Analisis Kebutuhan Needs Analysis

Rahmat Darmawan : Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk Bidang Pariwisata Di Akademi Pariwisata Medan, 2009 2. Memberi gambaran fungsi dan ragam bahasa komunikatif dalam BIPar 3. Menemukan konsep model pembelajaran BIPar.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi suatu model pembelajaran bahasa Indonesia untuk bidang Pariwisata BIPar khususnya di bagian Divisi Kamar suatu hotel. Pada jangkauan yang lebih luas hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan untuk menentukan model-model pembelajaran bahasa Indonesia untuk bidang-bidang khusus lainnya seperti bidang ekonomi, sejarah, hukum, kedokteran dan lain sebagainya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Analisis Kebutuhan Needs Analysis

Langkah pertama sebelum menyusun silabus pembelajaran bahasa untuk bidang khusus adalah dengan melakukan kajian kebutuhan needs analysis. Namun pertanyaan yang muncul adalah apakah sebenarnya analisis kebutuhan ini? Analisis kebutuhan ini mendasarkan konsepnya kepada pembelajaran bahasa Inggris untuk Rahmat Darmawan : Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk Bidang Pariwisata Di Akademi Pariwisata Medan, 2009 bidang khusus ESP yang sudah sangat berkembang di Inggris dan Amerika Serikat. Melaksanakan analisis kebutuhan mutlak dilakukan demi tercapainya kesesuaian antara silabus pembelajaran bahasa untuk bidang khusus dengan keinginan peserta didik dimana bahasa ini digunakan di tempat kerja workplace sehingga menghasilkan silabi yang link and match. Casper, Amie http:linguistic.byu.eduTESOLBYU_NeedsAnalysis.htm, 2003 menyebutkan : “a needs analysis includes all the activities used to collect information about your students’ learning needs, wants, desires, etc”. Sebuah analisa kebutuhan itu meliputi seluruh kegiatan yang dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang kebutuhan belajar peserta didik, keinginannya, dan lain-lain. Pada prosesnya terkadang juga melibatkan harapan dan keinginan pihak ketiga ataupun pihak lain seperti pengajar, manajemen sekolah administrator, penyandang dana atau pihak lain yang mungkin merasakan dampak program pembelajaran ini. Masih menurut Casper yaitu bahwa : “A needs analysis can be very formal, extensive and time consuming, or it can be informal, narrowly focused. Some of resources for conducting a needs analysis may include surveys and questionaires, test scores, and interviews”. Hal ini menunjukkan bahwa sebuah analisis kebutuhan dapat saja bersifat sangat formal, ekstensif dan memakan waktu yang cukup lama atau dapat juga bersifat tidak formal dan mempunyai cakupan yang relatif singkat. Untuk melaksanakan sebuah analisis kebutuhan maka sumber yang digunakan meliputi survey dan daftar pertanyaan, hasil tes dan wawancara. Rahmat Darmawan : Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk Bidang Pariwisata Di Akademi Pariwisata Medan, 2009 Setelah dilaksanakannya analsis kebutuhan dan mendapatkan hasilnya maka hasil ini dapat digunakan untuk menentukan sasaran dari program pembelajaran. Sasaran- sasaran ini kemudian dapat dinyatakan dalam bentuk Tujuan Intruksional Khusus TIK atau specific teching objectives yang pada gilirannya menajdikannya dasar untuk membuat Satuan Acara Pembelajaran SAP atau lesson plans, bahan ajar, ujian, tugas-tugas dan aktifitas. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Carter, yaitu: “The information gleaned from a needs analysis can be used to help you define program goals. These goals can be stated as specific teching objectives, which in turn will function as the foundation on which to develop lessons plans, materials, tests, assingments and activities”. Pada dasarnya sebuah analisis kebutuhan akan membantu kita menjelaskan tujuan program pembelajaran bahasa. Selanjutnya menurut Yalden 1987 : 28 dikatakan bahwa :” …the whole concept of needs analyisis has been considerably extended and enriched, after a good deal of experimentation, criticism and re-evaluation. It now includes the identification of the communication requirements, personal needs, motivations, relevant characteristics and resources for the learners. It also includes investigating those of his ‘partners of learning Trim, 1981: teachers, employers, administrators, family and friends and collagues, and even those of materials writers and textbook publishers”. Terlihat disini Yalden 1987 menegaskan kembali bahwa analisis kebutuhan mencakup pengidentifikasian syarat komunikasi, kebutuhan individu, motivasi serta ciri-ciri dan sumber yang sesuai bagi peserta didik. Analisa kebutuhan juga mencakup pengajar, Rahmat Darmawan : Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk Bidang Pariwisata Di Akademi Pariwisata Medan, 2009 staf, petugas adminstrasi, keluarga, teman dan kolega dan bahkan penulis bahan ajar dan penerbit buku teks. Ketika kita memutuskan untuk melakukan analisis kebutuhan, kita perlu berpikir tentang dua pertanyaan: 1 .Apa yang kita inginperlu diketahui tentang peserta didik? 2. Bagaimanakah kita menemukenalinya? Menurut Case, Alex http:www.onestopenglish.com, 2009 mengatakan :” A good way of starting to design a needs analysis for a student is to brainstrom all the questions you could possibly want to ask them, and them edit them down. We can brainstrom and organise the questions they shouldcan be asked by several schemes : a. By questions words b. By skills and language c. By time d. By place” Suatu cara yang baik untuk menyusun suatu analisis kebutuhan bagi peserta didik adalah dengan mengumpulkan seluruh pertanyaan yang memungkinkan ditanyakan kepada mereka dan kemudian memilah dan memilih pertanyaan-pertanyaan tersebut kedalam beberapa bagian, yaitu dengan menggunakan kata tanya, dengan keterampilan dan bahasa, dengan waktu dan dengan tempat.

2.2 Fungsi Bahasa BIPar