Perkembangan Bank Syariah di Indonesia

57 sektor voluntarysosial dengan upaya pemberdayaan ekonomi rakyat. Dewan Pengawas Syariah DPS dalam melaksanakan tugasnya untuk meyakini telah dilaksanakannya pemenuhan kepatuah terhadap prinsip syariah oleh bank syariah yang diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah DPS. Pedoman ini merupakan hasil kerjasama antara Bank Indonesia BI dengan Dewan Syariah Nasional DSN yang dituangkan dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.819DBbS2006 tentang Pedoman Pengawasan Syariah dan Tata Cara Pelaporan Hasil Pengawasan Bagi Dewan Pengawas Syariah. Bank Indonesia BI di tahun 2006 menerbitkan PBI No.83PBI2006 tentang Perubahan Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional Menjadi Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah dan Pembukaan Kantor Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah oleh Bank Umum Konvensional. Ketentuan lain yang telah dikeluarkan terkait dengan prinsip kehati-hatian adalah PBI No.821PBI2006 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah, peraturan ini dikeluarkan untuk penyempurnaan ketentuan kehati-hatian berdasarkan karakteristik operasional bank syariah, diantaranya ketentuan kualitas aktiva disamping melakukan pengembangan sistem penilaian tingkat kesehatan perbankan syariah. Pada tahun 2006 diterbitkan kebijakan yang terkait dengan 58 mendorong efisiensi operasi dari aspek skala usaha yang ekonomis antara lain dilaksanakan dengan penerbitan ketentuan tentang Layanan Syariah syariah office channeling yang diatur dalam PBI No.83PBI2006, peraturan ini mengizinkan cabang bank konvensional yang telah memiliki Unit Usaha Syariah UUS melayani transaksi perbankan syariah tertentu office channeling untuk meningkatkan efisiensi bank didalam memperluas jaringan usahanya. Pada tahun 2006 Bank Indonesia BI memberikan kontribusi dalam pengembangan sumber daya insani dalam pelaksanaan edukasi publik di bidang perbankan syariah melalui program-program Pusat Ekonomi Syariah , pelaksanaan training for trainers kepada akademisi. Dalam rangka optimalisasi fungsi sosial bank syariah, Bank Indonesia BI bekerjasama dengan Badan Amil Zakat Nasional BAZNAS www.bi.go.id. Pada tahun 2007 yang dijelaskan dalam Laporan Perkembangan Perbankan Syariah 2007, dalam rangka meningkatkan pemenuhan kepatuhan terhadap prinsip syariah Bank Indonesia BI menerbitkan PBI No. 919PBI2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah, peraturan ini adalah penyempurnaan dari PBI No.746PBI2005 yang berisi tentang Akad Penghimpunan dan Penyaluran dana bagi Bank Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah. 59 Penerbitan peraturan tersebut antara lain dilatarbelakangi oleh adanya perkembangan peraturan hukum maupun perundangan dan dikeluarkannya sejumlah fatwa baru yang dijadikan sebagai dasar pelaksanaan kegiatan usaha bank syariah. Bank Indonesia juga menerbitan PBI No.99PBI2007 yang merupakan penyempurnaan dari PBI No.821PBI2006 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah, peraturan ini adalah salah satu bentuk penerapan prinsip kehati-hatian. Penyempurnaan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bank dalam menjaga kualitas aktiva dan membentuk PPA yang memadai, tanpa mengurangi keleluasaan penyaluran pembiayaan bank syariah terutama pada Usaha Kecil Menengah UKM. Bank Indonesia BI juga telah mengeluarkan ketentuan penilaian tingkat kesehatan untuk Bank Umum Syariah BUS untuk melengkapai pengawasan industri perbankan syariah, yaitu PBI No.91PBI2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah. Dalam meningkatkan pelayanan jasa perbankan kepada masyarakat luas dengan tetap mempertimbangkan prinsip kehati-hatian, Bank Indonesia BI menerbitkan PBI No.97PBI2007 yang merupakan penyempurnaan atas PBI No.83PBI2006 tentang perubahan Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional Menjadi Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah 60 dan Pembukaan Kantor Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah oleh Bank Umum Konvensional. Pada tahun 2007, dalam rangka edukasi publik Bank Indonesia BI meluncurkan IB sebagai penanda industri perbankan syariah Indonesia www.bi.go.id. Pada tahun 2008 yang dijelaskan dalam Laporan Perkembangan Perbankan Syariah 2007, telah diberlakukan Undang-Undang No.21 Tahun 2008 yang berisi tentang Perbankan Syariah. UU No.21 Tahun 2008 mengamanatkan Bank Indonesia BI untuk membentuk Komite Perbankan Syariah yang beranggotakan para ahli syariah dari unsur Bank Indonesia BI, Departemen Agama dan masyarakat lainnya. Fungsi dari Komite Perbankan Syariah adalah membantu Bank Indonesia BI dalam menetapkan peraturan perbankan syariah yang sesuai dengan fatwa Dewan Syariah Nasioan DSN MUI. Terkait dengan UU No.21 Tahun 2008, Bank Indonesia BI telah menerbitkan PBI No.1032PBI2008 tentang Komite Perbankan Syariah, diharapkan dengan keberadaan Komite ini dapat mendukung berbagai upaya mewujudkan perbankan syariah nasional yang sehat dan memenuhi prinsip syariah secara baik. Untuk mendorong penerapan prinsip- prinsip syariah dalam produk dan operasional bank syariah pada tahun 2008 telah dilakukan penyempurnaan ketentuan mengenai standar akad penghimpunan dan penyaluran dana dengan 61 menebitkan PBI No.1016PBI2008 tentang perubahan atas PBI No.919PBI2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah, PBI No.1016PBI2008 mengatur tentang kepastian dan kejelasan hukum bagaimana pihak bahwa produk perbankan syariah termasuk jasa perbankan. Bank Indonesia BI menerbitkan PBI No. 1017PBI2008 tentang Produk Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, PBI ini mengatur tentang pengeluaran produk baru dapat dilakuakn tanpa izin dari Bank Indonesia BI, hanya terkena kewajiban melapor, sepanjang produk baru tersebut memiliki karakteristik yang sama dengan produk yang terdapat dan Buku Kondifikasi Produk Perbankan Syariah. Dalam mengatur pembiayaan Bank Indonesia BI menerbitkan PBI No.1018PBI2008 tentang Restrukturisasi Pembiayaan Bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, pengaturan ini mengenai restrukturisasi pembiayaan bank syariah masih mengacu kepada ketentuan bank konvensional, diharapkan PBI ini dapat memberikan pedoman yang lebih jelas bagi perbankan syariah dalam melakukan restrukturisasi pembiayaan sesuai karakteristik produk perbankan syariah. Bank Indonesia BI juga menyempurnakan peraturan yang telah diterbitkan yaitu PBI No. 821PBI2006 dengan PBI No.1024PBI2008 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum yang Melaksanakan 62 Kegiatan Usaha Bersadarkan Prinsip Syariah, ketentuan ini terkait dengan penambahan kategori penempatan aktiva bank pada surat berharga syariah yang sebelumnya hanya boleh dimiliki hingga jatoh tempo, menjadi dapat dipindah tangankan dan diperdagangkan www.bi.go.id. Pada tahun 2009 yang dijelaskan dalam Laporan Perkembangan Perbankan Syariah, Bank Indonesia BI telah melaksanakan berbagai program dalam rangka peningkatan kompetensi Sumber Daya Manusia perbankan syariah yaitu iB Workshop on Leadership and Change Management, Pendidikan Dasar Perbankan Syariah PDPS Plus Service Excellence, Training Of Trainers TOT, dan Program Bantuan Teknis technical assistance. Bank Indonesia BI pada tahun 2009 menerbitkan PBI No.113PBI2009 yang berisi tentang Bank Umum Syariah, bahwa dalam bahwa badan hukum bagi Bank Umum Syariah BUS dibatasi hanya dalam bentuk Perseroan Terbatas PT, sehingga tidak dikenal lagi Bank Umum Syariah yang berbentuk badan hukum Perusahaan Daerah dan Koperasi. Selain itu, Bank Indonesia menerbitkan PBI No.1110PBI2009 berisi tentang Unit Usaha Syariah UUS, hal baru yang diatur antara lain adalah adanya kewajiban untuk memperoleh izin usaha dari Bank Indonesia bagi pendirian unit usaha syariah UUS, modal kerja minimal unit usaha syariah UUS sebesar Rp 100 63 miliar, penegasan keberadaan Direktur unit usaha syariah UUS, serta pemisahan Unit Usaha Syariah UUS dari Bank Umum Konvensional induknya dan tata caranya. Penyempurnaan juga dilakukan oleh Bank Indonesia BI untuk PBI No. 83PBI2006 menjadi PBI No. 1115PBI2009 tentang Kegiatan Usaha Bank Konvensional menjadi Bank Syariah. Bank Indonesia BI dalam memelihara dan meningkatkan kepercayaan masyarakat menerbitkan PBI No.1131PBI2009 tentang Uji Kemampuan dan Kepatutan Fit and Proper Test Bank Umum Syariah BUS dan Unit Usaha Syariah UUS, agar mendorong pertumbuhan dan mendorong pelaksanaan tata kelola yang baik good corporate governance Bank Umum Syariah BUS dan Unit Usaha Syariah UUS www.bi.go.id. Pada tahun 2010 yang dijelaskan dalam Laporan Perkembangan Perbankan Syariah, kegiatan pengaturan dilaksanakan sebagai kelanjutan dari kegiatan penyusunan atau penyempurnaan ketentuan yang telah menjadi amanat UU No.21 tahun 2008 tentang perbankan syariah. Beberapa ketentuan yang telah disusun pada tahun 2010 merupakan petunjuk pelaksanaan dari pengaturan perbankan syariah yang telah disusun sebelumnya, antara lain Uji Kemampuan dan Kepatutan Fit And Proper Test, pelaksanaan Good Corporate Governance, dan Rencana Bisnis 64 Bank. Penyusunan dan penyempurnaan ketentuan yang telah dihasilkan selama tahu 2010 adalah : 1 Surat Edaran No. 126DPbS tanggal 8 Maret 2010 perihal Uji Kemampuan dan Kepatutan Fit and Proper Test bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah UUS. Ketentuan ini merupakan aturan teknis pelaksanaan Peraturan Bank Indonesia No.1131PBI2009 tentang Uji Kemampuan dan Kepatutan Fit and Proper Test Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah UUS yang diterbitkan pada tanggal 28 Agustus 2009. 2 Surat Edaran No.1213DPbS tanggal 30 April 2010 perihal Pedoman Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum Syariah BUS dan Unit Usaha Syariah UUS. Ketentuan ini merupakan aturan teknis pelaksanaan Peraturan Bank Indonesia PBI : - No.113PBI2009 tanggal 29 Januari 2009 tentang Bank Umum Syariah, PBI - No.1110PBI2009 tanggal 19 Maret 2009 tentang Unit Usaha Syariah, dan PBI - No.1133PBI2009 tanggal 7 Desember 2009 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum Syariah BUS dan Unit Usaha Syariah UUS. 65 3 Surat Edaran No.1232DPbS tanggal 18 November 2010 perihal Rencana Bisnis Bank Umum Syariah BUS dan Unit Usaha Syariah UUS. Ketentuan ini merupakan aturan teknis pelaksanaan penyusunan dan penyampaian rencana bisnis, realisasi rencana bisnis danatau pengawasan rencana bisnis oleh Bank Umum Syariah BUS dan Unit Usaha Syariah UUS kepada Bank Indonesia, yang merupakan tindak lanjut dari Peraturan Bank Indonesia No.1221PBI2010 tentang Rencana Bisnis Bank yang diterbitkan pada tanggal 19 Oktober 2010. Disamping itu, di tahun 2010 telah dilakukan review terhadap ketentuan-ketentuan untuk mengakomodasi perkembangan yang terjadi sesuai dengan kondisi perbankan syariah. Review tersebut dilakukan dengan tujuan sinkronisasi dan harmonisasi dengan ketentuan yang berlaku, serta rekomendasi lembaga internasional. Hasil dari review yang dilakukan merekomendasikan perubahan atas ketentuan-ketentuan yang telah berlaku yaitu: 1 Restrukturisasi pembiayaan bagi bank syariah dan unit usaha syariah UUS. 2 Penilaian kualitas aktiva bagi bank umum syariah BUS dan unit usaha syariah UUS. Serta ketentuan yang baru bagi perbankan syariah yaitu Peraturan Bank Indonesia mengenai Manajemen Risiko bagi BUS dan UUS. Ketentuan- 66 ketentuan tersebut direkomendasikan untuk dapat dikeluarkan pada tahun 2011 www.bi.go.id. b Perkembangan Kelembagaan Bank Syariah Pada tahun 2006 terdapat penambahan sebanyak 1 Unit Usaha Syariah UUS yaitu UUS BPD Kalimantan Timur, sehingga pada akhir tahun 2006 industri perbankan syariah terdiri dari 3 Bank Umum Syariah dan 20 Unit Usaha Syariah UUS. Di tahun 2006, jaringan kantor perbankan syariah telah menjangkau masyarakat di lebih dari 70 kabupaten di 31 propinsi dan jumlahnya sebanyak 531 kantor. Jumlah jaringan kantor cabang bank konvensional penyedia layanan syariah office channeling sebanyak 456 kantor www.bi.go.id. Pada tahun 2007, terdapat penambahan sebanyak 6 Unit Usaha Syariah UUS, yaitu UUS BPD DIY, UUS BPD Sulawesi Selatan, UUS BPD Sumatera Barat, UUS BPD Jawa Timur, UUS PT. Bank Ekspor Indonesia dan UUS PT. Bank Lippo. Selain itu terdapat pula pembukaan 2 Kantor Perwakilan KPw dari bank syariah yang berkantor pusat di luar negeri yaitu KPw Albaraka Banking Group dan KPw Asian Finance Bank Berhad. Jumlah kantor bank syariah termasuk kantor kas, kantor cabang pembantu dan Unit Pelayanan Syariah bertambah menjadi 597 kantor. Jaringan kantor ini telah menjangkau di 32 propinsi, dan jumlah 67 jaringan kantor bank konvensional penyedia layanan syariah office channeling sebanyak 1.195 kantor. Dengan demikian pada tahun 2007 industri perbankan syariah terdiri dari 3 Bank Umum Syariah BUS, 26 Unit Usaha Syariah UUS, 597 kantor bank syariah dan 1.195 kantor bank konvensional penyedia layanan syariah office channeling www.bi.go.id. Pada tahun 2008, berdiri 2 Bank Umum Syariah BUS dan 2 Unit Usaha Syariah UUS baru yaitu Bank Syariah Bukopin dan BRI Syariah serta UUS BTPN dan UUS BPD Jawa Tengah. Jumlah kantor bank syariah bertambah menjadi 822 kantor, untuk pelayanan syariah office channeling mencapai 1.470 kantor. Penyebaran jaringan kantor bank syariah saat ini telah menjangkau masyarakat di lebih dari 89 kabupaten di 33 proponsi. Sehingga pada tahun 2008 terdapat 5 Bank Umum Syariah BUS, 27 Unit Usaha Syariah UUS, 822 kantor bank syariah dan 1.470 kantor pelayanan bank syariah office channeling www.bi.go.id. Pada tahun 2009, telah berdiri sebuah Bank Umum Syariah BUS yaitu Bank Panin Syariah dan dibukanya 2 Unit Usaha Syariah UUS yaitu UUS OCBC NISP dan UUS Bank Sinarmas. Terdapat konversi 2 UUS, UUS BRI dan UUS Bukopin menjadi Bank Umum Syariah BUS. Jumlah kantor bank syariah mencapai 1.140 kantor dan kantor layanan syariah office channeling mencapai 1.929 kantor. Penyebaran jaringan kantor bank syariah 68 telah menjangkau masyarakat di lebih dari 89 kabupaten di 33 provinsi, sehingga pada tahun 2009 terdapat 6 Bank Umum Syariah BUS, 25 Unit Usaha Syariah UUS, 1.140 kantor bank syariah dan 1929 kantor layanan syariah office channeling ww.bi.go.id. Pada tahun 2010, jumlah Bank Umum Syariah bertambah dengan diterbitkannya izin untuk 5 bank yang terdiri dari 3 bank umum syariah BUS yang terbentuk melalui proses perubahan kegiatan usaha konversi bank umum, dan 2 bank umum syariah BUS yang terbentuk melalui proses pemisahan spin-off Unit Usaha Syariah UUS Bank Umum. Izin perubahan kegiatan usaha Bank Umum menjadi Bank Umum Syariah diberikan kepada PT. Bank BCA Syariah yang semula PT. Bank UIB, PT. Bank Victoria Syariah yang semula PT. Bank Swaguna, dan PT. Bank Maybank Syariah Indonesia yang semula PT. Bank Maybank Indocorp. Izin usaha BUS hasil pemisahan spin-off diberikan kepada PT. Bank BNI Syariah dan PT. Bank Jabar Banten Syariah. Dengan terbitnya izin untuk lima Bank tersebut, maka jumlah Bank Umum Syariah di Indonesia sampai dengan akhir tahun 2010 tercatat menjadi sebanyak 11 BUS dari sebelumnya sebanyak 6 bank umum syariah BUS pada tahun 2009. Permohonan Bank Umum untuk membuka Unit Usaha Syariah UUS, namun jumlah unit usaha syariah UUS berkurang sebanyak 2 unit usaha syariah UUS sehubungan dengan dicabutnya izin usaha 2 unit usaha syariah UUS 69 sehubungan dengan pemisahan spin-off UUS dengan mendirikan Bank Umum Syariah BUS. Unit Usaha Syariah UUS yang melakukan spin off untuk berdiri sebagai Bank Umum Syariah BUS pada tahun 2010 adalah UUS PT. Bank Negara Indonesia Persero Tbk dan UUS PT. Bank Jabar Banten yang masing- masing menjadi PT. Bank BNI Syariah dan PT. Bank Jabar Banten Syariah. Dengan demikian, jumlah unit usaha syariah UUS pada tahun 2010 secara keseluruhan menjadi sebanyak 23, mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan jumlah unit usaha syariah UUS pada akhir tahun 2009 yang sebanyak 25 unit usaha syariah UUS. Jaringan kantor perbankan syariah pada tahun 2010 jika dibandingkan dengan tahun 2009 mengalami peningkatan pada jumlah jaringan kantor bank umum syariah BUS, namun jumlah jaringan kantor unit usaha syariah UUS mengalami penurunan. Jumlah jaringan kantor BUS meningkat sejumlah 493 kantor yaitu dari 711 kantor pada akhir tahun 2009 menjadi 1.204 kantor pada akhir tahun 2010. Sedangkan jumlah jaringan kantor UUS pada tahun 2009 mengalami penurunan sejumlah 48 kantor yaitu dari 287 kantor pada akhir tahun 2009 menjadi 239 kantor pada akhir tahun 2010. Dapat dilihat dalam tabel 4.1 berikut. 70 Tabel 4.1 Jaringan Kantor BUS dan UUS Tahun 2010 No. Kelompok Bank KPUUS KPO KC KCP UPS KK Bank Umum Syariah 11 317 689 198 1. PT. Bank Syariah Muamalat Indonesia 1 75 58 113 2. PT. Bank Syariah Mandiri 1 115 204 72 3. PT. Bank Syariah Mega Indonesia 1 34 329 5 4. PT. Bank Syariah BRI 1 35 47 1 5. PT. Bank Syariah Bukopin 1 8 5 - 6. PT. Bank Panin Syariah 1 4 - - 7. PT. Bank Victoria Syariah 1 6 2 - 8. PT. BCA Syariah 1 5 3 7 9. PT. Bank Jabar dan Banten 1 6 13 - 10. PT. Bank Syariah BNI 1 28 28 - 11. PT. Maybank Indonesia Syariah 1 1 - - Unit Usaha Syariah 23 104 89 46 12. PT. Bank Danamon 1 8 3 - 13. PT. Bank Permata 1 10 12 - 14. PT. Bank Internasional Indonesia BII 1 5 20 - 15. PT. CIMB Niaga 1 22 5 - 16. HSBC, Ltd 1 5 - - 17. PT. Bank DKI 1 2 - - 18. BPD DIY 1 1 - - 19. BPD Jawa Tengah 1 2 - 2 20. BPD Jawa Timur 1 1 - 37 21. BPD Banda Aceh 1 2 9 - 22. BPD Sumatera Utara 1 4 1 - 23. BPD Sumatera Barat 1 2 2 1 24. BPD Riau 1 2 3 1 25. BPD Sumatera Selatan 1 3 - 2 26. BPD Kamlimantan Selatan 1 2 - - 27. BPD Kalimantan Barat 1 1 - - 28. BPD Kalimantan Timur 1 2 7 2 29. BPD Sulawesi Selatan 1 3 1 - 30. BPD Nusa Tenggara Barat 1 1 - - 31. PT. BTN 1 20 5 - 32. PT. Bank Tabungan Pensiun Nasional 1 2 21 - 33. PT. OCBC NISP 1 3 - - 34. PT. Bank Sinarmas 1 1 - 1 Sumber : Statistik Perbankan Syariah Indonesia 2010 71

B. Analisis dan Pembahasan

1. Analisis Deskriptif

a. Aset

Perkembangan jumlah aset Bank Umum Syariah BUS dan Unit Usaha Syariah UUS dari triwulan pertama tahun 2006 sampai triwulan keempat tahun 2010 mengalami peningkatan yang sangat baik, dapat dilihat pada grafik 4.1. Grafik 4.1 Perkembangan Aset Bank Syariah 10,000,000 20,000,000 30,000,000 40,000,000 50,000,000 60,000,000 70,000,000 80,000,000 90,000,000 100,000,000 2006 2007 2008 2009 2010 ASET Sumber : Data diolah Dapat dilihat dari grafik 4.1 perkembangan aset bank syariah terus meningkat disetiap triwulannya. Menurut Laporan 72 Perkembangan Perbankan Syariah tahun 2006, industri perbankan syariah mengalami peningkatan volume usaha sebesar Rp 5,8 triliun sehingga pada akhir periode laporan mencapai Rp 26,8 triliun. Peningkatan tersebut memperbesar pangsa aset perbankan syariah terhadap total aset perbankan nasional dari 1,4 pada akhir tahun 2005 menjadi 1,6 pada akhir 2006. Pembiayaan merupakan kelompok aset perbankan syariah yang cukup dominan. Pertumbuhan pembiayaan yang cukup signifikan dalam periode laporan memperbesar pangsa pembiayaan dari 75 pada tahun 2005 menjadi 79, sementara kelompok aset lainnya khususnya dalam bentuk penempatan pada bank lain mengalami penurunan. Berdasarkan kelompok bank, meskipun bank umum syariah tetap merupakan pelaku utama industri, namun pangsa aset unit usaha syariah UUS tercatat meningkat dari 18,2 pada tahun 2005 menjadi 20,8 pada tahun 2006. Dari segi total aset yang didapat bank syariah dan unit usaha syariah pada triwulan pertama total aset bank syariah yaitu sebesar Rp 20,5 triliun dan perkembangan dari triwulan pertama hingga keempat tidak mengalami kenaikan yang sangat pesat terbukti pada triwulan keempat total aset bank syariah sebesar Rp 26,7 triliun. Ini terjadi karena pada awal tahun 2006 kondisi perekonomian masih sangat kuat dipengaruhi oleh dampak lanjutan kenaikan BBM yang terjadi pada akhir tahun 2005 yang tercermin dari tingginya inflasi dan suku bunga termasuk suku bunga 73 bank konvensional Tetapi, konsistensi kebijakan Bank Indonesia BI maupun pemerintah di dalam pengendalian inflasi mengalami penurunan. Sehingga total aset bank syariah naik secara perlahan. Pada awal tahun 2007, ditengah optimisme terhadap kondisi ekonomi yang semakin kondusif siring denga trend penurunan suku bunga, total aset bank syariah meningkat ditiap triwulannya. Peningkatan ini juga secara perlahan dapat dilihat dari triwulan pertama total aset bank syariah sebesar Rp 28,4 triliun, triwulan kedua sebesar Rp 29,2 triliun, triwulan ketiga Rp 31,8 triliun dan triwulan keempat sebesar Rp 36,5 triliun. Pertumbuhan bank syariah sebesar 36,7 pada tahun 2007. Total aset bank syariah cenderung naik pada tingkat yang sama dan secara perlahan. Pada tahun 2008 menurut Laporan Perkembangan Perbankan Syariah, secara umum industri perbankan syariah nasional mengalami dua kondisi perkembangan yang menonjol. Pertama, pada semester pertama tahun 2008 pertumbuhan perbankan syariah menunjukkan perkembangan yang cukup tinggi dalam angka yang cenderung meningkat. Kedua, perkembangan industri mengalami perlambatan pada semester kedua. Perlambatan tersebut erat kaitannya dengan kondisi perekonomian nasional yang mulai terimbas oleh situasi krisis keuangan global. Pada akhir 2008, pertumbuhan aset bank syariah mencapai 35,6. Pertumbuhan aset 74 industri perbankan syariah cenderung mengalami perlambatan terutama sejak triwulan kedua, meskipun menunjukkan pertumbuhan aset yang positif. Pada tahun 2009, menurut Laporan Perkembangan Perbankan Syariah, pertumbuhan aset industri perbankan syariah cenderung mengalami perlambatan terutama sejak triwulan kedua, meskipun menunjukkan pertumbuhan aset yang positif atau naik pada setiap triwulannya namun bila dihitung pertumbuhannya cenderung menurun. Hal ini diperangruhi oleh kelesuan ekonomi nasional, belum pulihnya daya beli masyarakat yang tinggi yang berdampak pada adanya pembatasan ekspansi usaha dan pengurangan konsumsi. Pada tahun 2009 juga terjadi penurunan suku bunga, tetapi kinerja perbankan syariah pada tahun 2009 relatif stabil dengan pertumbuhan aset sebesar 33,37. Pada tahun 2010, menurut Laporan Perkembangan Perbankan Syariah semakin berkurangnya tekanan krisis global, pulihnya daya beli masyarakat dan mulai membaiknya aktivitas sektor riil, serta bertambahnya jumlah bank umum syariah BUS baru secara bersama-sama memberikan dampak positif bagi kinerja perbankan syariah. Total aset perbankan syariah BUS dan UUS tumbuh 47,56 menjadi Rp 97 triliun. Peningkatan aset perbankan syariah ini meningkat cukup signifikan bila dibandingkan dengan perbankan