Bahasa yang digunakan di kantor depan meliputi : bahasa resepsionis, Bahasa yang digunakan di bagian tatagraha housekeeping meliputi

Rahmat Darmawan : Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk Bidang Pariwisata Di Akademi Pariwisata Medan, 2009 Dari daftar hasil analisis kebutuhan pada tabel terdapat suatu kecenderungan bahwa pembelajaran BIPar diperlukan untuk diberikan kepada mahasiswa Akpar Medan sebagai bagian dari proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusis SDM pariwisata yang dapat diandalkan. Selanjutnya penulis menggambarkan terdapatnya beberapa maksud notions dan fungsi functions bahasa yang secara khusus akan bermanfaat untuk dipelajari, yaitu sebagi berikut : 1. Jenis konteks bahasa yang melibatkan peserta didik. Konteks bahasa dimana peserta didik terlibat adalah dikarenakan pembahasan ini berbicara mengenai BIPar dan khsususnya di bagian divisi kamar, maka konteks bahasa yang dapat diaplikasikan dalam bidang pekerjaan adalah sebagai berikut :

a. Bahasa yang digunakan di kantor depan meliputi : bahasa resepsionis,

bahasa, bahasa kasir, bahasa petugas porterbellboy, dan lain-lain.

b. Bahasa yang digunakan di bagian tatagraha housekeeping meliputi

bahasa roomboymaid petugas pramukamar, bahasa petugas maintenance, bahasa petugas room services, dan lain sebagainya. 2. Aktifitas bahasa yang perlu untuk ditampilkan mencakup hal-hal sebagai berikut : a. aktifitas pada saat tamu check-in atau check-out; b. aktifitas menangani keluhan tamu, dan lain sebaginya 3. Peran yang akan melibatkan dan dimainkan oleh peserta didik pada konteks bahasa yang berbeda. Peserta didik akan diberikan kegiatan yang sesuai Rahmat Darmawan : Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk Bidang Pariwisata Di Akademi Pariwisata Medan, 2009 dengan konteks bahasa yang berbeda sesuai dengan bidang pekerjaan di bagian divisi kamar seperti : a. resepsionis; b. kasir; c. concierge; d. housekeeper roomboymaid, room attendant, maintenance clerk, dll e. dan lain sebagainya. 4. Topik yang berhubungan dengan peserta didik meliputi : a. komunikasi efektif; b. psikologi pelayanan; c. dan lain-lain. 5. Permasalahan kebahasaan yang meliputi pengucapan phonology, kata bentukan morfology dan dialek dialect yang menjadikannya sebagai pertimbangan untuk memasukkan komponen linguistik tersebut kedalam modul pembelajaran BIPar. Dari paparan analisis diatas yakni analisis kebutuhan terhadap penyusunan silabus, maka beberapa gabungan jenis silabus dapat diterapkan. Dalam perspektif ini, silabus fungsi dan silabus situasi dianggap sebagai suatu pilihan karena pembelajaran BIPar akan berisikan materi mengenai fungsi bahasa yang digunakan sehari-hari dalam ruang lingkup pekerjaan di bagian divisi kamar rooms division department. Rahmat Darmawan : Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk Bidang Pariwisata Di Akademi Pariwisata Medan, 2009 Selanjutnya penggabungan antara silabus fungsi dan silabus situasi akan menyempurnakan pemakaian bahasa dalam situasi yang sesuai dengan bidang pekerjaannya workplace. 4.4.3.2 Analisis Fungsi Bahasa dan Ragam Bahasa Dari data yang didapatkan penulis yakni dialog percakapan di kantor depan Hotel Nirwana merupakan data-data utama. Data ini berfungsi sebagai bagian dalam menentukan pemilihan isimateri silabus pembelajaran BIPar. Selanjutnya data-data ini akan dianalisis melalui fungsi bahasa dan ragam bahasa agar dapat menentukan dan menemukenali beberapa hal sebagi berikut : a. Fungsi bahasa BIPar Fungsi bahasa BIPar adalah : 1 fungsi pembuka yang meliputi salam dan sapaan, 2 fungsi paparan yakni penyampaian informasi dan fakta, 3 fungsi mengarahkanmengendalikan orang lain dan 4 fungsi penutup yang ditandai dengan ungkapan permohonan maaf dan ucapan selamat bermalam di hotel yang bersangkutan. Penulis menyajikan daftar hasil analisis terhadap fungsi bahasa BIPar sebagai berikut : Tabel 5. Daftar Hasil Analisis Fungsi Bahasa BIPar No Realisasi Bahasa Fungsi Bahasa Rahmat Darmawan : Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk Bidang Pariwisata Di Akademi Pariwisata Medan, 2009 01 02. “Selamat pagi, Ibu? Ada yang bisa saya bantu?” “Tentu saja, Ibu. Kami memiliki lima jenis kamar.” Salam Pembuka dan Penyegar suasana Paparan 03. 04 05. 06. 07 08. 09. 10. “Apakah anda sudah membuat pemesanan sebelumnya?” “Anda beruntung, kamar anda tersedia dan fasilitas yang terdapat…” “Saya akan panggilkan bellboy untuk mengantarkan Bapak ke kamar.” “Bisa mintak tolong Ibu isikan form ini?” “…dengan Ilbha, ada yang bisa saya bantu?” “Terimakasih, Pak Andre. Saya harap Bapak dapat menikmati istirahat di hotel kami dan selamat siang”. “Boleh saya tau nama Bapak”? “Kami terima American Express, Visa, Mandiri Card…” Mengarahkanmengendalikan Paparan Penyegar suasana Mengarahkan orang lain Penyegar suasana Mengarahkan orang lain Salam pembukanpenyegar suasana Salam penutuppenyegar suasana Mengarahkan orang lain. Paparan b. Ragam Bahasa Bipar Ragam bahasa BIPar menekankan kepada ragam bahasa lisan dari pada ragam bahasa tulisan. Dari beberapa dialog yang disajikan pada bagian selanjutnya, penulis melakukan analisa berdasarkan teori dan konsep pada Bab Dua dan melalui tahap pengujian data, maka didapatlah suatu hasil analisis data tentang ragam bahasa BIPar sebagai berikut : Rahmat Darmawan : Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk Bidang Pariwisata Di Akademi Pariwisata Medan, 2009 Tabel 6. Daftar Hasil Analisis Ragam Bahasa BIPar No Realisasi Bahasa Pilihan Kata Media Situasi Ragam Bahasa 01 02. 03. 04. 05. 06. 07. 08. 09. 10. “Selamat pagi, Ibu?” “…menginformasikannya ke HK department…” “Hotel kami ada empat jenis kamar, yakni suite, junior, deluxe dan superior…” “…dan bellboy akan…” “Mau kamar apa, pak?” “…akan saya cek di komputer…” “Selamat siang, Holiday Inn Batam, how may I Help you?” “Ini kunci kamarnya. Dan ini voucher sarapan besok”. “Baik, ibuk. Ntar saya panggilkan bellboy. Makasi.” “…dilengkapi dengan air conditioner, water boiler dan diberikan complemantray mineral water… formal semi formal semi formal semi formal non-formal semi formal formal semi formal non-formal formal lisan lisan lisan lisan lisan lisan lisan tulisan lisan lisan lisan tulisan kantor depan kantor depan kantor depan kantor depan kantor depan kantor depan kantor depanbag. reservasi kantor depan kantor depan kantor depan standar non- standar non- standar non- standar non- standar non- standar non- standar non- standar non- standar non- standar Lanjutan tabel 6 Rahmat Darmawan : Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk Bidang Pariwisata Di Akademi Pariwisata Medan, 2009 Hasil analisis fungsi dan ragam bahasa BIPar menunjukkan pilihan kata yang bersifat formal dan semi formal. Ragam formal yang sangat mendominasi dalam pembicaraan lisan di bagian kantor depan, bagian reservasi dan tatagraha. Namun penulis mengambil data dari percakapan yang terjadi di kantor depan dan bagian reservasi hotel saja sementara dialog di bagian tatagraha akan menjadi bagian dari materi pembelajaran BIPar secara keseluruhan. Selanjutnya ragam bahasa menurut media pengantarnya adalah media lisan yang berarti bahwa komunikasi yang terjadi di kantor depan adalah melalui media pengantar lisan. Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kebakuannya dengan pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai. Dari analisis data di lapangan, realisasi bahasa yang digunakan cenderung kepada ragam bahasa formal dan semi formal. Hal ini ditunjukkan dengan pilihan kata yang digunakan. Dan berdasarkan teori tindak tutur dan siasat kesantunan, maka terlihat disini bahwa petugas penerima tamu atau resepsionis menggunakan kemampuan komunikatifnya walaupun dengan menggunakan kosakata atau peristilahan asing. Dari sisi pengguna bahasa, pilihan kata yang dibuat didominasi oleh pilhan kata asing terhadap istilahkosakata teknis dalam bidang pekerjaannya. Pilihan kata ini apabila dipadankan dalam bahasa Indonesia malahan akan menjadi tidak komunikatif? Dalam konteks pragmatika bahasa sepertinya antara tamu dan resepsionis tidak menemukan kendala berarti. Namunpun demikian, pada beberapa Rahmat Darmawan : Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk Bidang Pariwisata Di Akademi Pariwisata Medan, 2009 dialaog masih terdapat pilihan kata yang tidak santun atau tidak tepat digunakan pada situasi formal. Masih terdapat kecenderungan pemakaian bahasa sehari-hari ataupun ragam bahasa gaul khas anak muda yang mencirikan ketidaksantuanan dalam berkomunikasi. Hal inilah yang merupakan temuan penulis sehingga pada penyusunan silabus pembelajaran BIPar, pragmatika merupakan salah satu hal yang dapat dijadikan materi pembelajaran. Pragmatika akan mengkaji bahasa dari sisi pengguna bahasa, khususnya tentang pilihan-pilihan yang dibuat, kendala-kendala yang ditemukan pada penggunaan bahasa dalam interaksi sosial dan pengaruh penggunaan bahasa itu terhadap peserta lainnya dalam tindak komunikasi. Dari perspektif ragam bahasa yang dapat dianalisis adalah : ragam bahasa tidak standar atau non-standar. Hal ini memunculkan fenomena baru yakni : bahwa pemilihan kata yang bersifat formal tidak seharusnya berarti menerapkan ragam bahasa standar. Masalahnya kemudian adalah apakah jika pilihan kata yang digunakan adalah kosakata baku bahasa Indonesia maka ragam bahasa itu berarti ragam standar? Dalam konteks pembelajaran bahasa – bahasa apapun – khususnya bahasa untuk bidang khusus maka pendekatan yang dapat diaplikasikan adalah pendekatan komunikatif communicative approach. Pendekatan komunikatif tidak secara mutlak menggunakan istilah asing Inggris yang sudah mempunyai padanan kata dalam bahasa Indonesia. Rahmat Darmawan : Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk Bidang Pariwisata Di Akademi Pariwisata Medan, 2009 Pada umumya paradigma di masyarakat dan pencinta bahasa khususnya terhadap pembelajaran bahasa : seluruh pembelajaran bahasa menerapkan ciri kebakuannya dalam proses mengajar dan belajar. Semakin baku pilihan kata yang digunakan, semakin standar ragam bahasa yang digunakan karena berada pada konteks mempelajari bahasa Indonesia. Istilah atau ungkapan asing harus dapat diterjemahkan atau dipadankan dengan bahasa Indonesia dalam kerangka menambah khasanah dan perbendaharaan bahasa Indonesia. Namun harus diingat pula bahwa tidak ada satu otoritas pun yang berhak menguasai bahasa karena bahasa bersifat konvensi. Jadi ragam standar tetap luwes sehingga memungkinkan perubahan di bidang kosakata, peristilahan serta mengizinkan perkembangan berbagai jenis laras yang diperlukan dalam kehidupan modern. Satu hal yang penulis rasakan luput dari perhatian adalah : jika ragam standar digunakan dalam pembelajaran bahasa untuk bidang khusus akan menjadi tidak komunikatif. Mari kita ambil contoh percakapan berikut : 1 R : “Pukul berapakah “morning call”-nya, Ibu?” T : “Sekitar pukul 05.00 pagi. Tolong, ya?” 2 R : “Pukul berapakah “panggilan pagi”-nya, Ibu? T : “Sekitar pukul 05.00 pagi. Tolong, ya?” Dari kedua dialog, manakah yang lebih komunikatif? Menurut penulis, dialog pertama jauh lebih komunikatif walaupun terdapat ungkapan asing “morning call” dari pada dialog kedua yang jika dipadankan secara standar berarti “panggilan pagi”. Jika ungkapan “panggilan pagi” digunakan pada dialog kedua maka akan Rahmat Darmawan : Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk Bidang Pariwisata Di Akademi Pariwisata Medan, 2009 menimbulkan kebingungan dan “kekonyolan” bahasa karena ungkapan “panggilan pagi” tidak pernah dipakai dalam konteks komunikasi di kantor depan hotel. Intinya adalah dialog kedua menjadi tidak komunikatif. Atas dasar analisis inilah penulis memunculkan satu paradigma baru dalam pembelajaran bahasa khususnya pembelajaran BIPar yakni pembelajaran BIPar menerapkan ragam bahasa non-standar disebabkan pilihan kata yang digunakan dalam berkomunikasi adalah istilah teknis yang terkait dengan bidang pariwisata khususnya di kantor depan dan tatagraha suatu hotel. Analisis fungsi bahasa dan ragam bahasa memunculkan suatu paradigma baru bahwa :ragam bahasa tidak standar atau non standar dapat diaplikasikan dalam pembelajaran bahasa Indonesia untuk bidang khusus Indonesian for Specific Purposes – ISP disebabkan : a. lebih komunikatif b. tidak terdapatnya padanan kata dalam bahasa Indonesia c. khusus BIPar, kosakataistilah yang digunakan harus berhubungan erat dengan bidang kerja karena sangat komunikatif. Jadi, ragam bahasa BIPar yang komunikatif ternyata masuk kedalam kelompok ragam bahasa non-standar. 4.4.3.3 Silabus Pembelajaran BIPar : Suatu Model Pembelajaran Dari uraian analisis fungsi dan ragam bahasa Bipar serta analisis pembelajaran Bipar diatas diketahui hasil temuan penelitian sebagai berikut : Rahmat Darmawan : Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk Bidang Pariwisata Di Akademi Pariwisata Medan, 2009 a. Bahwa dalam proses pembelajarannya fungsi bahasa Indonesia untuk bidang pariwisata menekankan kepada : 1 fungsi pembuka; 2 fungsi paparan; 3 fungsi mengendalikan dan 4 fungsi penutup. Fungsi-fungsi inilah yang merupakan materi pokok sebagai bahan dalam penyusunan silabus yang dapat diuraikan menjadi beberapa sub pokok bahasan sebagai berikut : 1. Jenis dan Aktifitas Hotel; 2. Urai Tugas Pegawai Hotel; 3. Jenis Kamar; 4. Perabotan dan Perlengkapan Kamar; 5. Keluhan Tamu; 6. Harga Kamar; 7. Reservasi; 8. Komunikasi Melalui Telepon; 9. Pelayanan Hotel Secara Umum; 10. Informasi Petunjuk Arah dan Pusat Informasi Hotel; 11. Prosedur Check-in; 12. Prosedur Check-Out. b. Bahwa ragam bahasa yang digunakan dalam melaksanakan fungsi-fungsi BIPar tersebut berorientasi pada ragam bahasa tidak standar non- standard. Hal ini ditunjukkan dengan penggunaan istilah-istilah asing baik yang berasal dari bahasa Inggris, bahasa Perancis dan lain sebagainya. Rahmat Darmawan : Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk Bidang Pariwisata Di Akademi Pariwisata Medan, 2009 Istilah asing ini lazim digunakan pada proses komunikasi di hotel. Masalahnya adalah bahwa ketidaktepatan penggunaan istilah asing inilah yang perlu dipelajari dan diketahui untuk menemukenali penggunaan yang benar dan tepat sesuai dengan bidang pekerjaan yakni di bagian kantor depan dan tatagraha hotel. Penterjemahan istilah asing kedalam bahasa Indonesia justru menjadikan percakapan antara pegawai hotel dan pelanggan menjadi tidak komunikatif. Jadi, pendekatan komunikatif dalam pembelajaran BIPar adalah dengan menerapkan ragam bahasa tidak standar semata-mata bertujuan agar maksud percakapan dimengerti oleh semua lapisan masyarakat. c. Berdasarkan hasil analsis pada bagian-bagian sebelumnya maka dibuatlah suatu model pembelajaran BIPar. Sebagai proses pembelajaran, maka model pembelajaran BIPar disusun dengan menerapkan penggabungan silabus fungsi dan silabus situasi dimana para pembelajar disajikan topik bahasan berdasarkan fungsi bahasa dan situasi dimana fungsi-fungsi tersebut digunakan pada saat berkomunikasi dengan pelanggan ataupun teman sejawat. Silabus pembelajaran BIPar mengandung beberapa komponen sebagai berikut : 1. Garis-Garis Besar Program Pembelajaran GBPP yang berisikan : deskripsi singkat mata kuliah, kompetensi prasyarat, standar kompetensi, kompetensi dasar, materi dan uraian pokok bahasan, alokasi waktu, metode mengajar dan sumber belajar. Rahmat Darmawan : Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk Bidang Pariwisata Di Akademi Pariwisata Medan, 2009 2. Kontrak Kuliah yang merupakan komitmen antara dosen dan mahasiswa meliputi : manfaat mata kuliah, deskripsi perkuliahan, tujuan intruksional, strategi perkuliahan, materibahan bacaan, tugas-tugas, kriteria penilaian, dan jadwal perkuliahan. 3. Satuan Acara Pembelajaran SAPRPP adalah bagaimana kegiatan perkuliahan disusun secara cermat dan tepat berdasarkan GBPP. Dalam SAP terkandung beberapa unsur yakni : tahapan kegiatan, kegiatan dosen, kegiatan mahasiswa dan media yang digunakan serta waktu pelaksanaan tiap kegiatan. 4. Modul BelajarBahan Ajar adalah suatu rancangan panduan bagi dosen dan mahasiswa dalam melaksanakan proses pembelajaran BIPar. Modul Belajar disusun berdasarkan fungsi dan ragam bahasa yang sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Dalam modul belajar yang disusun penulis mencakup duabelas unit dan tiap unitnya dibagi kedalam dua pembahasan yakni : tahap memulai dan tahap pengembangan serta tindak lanjut. Selain itu pula pada setiap unitnya diberikan daftar kosakata yang lazim digunakan sesuai dengan topik yang dipelajari. Pada lampiran tesis ini dapat dilihat secara lebih rinci bahwa penulis menggambarkan secara jelas model pembelajaran BIPar yang meliputi : a. GBPP; b Kontrak Kuliah; c SAPRPP dan d Modul BelajarBahan Ajar. Rahmat Darmawan : Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk Bidang Pariwisata Di Akademi Pariwisata Medan, 2009

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dari hasil paparan analisis pada Bab IV tentang pembelajaran Bahasa Indonesia untuk bidang Pariwisata BIPar, maka dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut :