Sumber Data METODOLOGI PENELITIAN

49

BAB IV ANALISIS HADITS TENTANG PENDIDIK DAN METODE

PEMBELAJARAN YANG HUMANIS

A. Pendidik yang Humanis

1. Mendidik Tidak Setiap Waktu Agar Murid Tidak Bosan

a. Hadits dan Terjemahannya 1 ―Muhammad ibn Yusuf menceritakan kepada kami, ia berkata, mengabarkan kepada kami Sufyan dari A‘masy dari Abi Wail dari Ibnu Mas‘ud, bahwa Nabi saw selalu memilih waktu yang tepat bagi kami untuk memberikan nasihat, karena beliau takut kami akan merasa bosan .‖ 2 b. Pemahaman Hadits Dalam hadits tersebut, Rasulullah selalu memperhatikan aspek waktu dalam memberikan nasihat kepada para sahabatnya. Rasulullah saw menetapkan jadwal hari-hari tertentu untuk belajar mengaji dan memberikan peringatan. Dalam hal ini Al-Bukhari membuat judul di dalam Shahih-nya: Bab Nabi saw membuat sela-sela dalam ceramah dan ilmu para sahabat agar mereka tidak lari. Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata di dalam Fathul Bari, “pelajaran yang dapat diambil dari hadits tersebut adalah anjuran meninggalkan rutinitas beraktivitas secara sungguh-sungguh, demi menghindari bosan walaupun rutinitas itu ditekankan. ” 3 Dari hadits Nabi tersebut terkandung pengertian bahwa dalam memberikan pengajaran, seorang guru harus mengetahui keadaan- 1 Imam Abu Abdillah Muhammad Ibn Ismail Ibn Ibrahim Ibn al-Mughirah Ibn Bardizbah al- Ja’fi al-Bukhari, Shahih Bukhari, Daar al-Fikr, juz. I, no. 11, h. 27. 2 Imam Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqalani, Fathul Baari Syarah: Shahih Al Bukhari, Terj. dari Fathul Baari Syarah Shahih Al Bukhari oleh Ghazirah Abdi Ummah, Jakarta: Pustaka Azzam, 2002, h. 307. 3 Imam Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqalani, op.cit, h. 308. 50 keadaan yang baik untuk belajar dan tidak memaksakan siswa dalam proses belajar. Dalam belajar, tidak baik dilaksanakan secara terus menerus karena dikhawatirkan siswa akan merasa bosan. Melakukan hal yang sama secara terus menerus bisa menimbulkan kejenuhan dan menurunkan semangat belajar. Siswa yang bosan cenderung akan mengganggu proses belajar. Apabila siswa telah merasa bosan, maka ia akan malas dan enggan untuk belajar kembali. Meskipun ketekunan atau kontinuitas sangat diharapkan dalam belajar, akan tetapi hal itu dapat dilakukan dengan beberapa cara, misalnya belajar boleh dilaksanakan setiap hari dengan syarat tidak membebani, atau tidak dilakukan setiap hari dengan tujuan siswa penuh semangat pada hari yang lain. Belajar harus dapat disesuaikan dengan kondisi masing-masing individu. Menurut Ngalim Purwanto, “belajar yang terus menerus dalam jangka waktu yang lama tanpa istirahat tidak efisien dan tidak efektif. Oleh karena itu, untuk belajar yang produktif diperlukan adanya pembagian waktu belajar. ” 4 Guru sebagai penentu keberhasilan proses belajar mengajar di dalam kelas, harus selalu peka terhadap kebutuhan dan keinginan siswa. Apabila siswa ketika belajar mulai terlihat merasa bosan, maka guru harus segera mencari cara agar siswa tidak lagi merasa bosan. Fadilah Suralaga mengemukakan, Seorang siswa yang mengalami kejenuhan dalam belajar merasa seakan-akan pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh dari belajar tidak ada kemajuan. Siswa yang sedang dalam kejenuhan sistem akalnya tak dapat bekerja sebagaimana yang diharapkan dalam proses item-item informasi atau pengalaman baru, sehingga kemajuan belajarnya seakan- akan “jalan di tempat”. Kejenuhan belajar dapat melanda seorang siswa yang kehilangan motivasi dan konsolidasi salah satu tingkat kemampuan tertentu sebelum sampai pada tingkat kemampuan berikutnya. 5 4 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1997, h. 114. 5 Fadilah Suralaga, dkk., Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005, h. 133.