78
Pada tahun 2008, menurut Laporan Perkembangan Perbankan Syariah terjadi penurunan dana pihak ketiga DPK sejak triwukan
kedua tahun 2008, akibatnya pertumbuhan dana pihak ketiga DPK melambat. Meskipun melambat, pertumbuhan dana pihak ketiga
DPK masih berada pada angka pertumbuhan yang relatif tinggi yaitu sebesar 31,6. Perlambatan pertumbuhan dana pihak ketiga
DPK ini dominan dipengaruhi oleh jenis dana pihak ketiga DPK yang berasal dari nasabah korporasi, dimana jenis nasabah ini cukup
sensitif dengan kondisi perekonomian secara umum. Pada tahun 2009, menurut Laporan Perkembangan Perbankan
Syariah terjadi peningkatan pertumbuhan dana pihak ketiga DPK dari 35,5 tahun 2008 menjadi 37,7 pada tahun 2009. Tingginya
pertumbuhan DPK pada akhir tahun 2009 tersebut sedikit banyak dipengaruhi oleh ketatnya likuiditas yang memaksa pelaku usaha
termasuk lembaga keuangan menahan dana mereka. Kondisi ketatnya likuiditas juga mempengaruhi prilaku masyarakat yang
relatif menahan konsumsi mereka, sehingga ada kecenderungan pemeliharaan dana yang berdampak pada peningkatan dana pihak
ketiga DPK perbankan syariah. Selain itu, peningkatan ini juga dipengaruhi oleh return bank syariah yang cukup bersaing dengan
adanya kebijakan penurunan suku bunga diperbankan konvensional. Pada akhir tahun 2009, peningkatan jumlah dana pihak ketiga DPK
79
lebih didorong oleh jumlah transaksi yang dilakukan oleh nasabah extising, dibandingkan dengan peningkatan jumlah nasabah baru.
Pada tahun 2010, menurut Laporan Perkembangan Perbankan Syariah
penghimpunan dana
pihak ketiga
DPK masih
menunjukkan peningkatan dan bahkan melampaui pertumbuhan tahun 2009. Sempat terjadi perlambatan pertumbuhan pada triwulan
pertama tahun 2010, perbankan syariah mampu melakukan akselerasi pada triwulan berikutnya dan bahkan tumbuh tinggi di
triwulan keempat tahun 2010. Peningkatan dana pihak ketiga DPK tersebut tidak hanya terbatas pada pertumbuhan nominal, namun
juga dari sisi jumlah rekening. Jumlah rekening dana pihak ketiga DPK pada tahun 2010 tumbuh menggembirakan sampai dengan
triwulan ketiga, namun tumbuh sedikit melambat pada triwulan keempat. Pertumbuhan jumlah rekening ini tidak diiringi oleh
penurunan nilai nominal dana pihak ketiga DPK yang dihimpun, karena nilai simpanan dari nasabah lama terus meningkat.
Perkembangan positif pada penghimpunan dana pihak ketiga DPK diperkirakan tidak terlepas kenyataan bawha return bagi hasil bank
syariah yang cukup bersaing dibandingkan dengan yang ditawarkan bank konvensional. Sehingga pertumbuhan dana pihak ketiga DPK
pada tahun 2010 meningkat sebesar 45,46 menjadi Rp 76 triliun.
80
c. Pembiayaan
Perkembangan jumlah pembiayaan yang diberikan oleh Bank Syariah kepada masyarakat dari triwulan pertama tahun 2006 sampai
triwulan keempat tahun 2010 mengalami peningkatan yang cukup baik. Bank Syariah memberikan pembiayaan kepada masyarakat ke
sektor riil yang tujuannya untuk membantu dan mengembangkan usaha yang dijalankan oleh masyarakat, pembiayaan ini cenderung
mengarah ke Usaha Kecil dan Menengah, guna membantu masyarakat dan pemerintah agar lebih maju lagi. Penigkatan jumlah
pembiayaan yang diberikan dapat dilihat dalam grafik 4.3.
Grafik 4.3 Perkembangan Pembiayaan Bank Syariah
10,000,000 20,000,000
30,000,000 40,000,000
50,000,000 60,000,000
70,000,000
2006 2007
2008 2009
2010
PEMBIAYAAN
Sumber : Data diolah
81
Pada tahun 2006, menurut Laporan Pertumbuhan Perbankan Syariah kegiatan penyaluran dana oleh perbankan syariah
melalui berbagai bentuk akad pembiayaan masih berjalan optimal, dengan laju pertumbuhan sebesar 34,2. Ekspansi pembiayaan yang
tinggi terutama dilakukan oleh unit usaha syariah UUS dengan laju ekspansi 52, sementara itu ekspansi pembiayaan bank umum
syariah relatif lebih rendah yaitu sebesar 29,7. Berdasarkan jenis akad yang digunakan, pangsa kelompok pembiayaan berdasarkan
ijarah semakin meningkat sementara pembiayaan berbasis bagi hasil terdiri atas pembiayaan mudharabah dan musyarakah mengalami
penurunan, pembiayaan berbasis murabahah juga mengalami penurunan.
Pada tahun 2007, menurut Laporan Perkembangan Perbankan Syariah penyaluran pembiayaan oleh perbankan syariah
menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 36,7 lebih tinggi dari pertumbuhan pembiayaan tahun 2006
sebesar 34,2. Berdasarkan kelompok bank, pertumbuhan yang tinggi ditunjukkan oleh unit usaha syariah UUS bank umum
konvensional BUK sebesar 65,9, sementara pertumbuhan pembiayaan bank umum syariah BUS relatif lebih rendah yaitu
sebesar 29,8. Berdasarkan jenis akad pembiayaan yang digunakan, pangsa kelompok pembiayaan berdasarkan qardh semakin
meningkat. Sementara pembiayaan berbasis bagi hasil terdiri atas
82
pembiayaan mudharabah dan musyarakah mengalami peningkatan. Tetapi pembiayaan murabahah mengalami penururnan.
Pada tahun 2008, menurut Laporan Perkembangan Perbankan Syariah penyaluran pembiayaan oleh perbankan syariah
secara konsisten terus mengalami peningkatan dengan pertumbuhan sebesar 17,6 dari triwulan keempat tahun 2007 atau menjadi
42,05 pada triwulan keempat tahun 2008, meskipun kondisi di tahun 2008 mengalami perlambatan. Sementara itu, nilai pembiayaan
yang disalurkan oleh perbankan syariah mencapai Rp 38,19 triliun. Peningkatan pembiayaan pada produk berbasis bagi hasil, khususnya
denga akad musyarakah yang berisiko lebih tinggi dan krisis keuangan global tidak banyak berpengaruh terhadap kualitas
pembiayaan perbankan syariah. Pada tahun 2009, menurut Laporan Perkembangan
Perbankan Syariah penyaluran pembiayaan oleh perbankan syariah selama tahun 2009 telah mencapai nilai Rp 46,9 triliun, bertumbuh
22,74 mengalami perlambatan dibandingkan dengan pertumbuhan pembiayaan tahun 2008 sebesar 36,70. Walaupun demikian
dengan pertumbuhan penyaluran pembiayaan bank syariah masih lebih baik dibandingkan penyaluran kredit oleh bank konvensional
nasional yang hanya bertumbuh 9,96. Penurunan penyaluran dana tersebut terjadi karena dipengaruhi oleh masih lemahnya permintaan
83
ekspor dan penurunan harga komoditas, belum pulihnya daya beli masyarakat dan biaya ekonomi tinggi yang berdampak pada adanya
pembatasan ekspansi usaha dan pengurangan konsumsi. Struktur pembiayaan pada tahun 2009 masih didominasi oleh akad
murabahah dengan posisi pada triwulan keempat sebesar 56,1 dari total pembiayaan. Demikian pula porsi pembiayaan musyarakah
yang menurun dari 16,3 di tahun 2008 menjadi 14,1 ditahun 2009. Pembiayaan mudharabah juga mengalami peningkatan yaitu