54
disebut Islamic Research and Training Institute IRTI
www.irti.org.
2. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia
Berkembangnya bank-bank syariah di negara-negara Islam juga berpengaruh ke Indonesia. Menurut Muhammad Kamal Zubair
2008:2, eksistensi perbankan syariah di Indonesia tidak terlepas dari sistem perbankan Indonesia secara umum. PT. Bank Muamalat
Indonesia adalah bank yang bebasis syariah pertama yang ada di Indonesia yang telah diakui oleh negara pada akhir tahun 1991. Pada
awal pendirian Bank Muamalat Indonesia, keberadaan bank syariah ini belum mendapat perhatian yang optimal dalam tatanan industri
perbankan nasional. Sistem perbankan syariah mulai dikenal di Indonesia pada tahun 1992 dengan dikeluarkannya UU No. 7 Tahun
1992 yang memungkinkan bank menjalankan operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil. Pada saat era reformasi ditandai dengan
disetujuuinya UU No. 10 tahun 1998. Dalam undang-undang tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang
dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah. Undang- undang ini juga memberikan arahan bagi bank-bank konvensional
untuk membuka cabang syariah atau bahkan mengkonversikan diri secara total menjadi bank syariah.
55
a Perkembangan Kebijakan Bank Syariah
Konsep perbankan syariah telah benar-benar masuk dalam Undang-Undang Perbankan Indonesia dengan disetujuinya UU No.
10 tahun 1998 sebagai pengganti UU No. 7 Tahun 1992. Dalam UU No. 10 Tahun 1998 tersebut diatur dengan rinci landasan
hukum dan jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah. Dalam Undang-Undang ini
juga memberikan arahan bagi bank-bank konvensional unutk membuka cabang syariah dual banking system atau bahkan
mengkonversi diri secara total menjadi bank syariah.
Berdasarkan UU No. 10 Tahun 1998 tersebut, Bank Indonesia BI mengeluarkan ketentuan mengenai kelembagaan
dari jaringan kantor bagi Bank Umum Syariah BUS dan Bank Umum Konvensional BUK yang membuka Unit Usaha Syariah
UUS dan Kantor Cabang Syariah KCS serta ketentuan Bank Perkreditan
Rakyat Syariah
BPRS. Pemerintah
juga mengeluarkan UU No. 23 Tahun 1999 yang mengatur tentang
kawajiban dan tanggung jawab Bank Indonesia BI sebagai otoritas moneter dalam mengatur kebijakan bank konvensional dan
bank syariah Muhammad Kamal Zubair, 2008:3.
Bank Indonesia
juga mengeluarkan
Cetak Biru
Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia, dengan kerangka waktu perencanaan 10 tahun dari tahun 2002-2011. Berdasarkan
56
Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah tersebut, sasaran pengembangan perbankan syariah adalah terpenuhnya prinsip
syariah dalam operasional perbankan, diterapkannya prinsip kehati- hatian dalam operasional perbankan syariah, terciptanya sistem
perbankan syariah yang kompetitif dan efisien, serta terciptanya stabilitas sistemik serta terelasisasinya kemanfaatan
bagi masyarakat luas. Pada tahun 2000 Bank Indonesia BI secara
bersamaan mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia PBI, yaitu ketentuan kliring, pembukaan rekening giro pada Bank Indonesia
BI bagu Unit Usaha Syariah UUS, Giro Wajib Minimum GWM bagi Bank Umum Syariah BUS, pasar uang antar bank
berdasrkan prinsip syariah PUAS dan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia SWBI. Bank syariah juga wajib mengikuti semua fatwa
Dewan Syariah Nasional DSN untuk mengatur jenis kegiatan,
produk dan jasa keuangan syariah www.bi.go.id.
Pada tahun 2006 yang dijelaskan dalam Laporan Perkembangan Perbankan Syariah 2006, Bank Indonesia BI untuk
mengatur kebijakan perbankan syariah difokuskan pada enam aspek yang meliputi kepatuhan pada prinsip syariah, pemenuhan
aspek kehati-hatian, pengembangan efisiensi operasi dan daya saing, kestabilan sistem dan kemafaatan bagi perekonomian,
peningkatan kompetensi dan profesionalisme sumber daya insani, serat optimalisasi fungsi sosial bank syariah dalam memfasilitasi
57
sektor voluntarysosial dengan upaya pemberdayaan ekonomi rakyat. Dewan Pengawas Syariah DPS dalam melaksanakan
tugasnya untuk meyakini telah dilaksanakannya pemenuhan kepatuah terhadap prinsip syariah oleh bank syariah yang diawasi
oleh Dewan Pengawas Syariah DPS. Pedoman ini merupakan hasil kerjasama antara Bank Indonesia BI dengan Dewan Syariah
Nasional DSN yang dituangkan dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.819DBbS2006 tentang Pedoman Pengawasan
Syariah dan Tata Cara Pelaporan Hasil Pengawasan Bagi Dewan Pengawas Syariah. Bank Indonesia BI di tahun 2006 menerbitkan
PBI No.83PBI2006 tentang Perubahan Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional Menjadi Bank Umum yang Melaksanakan
Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah dan Pembukaan Kantor Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan
Prinsip Syariah oleh Bank Umum Konvensional. Ketentuan lain yang telah dikeluarkan terkait dengan prinsip kehati-hatian adalah
PBI No.821PBI2006 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip
Syariah, peraturan ini dikeluarkan untuk penyempurnaan ketentuan kehati-hatian berdasarkan karakteristik operasional bank syariah,
diantaranya ketentuan kualitas aktiva disamping melakukan pengembangan sistem penilaian tingkat kesehatan perbankan
syariah. Pada tahun 2006 diterbitkan kebijakan yang terkait dengan