
Mudharabah mutlaqah Mudharabah muqayyadah on balance sheet
Mudharabah muqayyadah off balance sheet 3 Akad Pelengkap
Wakalah atau perwakilan c. Jasa Perbankan
1 Sharf adalah jual beli valuta asing sejalan dengan prinsip sharf.
2 Ijarah, kegiatannya penyewaan kotak simpanan safe deposit box dan jasa tata laksana administrasi dokumen custodian.
19
5. Aset
Aset adalah kekayaan atau harta yang dimiliki perusahaan, yang berperan dalam operasi perusahaan misalnya kas, persediaan, aktiva tetap,
aktiva tak berwujud, dan lain-lain Abdul Fattah Lubis, 2008:16. Menurut Harahap 2006 dalam Abdul Fattah Lubis 2008:16, pengertian aset ini
secara teoritis dikemukakan oleh berbagai pihak sebagai berikut :
Al B Statemen 1970 mendifinisikan sebagai berikut :
”Kekayaan ekonomi perusahaan, termasuk didalamnya pembebanan yang ditunda, yang dinilai dan diakui sesuai dengan
prinsi p akuntansi yang berlaku ”
FASB Statement 1985 memberikan definisi sebagai berikut:
“Aset adalah kemungkinan keuntungan ekonomi yang diperoleh atau dikuasai dimasa yang akan datang oleh lembaga yang
tertentu sebagai akibat transaksi atau kejadian yang telah berlaku.”
6. Dana Pihak Ketiga
Dana adalah uang tunai yang dimiliki atau dikuasai oleh bank dalam bentuk tunai atau aktiva lainnya yang dapat segera diubah menjadi
uang tunai. Dana yang dimiliki oleh bank tidak hanya berasal dari para pemilik bank itu sendiri, tetapi juga berasal dari titipan atau penyertaan
dana orang lain atau pihak lain yang sewaktu-waktu atau pada saat tertentu
20
akan ditarik kembali, baik sekaligus ataupun berangsur-angsur Abdul Fattah Lubis, 2008:17.
Menurut Slamet Riyadi 2006:79, dana yang berasal dari masyarakat biasa disebut dengan sumber dana pihak ketiga DPK.
Sumber dana pihak ketiga DPK, dari segi mata uangnya dibedakan menjadi:
Sumber Dana Pihak Ketiga Rupiah adalah kewajiban- kewajiban bank yang tercatat dalam rupiah kepada pihak
ketiga bukan bank, baik kepada penduduk maupun bukan penduduk. Komponen dana pihak ketiga ini terdiri dari Giro,
Simapanan Berjangka Deposito dan Sertifikat Deposito, Tabungan dan kewajiban-kewajiban lainnya yang terdiri dari
kewajiban segera yang dapat dibayar surat-surat berharga yang diterbitkan, pinjaman yang diterima, setoran jaminan
dan lainnya. Tidak termasuk dana yang berasal dari Bank Sentral.
Sumber Dana Pihak Ketiga Valuta Asing adalah kewajiban bank yang tercatat dalam valuta asing kepada pihak ketiga,
baik penduduk maupun bukan penduduk, termasuk pada Bank Indonesia, bank lain pinjaman melalui pasar uang.
Sumber Dana Berbiaya adalah dana-dana yang berasal dari masyarakat, baik dana pihak ketiga maupun dana pihak kedua
tidak termasuk penerbit saham. Sumber dana berbiaya yaitu
21
giro, tabungan, simpanan berjangka, kewajiban-kewajiban lainnya, pinjaman yang diterima dan setoran jaminan.
Dana Tidak Berbiaya adalah sebagian besar sumber dana bank memiliki beban biaya yang harus ditanggung, terutama
yang berasal dari dana pihak ketiga DPK dan dana pihak kedua, sehingga dapat dikatakan tidak ada dana yang tanpa
biaya bagi suatu bank.
7. Pembiayaan
Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, yaitu penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak lain yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka
waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil Kamus Bank Indonesia,
2010.
Menurut Muhammad 2005 dalam Abdul Fattah Lubis 2008:22, pembiayaan dalam dunia perbankan syariah yaitu penyediaan dana atau
tagihanpiutang yang diberikan oleh suatu pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun
lembaga, dengan kata lain pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan
unutk mendukung investasi yang telah direncanakan.
Menurut PBI No. 1018PBI2008 www.bi.go.id, pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu
berupa:
22
Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli
dalam bentuk ijarah muntahiyah bit tamlik Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam dan
istishna’ Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh, dan
transaksi sewa menyewa jasa dalam betuk ijarah untuk transaksi multijasa.
8. Laba Tahun Berjalan
Laba tahun berjalan yaitu laba sebelum pajak yang diperoleh dalam tahun berjalan, laba ini diperhitungkan hanya 50 sebagai modal inti bila
tahun berjalan rugi, harus dikurangkan terhadap modal inti Abdul Fattah Lubis, 2008:25.
9. Teori Pertumbuhan
Menurut Feeser dan Willard 1990 dalam Erva Yulianita 2010:17, menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan merupakan salah
satu dari isu yang paling penting dalam manajemen suatu bisnis karena menggambarkan penerimaan masyarakat dan kesuksesan perusahaan.
Menurut Zook dan Allen 1999 dalam Erva Yulianita 2010:17, menyatakan bahwa dalam kenyataannya mempertahankan pertumbuhan
yang stabil dan berkelanjutan adalah hal yang cukup sulit karena dalam penelitian yang dilakukan oleh Zook dan Allen bahwa hanya satu dari
tujuh perusahaan yang dapat bertahan dan memperoleh profitable growth.
23
Menurut Park 2009 dalam Erva Yulianita 2010:17, dalam sebuah perusahaan proxy yang sangat umum digunakan dalam mengukur
pertumbuhan adalah pertumbuhan penjualan. Menurut Bamford 2004 dalam Erva Yulianita 2010:17, untuk sebuah bank semua penjualan bisa
dikategorikan dalam produk-produk kredit loans atau dana pihak ketiga deposits. Kredit dan dana pihak ketiga merupakan ukuran standar dalam
industri perbankan baik bagi bank untuk mengevaluasi penjualannya maupun bagi pemerintah untuk mengetahui dampak finansial dalam
industri perbankan. Banon Sasmitasiwi dan Malik Cahyadin 2008:4, menjelaskan
perkembangan perbankan syariah dapat dilihat dari nilai pertumbuhan indikator-indikatornya. Beberapa indikator perbankan syariah yang
dijadikan sebagai variabel independen dalam penelitian ini, yaitu aset, dana pihak ketiga DPK, pembiayaan dan laba tahun berjalan.
Perhitungan tersebut dapat diformulasikan sebagai berikut : g
i
= g
it
– g
it-1
g
it-1
x 100
10. Pengembangan Bank Syariah Tahun 2011
Dalam Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah terdapat sasaran-sasaran pengembangan perbankan syariah sampai tahun 2011,
yaitu sebagai berikut: 1 Terpenuhnya prinsip syariah dalam operasional perbankan. Hal ini
ditandai dengan tersusunnya norma-norma keuangan syariah yang
24
terstandarisasi. Terwujudnya mekanisme kerja yang efisien bagi pengawasan prinsip syariah dalam operasional perbankan, baik
instrumen maupun badan terkait. Serta rendahnya tingkat keluhan masyarakat dalam hal penerapan prinsip syariah dalam setiap
transaksi.
2 Diterapkan prinsip kehati-hatian dalam operasional perbankan
syariah. Hal ini ditandai dengan terwujudnya kerangka pengaturan
dan pengawasan
berbasis risiko
yang sesuai
dengan karakteristiknya dan dukungan oleh sumber daya insani yang
andal. Diterapkannya konsep corporate governance dalam operasi perbankan syariah dan diterapkan kebijakan exit dan entry yang
efisien. Serta terwujudnya real time supervision dan self regulation
system. 3 Terciptanya sistem perbankan syariah yang kompetitif dan efisien.
Hal ini ditandai dengan terciptanya pemain-pemain yang mampu bersaing secara global terwujudnya aliansi strategis yang efektif
dan terwujudnya mekanisme kerjasama dengan lembaga-lembaga
pendukung.
4 Terciptnya stabilitas sistemik serta terealisasinya kemanfaatan bagi
masyarakat luas. Hal ini ditandai dengan terwujudnya safety net
yang merupakan kesatuan dengan konsep operasional perbankan yang berhati-hati, terpenuhnya kebutuhan masyarakat yang
25
menginginkan layanan bank syariah diseluruh Indonesia dengan target pasar sebesar 5 dari total aset perbankan nasional, terwujud
fungsi perbankan syariah yang kafah dan dapat melayani seluruh
segmen masyarakat , dan meningkatkan proporsi secara bagi hasil.
Strategi pengembangan perbankan syariah tahun 2011 Infobank,
Desember 2010:53 : 1 Optimalisasi insensitif fiskal bagi industri perbankan syariah.
Pemberlakuan Undang-Undang UU No. 42 tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai PPN pada pertengahan tahun 2009,
setelah sebelumnya dikeluarkan UU perbankan syariah, menjadi milestone
yang kemuadian
sidikit banyak
mendorong kecendrungan berdirinya bank umum syariah BUS baru, baik
melalui bank konvensional maupun spin-off.
2 Peningkatan kualitas pengawasan dan sumber daya manusia
SDM perbankan syariah.
Seperti telah diproyeksikan, 2010 tahun yang istimewa bagi industri perbankan syariah nasional mengingat pada tahun 2010
telah terjadi penambahan bank syariah sebanyak 6 bank umum syariah BUS. Sebagai konsekuensinya, pertumbuhan industri,
baik secara lembaga maupun volume usaha, menuntut ketersediaan jumlah sumber daya manusia SDM yang memadai dengan
26
kualitas yang mumpuni, baik dari sisi pelaku atau praktisi maupun
pengawas. 3 Peningkatan kualitas sistem pengawasan.
Sasaran pengembangan industri yang menargetkan pertumbuhan tinggi harus diikuti dengan sistem pengawasan yang juga semakin
baik. Diperlukan juga regulasi ketentuan yang berkualitas dan infrastruktur yang lengkap. Peningkatan kualitas pengaturan secara
berkesinambungan akan selalu disesuaikan dengan perkembangan terkini, baik yang berasal dari Islamic Financial Services Board
IFSB, Bank of Community AEC. Dalam aspek peningkatan infrastruktur pengawasan, arah pengembangan ditujukan upaya
untuk melengkapi sistem pengawasan yang mengacu pada risiko
dan kualitas manajemen yang baik. 4 Penguatan permodalan.
Pertumbuhan volume industri perbankan syariah pada tahun 2011, termasuk dana pihak ketiga DPK, harus diikuti peningkatan
modal sehingga perbankan syariah tetap memiliki financial buffer yang tinggi. Upaya penguatan permodalan ini secra internal dapat
dilakukan melalui pengaturan perbankan syariah yang mendukung atau memfasilitasi upaya pertumbuhan modal melalui pendekatan
tersebut.
27
5 Pengembangan human capital perbankan syariah 2011.
Dalam perspektif manajemen modern, SDM atau human capital menajdi elemen terpenting dan penentu dalam mencapai visi dan
keunggulan bersaing organisasu. Human capital yang diasosiasikan dengan ilmu, pengetahuan dan skill yang terkandung dalam sumber
daya insani bila dianggap sebagai elemen produksi, memiliki keunikan.
6 Strategi coopetition untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas
layanan.
Sinergi yang semakin terlihat dalam berbagai aktivitas operasional dan promosi di antara unit usaha syariah UUS dan bank umum
konvensional pusatnya maupun antara BUS dan bank umum konvensional penerapan one bank concept atau one firm concept di
internak bank-bank dimaksud. Dengan konsep tersebut, UUS ataupun BUS diposisikan sebagai business unit atau product owner
bank pusatbank induknya. Kecenderungan ini merupakan respins kebijakan dari groupkorporat untuk meraih pangsa pasar yang
lebih besar dengan memanfaatkan momentum tren meningkatnya
minat masyarakat terhadap produk bank syariah. 7 Mendorong terbentuknya segment champion.
Program pengembangan pasar secara lebih tajam kan dilakukan bersama-sama dengan bank syariah untuk setiap segment
28
pelayanan yang lebih terfokus. Jenis segmen atau cluster dimaksud akan dirumuskan dengan positioning masing-masing bank,
misalnya segmen pelayanan internasional, pelayanan korporasi, pelayanan individu, micro finance, dan sektor ritel. Untuk setiap
segmen atau cluster tersebut industri perbankan syariah secara bersama-sama akan didorong untuk memilih segment champion,
yang selanjutnya disepakati menjadi model pengembangan bagi
bank syariah lain dalam cluster yang sama. 8 Edukasi publik secara inovatif dan integrasi.
Disisi permintaan, antusiasme masyarakay untuk menggunakan produk dan jasa perbankan syariah semakin meningkat sebagai
mana terlihat dalam dua tahun belakangan. Perkembangan menggembirakan tersebut menunjukkan bahwa masyarakat telah
semakin mengenal dan merasakan manfaat dari kehadiran bank syariah. Citra baru yang lebih universal dan inklusif dari industri
menempatkan bank syariah sebagai alternatif sistem perbankan yang dapat dinikmati oleh semua kalangan masyarakat, tanpa
terkecuali.
29
C. Keterkaitan Antar Variabel
1. Aset terhadap Pertumbuhan Bank Syariah Menurut Khaf 2004 dalam Erva Yulianita 2010:17
mengatakan bahwa pertumbuhan aset juga merupakan hal yang sangat penting untuk suatu bank karena menunjukkan kemampuan bank
untuk terus tumbuh dan sukses. Disamping itu juga disebutkan bahwa pertumbuhan aset bank mampu menggambarkan kemampuan bank
dalam mengahasilkan pendapatan. 2. Dana Pihak Ketiga terhadap Pertumbuhan Bank Syariah
Menurut Zainal Arifin 2002 dalam Abdul Fattah Lubis 2008:18, pertumbuhan setiap bank sangat dipengaruhi oleh
kemampuannya menghimpun dana masyarakat, baik berskala kecil maupun besar dengan masa pengendapan yang memadai. Sebagai
lembaga keuangan, masalah bank yang paling utama adalah dana, tanpa dana yang cukup bank tidak dapat berbuat apa-apa atau dengan
kata lain bank menjadi tidak berfungsi sama sekali. 3. Pembiayaan terhadap Pertumbuhan Bank Syariah
Menurut Abdul Fattah Lubis 2008:22, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan. Ini menandakan bahwa ada kaitan yang signifikan antara pembiayaan dan pertumbuhan bank syariah.
30
4. Laba terhadap Pertumbuhan Bank Syariah Menurut Abdul Fattah Lubis 2008:27, motif ekonomi
yang paling mendasar dalam mendirikan sebuah perusahaan adalah laba. Semakin besar laba, semakin likuid dan bonafid nilai
perusahaannya dan
tidak menutup
kemungkinan proyeksi
pertumbuhan perusahaan akan terealisasi dengan tepat. Semakin besar laba yang diperoleh Bank Syariah maka semakin tinggilah
pertumbuhan Bank Syariah tersebut.
D. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini yang penulis masukan sebagai bahan perbandingan dengan penelitian ini.
31
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul
Variabel Metode
Hasil Penelitian
Darna 2007
Sensitivitas Aset dan Dana Pihak Ketiga
Perbankan Syariah terhadap Volatilitas
Tingkat Suku Bunga SBI dan Nilai Tukar
Rupiah serta Pengaruh Fatwa MUI tentang
Pengharaman Bunga Bank
Variabel Dependen: 1. Pertumbuhan
Aset 2. Pertumbuhan
Dana Pihak Ketiga Variabel
Independen : 1. Volatilitas
2. Tingkat SBI 3. Nilai Tukar Rp
4. Fatwa MUI
Casual Correlation
Method Penelitian ini
mengatakan MUI berpengaruhi
secara signifikan terhadap
pertumbuhan aset dan pertumbuhan
dana pihak ketiga DPK.
Banoon Sasmitasiwi
dan Malik Cahyadin
2008 Prediksi Pertumbuhan
Perbankan Syariah di Indonesia
Variabel Dependen: 1. Prediksi
Pertumbuhan Perbankan Syariah
Variabel Independen:
1. Aset 2. Dana Pihak
Ketiga 3. Pembiayaan
Box Jenkins
ARIMA Penelitian ini
menghasilkan model ARIMA
yang signifikan untuk
memprediksi tingkat
pertumbuhan aset, DPK, pembiayaan
pada bank syariah.
Abdul Fattah Lubis 2008
Analisa Pertumbuhan Bisnis Bank Syariah
Studi Kasus PT. Bank Muamalat, Tbk
Variabel Dependen: 1.ROA Return On
Assets Variabel
Independen: 1. NIM
2. FDR 3. BOPO
Regresi Berganda
Penelitian ini menghasilkan
adanya hubungan yang signifikan
antara NIM, FDR dan BOPO
terhadap ROA dalam
menganalisa pertumbuhan
bank syariah.
Ellyn Herlia Nur Hidayah
2008 Faktor yang
Mempengaruhi Pertumbuhan Aset
Perbankan Syariah Variabel Dependen:
1. Pertumbuhan Aset
Variabel Independen:
1. NPF 2. DPK
3. SBI 4. ROA
Regresi Berganda
Penelitian ini menghasilkan
variabel yang signifikan
mempengaruhi pertumbuhan aset
perbankan syariah adalah variabel
DPK dan SBI. Variabel NPF dan
ROA tidak signifikan
memperngaruhi pertumbuhan aset
bank syariah.
32
Samin dan Asmiranda
Iriviandy 2009
Prospek Perkembangan Bank Syariah di
Indonesia Studi Kasus PT. Bank Muamalat,
Tbk Variabel Dependen:
1. Prospek Perkembangan
Bank Syariah Variabel
Independen : 1. Rasio Likuiditas
Current Ratio dan Fund to Deposit
Ratio 2. Rasio
Profitabilitas Net Profit Margin,
Return on Assets, dan Return On
Equity
Analisis Rata-Rata
Bergerak Sederhana
Tiga Tahunan
Penelitian ini menghasilkan
bahwa adanya hubungan yang
signifikan antara Rasio Likuiditas
dan Rasio Profitabilitas
terhadap Prospek Perkembangan
Bank Syariah.
Sri Wiyastuti dan MB.
Hendrie Anto 2010
Perbankan Syariah Indonesia dalam
Perkembangan dan Permasalahan Volume
Pembiayaan, Dana Pihak Ketiga dan Biaya
Intermediasi Terhadap Manajemen Laba Pada
Bank Umum Syariah di Indonesia
Variabel Dependen: 1. Margin Laba
Variabel Independen:
1. Pembiayaan 2. Dana Pihak
Ketiga 3. Biaya
Intermediasi Regresi
Data Panel Penelitian
menghasilkan pembiayaan tidak
berpengaruh terhadap marjin
laba, sementara itu DPK dan
biaya intermediasi
berpengaruh terhadap margin
laba.
Ervi Yulianita
2010 Analisis Perbandingan
Faktor Determinan Pertumbuhan Aset,
Kredit Pembiayaan, dan Dana Pihak Ketiga
Bank Umum Syariah Konvensional di
Indonesia Periode Penelitian tahun 2004 -
2008 Variabel Dependen:
1. Pertumbuhan Aset
2. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga
3. Pertumbuhan Kredit
Variabel Independen:
1. Operating Expenses
Management 2. Leverage Risk
3. Liquidity Risk 4. ROA
5. Size 6. Inflasi
Regresi Data Panel
Hasil yang didapat bahwa
Leverage Risk, Liquidity Risk,
ROA, Size berpengaruh
signifikan terhadap
pertumbuhan aset, dana pihak ketiga
dan kredit.
33
E. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran yang dibuat oleh peneliti untuk memberikan gambaran sistematis penelitian ini, dimana telah peneliti bahas sebelumnya
bahwa penelitian ini adalah penelitian yang menganalisa prediksi tingkat pertumbuhan bank syariah dengan menggunakan indikator pertumbuhan bank
syariah yaitu Aset, Dana Pihak Ketiga DPK, Pembiayaan dan Laba Tahun
Berjalan dengan menggunakan metode Box-Jenkins atau ARIMA.