Rahmat Darmawan : Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk Bidang Pariwisata Di Akademi Pariwisata Medan, 2009
kepada pihak Manajemen Akpar Medan dalam memperoleh data sebagai bahan untuk analsisa kebutuhan needs analysis.
Selain mendapatkan data tentang bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi secar lisan, penulis juga mengajukan kuesioner tentang beberapa data mengenai
peserta didik misalnya : usia, latar belakang pendidikan kebahasaan, suku bangsa, pengetahuan mereka terhadap kosa kataistilah asing yang mempunyai padanan
katanya dalam bahasa Indonesia dan lain sebagainya.
3.5 Analisis Data
Setelah data tersedia, tahap selanjutnya adalah menganalisis data sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian. Pemilihan metode analisis dilakukan dengan
mengikuti alur metode kualitatif dalam pengertian bahwa kegiatan analisis yang dilakukan berkaitan dengan penelusuran pola-pola yang umum pada wujud dan
prilaku data yang ada yang dipengaruhi dan hadir bersama dengan konteks- konteksnya.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data yang tersedia adalah: 1. Mengakaji data-data yang diperoleh dari kuesioner yang diajukan kepada
Manajemen Akpar Medan dan Mahasiswa tentang kebutuhan peserta didik yang mencakup materi-materi bahan penyusunan silabus BIPar yang komunikatif.
2. Pengklasifikasian data menurut fungsi penggunaan bahasa dan ragam bahasa Indonesia untuk bidang pariwisata yang mendasarkan kepada konsep-konsep
fungsi bahasa dan ragam bahasa. Fungsi dan ragam bahasa manakah yang
Rahmat Darmawan : Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk Bidang Pariwisata Di Akademi Pariwisata Medan, 2009
nantinya akan diterapkan dalam pembelajaran bahasa untuk bidang khusus seperti BIPar.
3. Menganalisis data survey kebutuhan terhadap penyusunan silabus dan mengkaji penyusunan silabus berdasarkan : 1 analisis kebutuhan, 2 analisis fungsi dan
ragam bahasa, 3 analisis penyusunan silabus dengan mendasarkan kepada teori penyusunan silabus yang komunikatif agar sesuai dengan tujuan penelitian yakni
untuk menemukenali model silabus pembelajaran BIPar sehingga tercapainya komunikasi efektif mahasiswa Akpar Medan pada saat melaksanakan
pekerjaannya vocational purposes di tempat kerja work place yang didominasi ragam bahasa lisan dari pada ragam bahasa tulisan.
Selanjutnya menemukenali ragam bahasa seperti apakah yang sesuai digunakan dalam pembelajaran BIPar. Ragam bahasa lisan yang standar ataukah ragam
bahasa lisan yang non-standar.
Paradigma selama ini adalah bahwa ragam bahasa yang digunakan ketika
membuat penyusunan silabus bahasa Indonesia adalah ragam bahasa baku atau formal. Ragam baku ini juga dikenal sebagai ragam bahasa standar. Namun demikian
permasalahan yang muncul adalah apakah ketika berbicara mengenai bahasa untuk bidang khusus; ragam bahasa standar dapat menciptakan terjadinya komunikasi
efektif?
Lihat pemakaian kata “superior” untuk salah satu jenis kamar. Kata “superior”
bermakna “atasan”, atau “penyelia” atau “lebih hebatsuper”. Misalnya seorang resepsionis mengatakan : 1 “…kami mempunyai kamar atasanpenyelialebih hebat
Rahmat Darmawan : Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk Bidang Pariwisata Di Akademi Pariwisata Medan, 2009
yang masih kosong…”. Ataukah tetap saja mengatakan : 2 “…kami masih punya
kamar superior yang kosong…”. Manakah yang lebih komunikatif ? Kalimat nomor
satu atau nomor dua? Prinsip inilah yang meyakinkan penulis bahwa pembelajaran bahasa Indonesia
untuk bidang khusus Indonesian for Specific Purposes – ISP tidak serta merta
menggunakan ragam bahasa standar melainkan memunculkan suatu paradigma baru bahwa : Penyusunan silabus pembelajaran bahasa Indonesia untuk bidang
khusus menerapkan prinsip ragam bahasa yang tidak standar dengan tujuan menciptakan komunikasi yang efektif dan komprehensif.
Kalimat nomor satu diatas tidak komunikatif karena menimbulkan kesalahpahaman dan kebingungan antara penutur dan petutur walapun
menggunakan kosakata baku bahasa Indonesia. Sedangkan kalimat nomor dua jauh
lebih komunikatif dan dapat dimengerti secara baik oleh penutur dan petutur walaupun digunakannya ragam bahasa tidak standar dengan pemakaian istilah
asing.
Contoh: data awal
Dikantor depan Hotel Nirwana Akademi Pariwisata Medan ditemukan data: Resepsionis : “Selamat pagi, pak? Ada yang bisa kami bantu?”
Tamu : “Pagi, pagi,..ada kamar kosong?”
Resepsionis : “Kamar seperti apa pak yang bapak mau?”
Tamu : “Kalian punya kamar apa aja?”
Resepsionis : “Iya, pak. Kami ada kamar standard, kamar deluxe sama
superior” Tamu
: “…”
Rahmat Darmawan : Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk Bidang Pariwisata Di Akademi Pariwisata Medan, 2009
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa terjadi kecenderungan penggunaan
bahasa Indonesia yang tidak benar seperti: “Kamar yang seperti apa pak yang bapak mau?” dan “Kami ada kamar standart, deluxe sama superior”. Ini menunjukkan
bahwa ada prinsip-prinsip tindak tutur pragmatik yang dilanggar. Selain itu ungkapan yang seperti apa pak yang bapak mau dan kami ada…sama… tidak
menunjukkan pemilihan kata yang tidak tepat. Hal ini dapat mengakibatkan tidak terjadinya komunikasi yang efektif: tamu merasa bahwa tidak terjadinya hubungan
yang harmonis karena pilihan kata-kata diatas tidak tepat dalam situasi formal seperti dikantor depan hotel dan akan berujung kepada pemberian image yang tidak baik
terhadap hotel tersebut. Seyogyanya kalimat “Jenis kamar apakah yang bapak inginkan?” dan “Kami
mempunyai tiga jenis kamar yaitu kamar standart, deluxe dan superior” menjadi pilihan bagi petugas resepsionis dalam melayani informasi di kantor depan hotel
karena mengedepankan prinsip-prinsip kesantunan dan pilihan kata yang tepat. Namun ragam bahasa tidak standar juga ditunjukkan dengan pemakaian kata-kata :
“standard”, “deluxe”, dan “superior” dan si tamu dapat memahami kata-kata tersebut dengan baik. Petugas resepsionis tidak menerjemahkan istilah asing tersebut kedalam
bahasa Indonesia dan kata-kata tersebut diucapkan dengan bahasa Indonesia baku maka justru percakapan diatas tidak komunikatif karena tamu merasa bingung dan
terheran-heran.
Rahmat Darmawan : Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk Bidang Pariwisata Di Akademi Pariwisata Medan, 2009
Dari data-data yang sudah melalui tahapan analisis seperti yang sudah diuraikan diatas, peneliti akan mengembangkan suatu model pembelajaran bahasa Indonesia
untuk bidang pariwisata untuk satu semester atau minimal empatbelas kali pertemuan.
3.6 Cara Penyajian Hasil Analisis Data