Perkembangan Bank Syariah di Indonesia
57
sektor voluntarysosial dengan upaya pemberdayaan ekonomi rakyat. Dewan Pengawas Syariah DPS dalam melaksanakan
tugasnya untuk meyakini telah dilaksanakannya pemenuhan kepatuah terhadap prinsip syariah oleh bank syariah yang diawasi
oleh Dewan Pengawas Syariah DPS. Pedoman ini merupakan hasil kerjasama antara Bank Indonesia BI dengan Dewan Syariah
Nasional DSN yang dituangkan dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.819DBbS2006 tentang Pedoman Pengawasan
Syariah dan Tata Cara Pelaporan Hasil Pengawasan Bagi Dewan Pengawas Syariah. Bank Indonesia BI di tahun 2006 menerbitkan
PBI No.83PBI2006 tentang Perubahan Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional Menjadi Bank Umum yang Melaksanakan
Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah dan Pembukaan Kantor Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan
Prinsip Syariah oleh Bank Umum Konvensional. Ketentuan lain yang telah dikeluarkan terkait dengan prinsip kehati-hatian adalah
PBI No.821PBI2006 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip
Syariah, peraturan ini dikeluarkan untuk penyempurnaan ketentuan kehati-hatian berdasarkan karakteristik operasional bank syariah,
diantaranya ketentuan kualitas aktiva disamping melakukan pengembangan sistem penilaian tingkat kesehatan perbankan
syariah. Pada tahun 2006 diterbitkan kebijakan yang terkait dengan
58
mendorong efisiensi operasi dari aspek skala usaha yang ekonomis antara lain dilaksanakan dengan penerbitan ketentuan tentang
Layanan Syariah syariah office channeling yang diatur dalam PBI No.83PBI2006, peraturan ini mengizinkan cabang bank
konvensional yang telah memiliki Unit Usaha Syariah UUS melayani transaksi perbankan syariah tertentu office channeling
untuk meningkatkan efisiensi bank didalam memperluas jaringan usahanya. Pada tahun 2006 Bank Indonesia BI memberikan
kontribusi dalam pengembangan sumber daya insani dalam pelaksanaan edukasi publik di bidang perbankan syariah melalui
program-program Pusat Ekonomi Syariah , pelaksanaan training for trainers kepada akademisi. Dalam rangka optimalisasi fungsi
sosial bank syariah, Bank Indonesia BI bekerjasama dengan
Badan Amil Zakat Nasional BAZNAS www.bi.go.id.
Pada tahun 2007 yang dijelaskan dalam Laporan Perkembangan
Perbankan Syariah
2007, dalam
rangka meningkatkan pemenuhan kepatuhan terhadap prinsip syariah Bank
Indonesia BI menerbitkan PBI No. 919PBI2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana
dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah, peraturan ini adalah penyempurnaan dari PBI No.746PBI2005 yang berisi
tentang Akad Penghimpunan dan Penyaluran dana bagi Bank Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah.
59
Penerbitan peraturan tersebut antara lain dilatarbelakangi oleh adanya perkembangan peraturan hukum maupun perundangan dan
dikeluarkannya sejumlah fatwa baru yang dijadikan sebagai dasar pelaksanaan kegiatan usaha bank syariah. Bank Indonesia juga
menerbitan PBI No.99PBI2007 yang merupakan penyempurnaan dari PBI No.821PBI2006 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank
Umum Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah, peraturan ini adalah salah satu bentuk penerapan prinsip
kehati-hatian. Penyempurnaan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bank dalam menjaga kualitas aktiva dan membentuk
PPA yang memadai, tanpa mengurangi keleluasaan penyaluran pembiayaan bank syariah terutama pada Usaha Kecil Menengah
UKM. Bank Indonesia BI juga telah mengeluarkan ketentuan penilaian tingkat kesehatan untuk Bank Umum Syariah BUS
untuk melengkapai pengawasan industri perbankan syariah, yaitu PBI No.91PBI2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan
Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah. Dalam meningkatkan pelayanan jasa perbankan kepada masyarakat luas dengan tetap
mempertimbangkan prinsip kehati-hatian, Bank Indonesia BI menerbitkan
PBI No.97PBI2007
yang merupakan
penyempurnaan atas PBI No.83PBI2006 tentang perubahan Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional Menjadi Bank Umum
yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah
60
dan Pembukaan Kantor Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah oleh Bank Umum Konvensional. Pada
tahun 2007, dalam rangka edukasi publik Bank Indonesia BI meluncurkan IB sebagai penanda industri perbankan syariah
Indonesia www.bi.go.id.
Pada tahun 2008 yang dijelaskan dalam Laporan Perkembangan Perbankan Syariah 2007, telah diberlakukan
Undang-Undang No.21 Tahun 2008 yang berisi tentang Perbankan Syariah. UU No.21 Tahun 2008 mengamanatkan Bank Indonesia
BI untuk membentuk Komite Perbankan Syariah yang beranggotakan para ahli syariah dari unsur Bank Indonesia BI,
Departemen Agama dan masyarakat lainnya. Fungsi dari Komite Perbankan Syariah adalah membantu Bank Indonesia BI dalam
menetapkan peraturan perbankan syariah yang sesuai dengan fatwa Dewan Syariah Nasioan DSN MUI. Terkait dengan UU No.21
Tahun 2008, Bank Indonesia BI telah menerbitkan PBI No.1032PBI2008 tentang Komite Perbankan Syariah, diharapkan
dengan keberadaan Komite ini dapat mendukung berbagai upaya mewujudkan perbankan syariah nasional yang sehat dan memenuhi
prinsip syariah secara baik. Untuk mendorong penerapan prinsip- prinsip syariah dalam produk dan operasional bank syariah pada
tahun 2008 telah dilakukan penyempurnaan ketentuan mengenai standar akad penghimpunan dan penyaluran dana dengan
61
menebitkan PBI No.1016PBI2008 tentang perubahan atas PBI No.919PBI2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam
Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah, PBI No.1016PBI2008 mengatur
tentang kepastian dan kejelasan hukum bagaimana pihak bahwa produk perbankan syariah termasuk jasa perbankan. Bank
Indonesia BI menerbitkan PBI No. 1017PBI2008 tentang Produk Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, PBI ini mengatur
tentang pengeluaran produk baru dapat dilakuakn tanpa izin dari Bank Indonesia BI, hanya terkena kewajiban melapor, sepanjang
produk baru tersebut memiliki karakteristik yang sama dengan produk yang terdapat dan Buku Kondifikasi Produk Perbankan
Syariah. Dalam mengatur pembiayaan Bank Indonesia BI menerbitkan PBI No.1018PBI2008 tentang Restrukturisasi
Pembiayaan Bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, pengaturan ini mengenai restrukturisasi pembiayaan bank syariah
masih mengacu kepada ketentuan bank konvensional, diharapkan PBI ini dapat memberikan pedoman yang lebih jelas bagi
perbankan syariah dalam melakukan restrukturisasi pembiayaan sesuai karakteristik produk perbankan syariah. Bank Indonesia BI
juga menyempurnakan peraturan yang telah diterbitkan yaitu PBI No. 821PBI2006 dengan PBI No.1024PBI2008 tentang
Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum yang Melaksanakan
62
Kegiatan Usaha Bersadarkan Prinsip Syariah, ketentuan ini terkait dengan penambahan kategori penempatan aktiva bank pada surat
berharga syariah yang sebelumnya hanya boleh dimiliki hingga jatoh
tempo, menjadi
dapat dipindah
tangankan dan
diperdagangkan www.bi.go.id.
Pada tahun 2009 yang dijelaskan dalam Laporan Perkembangan Perbankan Syariah, Bank Indonesia BI telah
melaksanakan berbagai program dalam rangka peningkatan kompetensi Sumber Daya Manusia perbankan syariah yaitu iB
Workshop on Leadership and Change Management, Pendidikan Dasar Perbankan Syariah PDPS Plus Service Excellence,
Training Of Trainers TOT, dan Program Bantuan Teknis technical assistance. Bank Indonesia BI pada tahun 2009
menerbitkan PBI No.113PBI2009 yang berisi tentang Bank Umum Syariah, bahwa dalam bahwa badan hukum bagi Bank
Umum Syariah BUS dibatasi hanya dalam bentuk Perseroan Terbatas PT, sehingga tidak dikenal lagi Bank Umum Syariah
yang berbentuk badan hukum Perusahaan Daerah dan Koperasi. Selain itu, Bank Indonesia menerbitkan PBI No.1110PBI2009
berisi tentang Unit Usaha Syariah UUS, hal baru yang diatur antara lain adalah adanya kewajiban untuk memperoleh izin usaha
dari Bank Indonesia bagi pendirian unit usaha syariah UUS, modal kerja minimal unit usaha syariah UUS sebesar Rp 100
63
miliar, penegasan keberadaan Direktur unit usaha syariah UUS, serta pemisahan Unit Usaha Syariah UUS dari Bank Umum
Konvensional induknya dan tata caranya. Penyempurnaan juga dilakukan oleh Bank Indonesia BI untuk PBI No. 83PBI2006
menjadi PBI No. 1115PBI2009 tentang Kegiatan Usaha Bank Konvensional menjadi Bank Syariah. Bank Indonesia BI dalam
memelihara dan
meningkatkan kepercayaan
masyarakat menerbitkan PBI No.1131PBI2009 tentang Uji Kemampuan dan
Kepatutan Fit and Proper Test Bank Umum Syariah BUS dan Unit Usaha Syariah UUS, agar mendorong pertumbuhan dan
mendorong pelaksanaan tata kelola yang baik good corporate governance Bank Umum Syariah BUS dan Unit Usaha Syariah
UUS www.bi.go.id.
Pada tahun 2010 yang dijelaskan dalam Laporan Perkembangan
Perbankan Syariah,
kegiatan pengaturan
dilaksanakan sebagai kelanjutan dari kegiatan penyusunan atau penyempurnaan ketentuan yang telah menjadi amanat UU No.21
tahun 2008 tentang perbankan syariah. Beberapa ketentuan yang telah disusun pada tahun 2010 merupakan petunjuk pelaksanaan
dari pengaturan perbankan syariah yang telah disusun sebelumnya, antara lain Uji Kemampuan dan Kepatutan Fit And Proper Test,
pelaksanaan Good Corporate Governance, dan Rencana Bisnis
64
Bank. Penyusunan dan penyempurnaan ketentuan yang telah
dihasilkan selama tahu 2010 adalah :
1 Surat Edaran No. 126DPbS tanggal 8 Maret 2010 perihal Uji Kemampuan dan Kepatutan Fit and Proper Test bagi
Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah UUS. Ketentuan ini merupakan aturan teknis pelaksanaan Peraturan Bank
Indonesia No.1131PBI2009 tentang Uji Kemampuan dan Kepatutan Fit and Proper Test Bank Syariah dan Unit
Usaha Syariah UUS yang diterbitkan pada tanggal 28
Agustus 2009.
2 Surat Edaran No.1213DPbS tanggal 30 April 2010 perihal Pedoman Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi
Bank Umum Syariah BUS dan Unit Usaha Syariah UUS. Ketentuan ini merupakan aturan teknis pelaksanaan
Peraturan Bank Indonesia PBI :
- No.113PBI2009 tanggal 29 Januari 2009 tentang
Bank Umum Syariah, PBI
- No.1110PBI2009 tanggal 19 Maret 2009 tentang Unit Usaha Syariah, dan PBI
- No.1133PBI2009 tanggal 7 Desember 2009 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank
Umum Syariah BUS dan Unit Usaha Syariah UUS.
65
3 Surat Edaran No.1232DPbS tanggal 18 November 2010 perihal Rencana Bisnis Bank Umum Syariah BUS dan
Unit Usaha Syariah UUS. Ketentuan ini merupakan aturan teknis pelaksanaan penyusunan dan penyampaian rencana
bisnis, realisasi rencana bisnis danatau pengawasan rencana bisnis oleh Bank Umum Syariah BUS dan Unit
Usaha Syariah UUS kepada Bank Indonesia, yang merupakan tindak lanjut dari Peraturan Bank Indonesia
No.1221PBI2010 tentang Rencana Bisnis Bank yang diterbitkan pada tanggal 19 Oktober 2010.
Disamping itu, di tahun 2010 telah dilakukan review terhadap ketentuan-ketentuan untuk mengakomodasi perkembangan yang terjadi
sesuai dengan kondisi perbankan syariah. Review tersebut dilakukan dengan tujuan sinkronisasi dan harmonisasi dengan ketentuan yang
berlaku, serta rekomendasi lembaga internasional. Hasil dari review yang dilakukan merekomendasikan perubahan atas ketentuan-ketentuan
yang telah berlaku yaitu: 1 Restrukturisasi pembiayaan bagi bank syariah dan unit
usaha syariah UUS. 2 Penilaian kualitas aktiva bagi bank umum syariah BUS
dan unit usaha syariah UUS. Serta ketentuan yang baru bagi perbankan syariah yaitu Peraturan Bank
Indonesia mengenai Manajemen Risiko bagi BUS dan UUS. Ketentuan-
66
ketentuan tersebut direkomendasikan untuk dapat dikeluarkan pada tahun 2011 www.bi.go.id.
b Perkembangan Kelembagaan Bank Syariah
Pada tahun 2006 terdapat penambahan sebanyak 1 Unit Usaha Syariah UUS yaitu UUS BPD Kalimantan Timur, sehingga
pada akhir tahun 2006 industri perbankan syariah terdiri dari 3 Bank Umum Syariah dan 20 Unit Usaha Syariah UUS. Di tahun
2006, jaringan kantor perbankan syariah telah menjangkau masyarakat di lebih dari 70 kabupaten di 31 propinsi dan
jumlahnya sebanyak 531 kantor. Jumlah jaringan kantor cabang bank konvensional penyedia layanan syariah office channeling
sebanyak 456 kantor www.bi.go.id. Pada tahun 2007, terdapat penambahan sebanyak 6 Unit
Usaha Syariah UUS, yaitu UUS BPD DIY, UUS BPD Sulawesi Selatan, UUS BPD Sumatera Barat, UUS BPD Jawa Timur, UUS
PT. Bank Ekspor Indonesia dan UUS PT. Bank Lippo. Selain itu terdapat pula pembukaan 2 Kantor Perwakilan KPw dari bank
syariah yang berkantor pusat di luar negeri yaitu KPw Albaraka Banking Group dan KPw Asian Finance Bank Berhad. Jumlah
kantor bank syariah termasuk kantor kas, kantor cabang pembantu dan Unit Pelayanan Syariah bertambah menjadi 597 kantor.
Jaringan kantor ini telah menjangkau di 32 propinsi, dan jumlah
67
jaringan kantor bank konvensional penyedia layanan syariah office channeling sebanyak 1.195 kantor. Dengan demikian pada tahun
2007 industri perbankan syariah terdiri dari 3 Bank Umum Syariah BUS, 26 Unit Usaha Syariah UUS, 597 kantor bank syariah dan
1.195 kantor bank konvensional penyedia layanan syariah office channeling www.bi.go.id.
Pada tahun 2008, berdiri 2 Bank Umum Syariah BUS dan 2 Unit Usaha Syariah UUS baru yaitu Bank Syariah Bukopin dan
BRI Syariah serta UUS BTPN dan UUS BPD Jawa Tengah. Jumlah kantor bank syariah bertambah menjadi 822 kantor, untuk
pelayanan syariah office channeling mencapai 1.470 kantor. Penyebaran jaringan kantor bank syariah saat ini telah menjangkau
masyarakat di lebih dari 89 kabupaten di 33 proponsi. Sehingga pada tahun 2008 terdapat 5 Bank Umum Syariah BUS, 27 Unit
Usaha Syariah UUS, 822 kantor bank syariah dan 1.470 kantor pelayanan bank syariah office channeling www.bi.go.id.
Pada tahun 2009, telah berdiri sebuah Bank Umum Syariah BUS yaitu Bank Panin Syariah dan dibukanya 2 Unit Usaha
Syariah UUS yaitu UUS OCBC NISP dan UUS Bank Sinarmas. Terdapat konversi 2 UUS, UUS BRI dan UUS Bukopin menjadi
Bank Umum Syariah BUS. Jumlah kantor bank syariah mencapai 1.140 kantor dan kantor layanan syariah office channeling
mencapai 1.929 kantor. Penyebaran jaringan kantor bank syariah
68
telah menjangkau masyarakat di lebih dari 89 kabupaten di 33 provinsi, sehingga pada tahun 2009 terdapat 6 Bank Umum Syariah
BUS, 25 Unit Usaha Syariah UUS, 1.140 kantor bank syariah dan 1929 kantor layanan syariah office channeling ww.bi.go.id.
Pada tahun 2010, jumlah Bank Umum Syariah bertambah dengan diterbitkannya izin untuk 5 bank yang terdiri dari 3 bank
umum syariah BUS yang terbentuk melalui proses perubahan kegiatan usaha konversi bank umum, dan 2 bank umum syariah
BUS yang terbentuk melalui proses pemisahan spin-off Unit Usaha Syariah UUS Bank Umum. Izin perubahan kegiatan usaha
Bank Umum menjadi Bank Umum Syariah diberikan kepada PT. Bank BCA Syariah yang semula PT. Bank UIB, PT. Bank Victoria
Syariah yang semula PT. Bank Swaguna, dan PT. Bank Maybank Syariah Indonesia yang semula PT. Bank Maybank Indocorp. Izin
usaha BUS hasil pemisahan spin-off diberikan kepada PT. Bank BNI Syariah dan PT. Bank Jabar Banten Syariah. Dengan terbitnya
izin untuk lima Bank tersebut, maka jumlah Bank Umum Syariah di Indonesia sampai dengan akhir tahun 2010 tercatat menjadi
sebanyak 11 BUS dari sebelumnya sebanyak 6 bank umum syariah BUS pada tahun 2009. Permohonan Bank Umum untuk membuka
Unit Usaha Syariah UUS, namun jumlah unit usaha syariah UUS berkurang sebanyak 2 unit usaha syariah UUS sehubungan
dengan dicabutnya izin usaha 2 unit usaha syariah UUS
69
sehubungan dengan pemisahan spin-off UUS dengan mendirikan Bank Umum Syariah BUS. Unit Usaha Syariah UUS yang
melakukan spin off untuk berdiri sebagai Bank Umum Syariah BUS pada tahun 2010 adalah UUS PT. Bank Negara Indonesia
Persero Tbk dan UUS PT. Bank Jabar Banten yang masing- masing menjadi PT. Bank BNI Syariah dan PT. Bank Jabar Banten
Syariah. Dengan demikian, jumlah unit usaha syariah UUS pada tahun 2010 secara keseluruhan menjadi sebanyak 23, mengalami
penurunan apabila dibandingkan dengan jumlah unit usaha syariah UUS pada akhir tahun 2009 yang sebanyak 25 unit usaha syariah
UUS. Jaringan kantor perbankan syariah pada tahun 2010 jika dibandingkan dengan tahun 2009 mengalami peningkatan pada
jumlah jaringan kantor bank umum syariah BUS, namun jumlah jaringan kantor unit usaha syariah UUS mengalami penurunan.
Jumlah jaringan kantor BUS meningkat sejumlah 493 kantor yaitu dari 711 kantor pada akhir tahun 2009 menjadi 1.204 kantor pada
akhir tahun 2010. Sedangkan jumlah jaringan kantor UUS pada tahun 2009 mengalami penurunan sejumlah 48 kantor yaitu dari
287 kantor pada akhir tahun 2009 menjadi 239 kantor pada akhir tahun 2010. Dapat dilihat dalam tabel 4.1 berikut.
70
Tabel 4.1 Jaringan Kantor BUS dan UUS Tahun 2010
No. Kelompok Bank
KPUUS KPO KC
KCP UPS
KK Bank Umum Syariah
11 317
689 198
1. PT. Bank Syariah Muamalat Indonesia
1 75
58 113
2. PT. Bank Syariah Mandiri
1 115
204 72
3. PT. Bank Syariah Mega Indonesia
1 34
329 5
4. PT. Bank Syariah BRI
1 35
47 1
5. PT. Bank Syariah Bukopin
1 8
5 -
6. PT. Bank Panin Syariah
1 4
- -
7. PT. Bank Victoria Syariah
1 6
2 -
8. PT. BCA Syariah
1 5
3 7
9. PT. Bank Jabar dan Banten
1 6
13 -
10. PT. Bank Syariah BNI 1
28 28
- 11. PT. Maybank Indonesia Syariah
1 1
- -
Unit Usaha Syariah 23
104 89
46
12. PT. Bank Danamon 1
8 3
- 13. PT. Bank Permata
1 10
12 -
14. PT. Bank Internasional Indonesia BII 1
5 20
- 15. PT. CIMB Niaga
1 22
5 -
16. HSBC, Ltd 1
5 -
- 17. PT. Bank DKI
1 2
- -
18. BPD DIY 1
1 -
- 19. BPD Jawa Tengah
1 2
- 2
20. BPD Jawa Timur 1
1 -
37 21. BPD Banda Aceh
1 2
9 -
22. BPD Sumatera Utara 1
4 1
- 23. BPD Sumatera Barat
1 2
2 1
24. BPD Riau 1
2 3
1 25. BPD Sumatera Selatan
1 3
- 2
26. BPD Kamlimantan Selatan 1
2 -
- 27. BPD Kalimantan Barat
1 1
- -
28. BPD Kalimantan Timur 1
2 7
2 29. BPD Sulawesi Selatan
1 3
1 -
30. BPD Nusa Tenggara Barat 1
1 -
- 31. PT. BTN
1 20
5 -
32. PT. Bank Tabungan Pensiun Nasional 1
2 21
- 33. PT. OCBC NISP
1 3
- -
34. PT. Bank Sinarmas 1
1 -
1 Sumber : Statistik Perbankan Syariah Indonesia 2010
71