Rahmat Darmawan : Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk Bidang Pariwisata Di Akademi Pariwisata Medan, 2009
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Bahasa merupakan salah satu aspek yang mendukung keberhasilan upaya kepariwisataan. Bahasa bukan hanya berfungsi sebagai alat komunikasi tetapi juga
Rahmat Darmawan : Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk Bidang Pariwisata Di Akademi Pariwisata Medan, 2009
sebagai sarana memperkenalkan kebudayaan, masyarakat dan kekayaan alam milik
bangsa dan negara Indonesia.
Jalur kepariwisataan manca-negara perlu dimanfaatkan untuk pengenalan, rasa ikut mencintai dan keperluan untuk memahami dan menggunakan bahasa Indonesia.
Sedangkan melalui kepariwisataan domestik dapat pula dimanfaatkan untuk memahami dan menyadari kekayaan bahasa-bahasa daerah di Indonesia untuk
membina dan meningkatkan rasa cinta dan ikut memiliki bahasa-bahasa daerah yang merupakan kekayaan yang perlu sama-sama dibangkitkan.
Dalam menerima dan memberikan pelayanan terhadap wisatawan asing memang diperlukan kemahiran dan kemampuan berbahasa asing untuk mempermudah dan
memperlancar komunikasi. Namun perlu diingat sesungguhnya cukup banyak wisatawan asing yang datang berkunjung yang ingin pula mempergunakan
kesempatan untuk memperlancar kemampuan berbahasa Indonesia. Dalam menerima dan melayani wisatawan domestik bahasa Indonesia perlu ditingkatkan peranan dan
kedudukannya sebagai bahasa persatuan dan pergaulan resmi. Penggunaan bahasa daerah perlu diberikan batasan dalam hal-hal yang terkait langsung dengan budaya,
adat-istiadat, maupun tradisi yang memang amat diperlukan atau belum terdapat padanannya dalam bahasa Indonesia.
Fungsi sosial bahasa Indonesia perlu terus dibinakembangkan dalam kedudukan dan perannya sebagai:
a. Sarana komunikasi nasional; b. Sarana pengembangan kebudayaan nasional;
Rahmat Darmawan : Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk Bidang Pariwisata Di Akademi Pariwisata Medan, 2009
c. Sarana pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; d. Sarana untuk mewariskan tata nilai hakiki dan nasional kepada
penerus dan pewaris cita-cita dan nilai-nilai hakiki dari kebudayan serta cita-cita kemerdekaan Indonesia.
Upaya kepariwisataan yang pada dasarnya bersasaran utama nilai dan kebermanfaatan industri dan ekonomi perlu pula agar jangan menjadi hambatan
terhadap pemanfaatan fungsi dan kedudukan bahasa di Indonesia. Untuk itu penggunaan dan pemanfaatan bahasa perlu mempedomani fungsi dan kedudukan
bahasa yang telah digariskan dalam GBHN dan secara operasionalnya diatur dalam Kebijaksanaan Bahasa.
Sebagai suatu lembaga pendidikan tinggi dibidang kepariwisataan, Akademi Pariwisata Medan Akpar Medan menekankan kepada peningkatan mutu Sumber
Daya Manusia dibidang kepariwisataan dan perhotelan secara teknis operasional maupun managerial. Seperti yang diuraikan diatas yakni bahwa bahasa juga
memegang peranan penting dalam bidang kepariwisataan maka selain pembelajaran materi yang bersifat teknis operasional, upaya-upaya yang dilakukan untuk
mempelajari sekaligus menguasai penggunaan bahasa-bahasa asing dan bahasa Indonesia terus dilakukan. Disamping bahasa Inggris yang merupakan bahasa asing
yang wajib dipelajari terdapat juga beberapa bahasa pilihan diantaranya bahasa Indonesia, bahasa Perancis, bahasa Jepang dan bahasa Mandarin.
Pembelajaran bahasa Inggris di Akpar Medan menerapkan konsep English for Specific Purposes ESP, yakni suatu konsep pembelajaran yang menekankan kepada
Rahmat Darmawan : Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk Bidang Pariwisata Di Akademi Pariwisata Medan, 2009
English for Hoteliere dan English for Travel and Tourism bahasa Inggris untuk bidang perhotelan, usaha perjalanan dan kepariwisataan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa bahasa Inggris mutlak harus dikuasai dan digunakan sehari-hari dalam melayani wisatawan manca-negara. Namun menurut
asumsi penulis bahwa bahasa Indonesia juga merupakan faktor yang sangat penting dalam meningkatkan pelayanan kepada para wisatawan baik manca-negara maupun
domestik. Yang perlu digarisbawahi adalah sejauhmana para peserta didik mahasiswa
menguasai bahasa Indonesia di bidang pariwisata BIPar sebagai sarana berkomunikasi efektif baik secara lisan maupun tulisan. Bahwa kemampuan
berbahasa Indonesia yang selama ini dipelajari belum menentukan apakah seseorang mampu menggunakannya pada bidang khusus seperti bidang pariwisata dan usaha
perjalanan pariwisata lainnya. Untuk itu maka diperlukan suatu model pembelajaran bahasa Indonesia untuk
bidang pariwisata dengan mengadopsi konsep pembelajaran English for Specific Purposes ESP dan melakukan analisa terhadap teori dan konsep yang dapat
diterapkan dalam pembelajaran BIPar. Menurut pengamatan penulis dilapangan serta menlihat kembali diktat mata
kuliah Bahasa Indonesia yang diberikan kepada peserta didik bertumpu pada penggunaan kaidah-kaidah bahasa dengan seluruh parameter-parameternya sehingga
pada akhirnya berujung pada kekurangmampuan incompetent peserta didik dalam menggunakan bahasa Indonesia secara lisan maupun tulisan khususnya pada bidang
Rahmat Darmawan : Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk Bidang Pariwisata Di Akademi Pariwisata Medan, 2009
pekerjaan masing-masing. Tesis ini akan menganalisis permasalahan dan selanjutnya menemukenali suatu model pembelajaran bahasa Indonesia untuk bidang khusus
pariwisata. Bagaimanakah model pembelajaran BIPar yang tertuang dalam bentuk silabus
dengan melakukan beberapa analisa yang mencakup fungsi bahasa, ragam bahasa dan pada akhirnya menciptakan komunikasi efektif yang merupakan pembahasan utama
dalam tulisan ini. Berbicara mengenai ragam bahasa – satu hal yang sangat berperan dalam
pembahasa tulisan ini – maka terdapat ragam bahasa tulisan dan lisan. Ragam bahasa tulisan cenderung kepada ragam bahasa standar baku, sebaliknya ragam bahasa lisan
dipengaruhi oleh situasi dan kondisi di lapangan. Apakah kita menggunakan bahasa baku dalam melakukan percakapan dengan orang lain khususnya pada situasi formal?
Apakah ketika kita berbicara dengan bahasa baku menjadikan bahasa kita pergunakan bersifat komunikatif?
Sebagai contoh misalnya ketika seseorang diminta untuk mengambilkan pengeras
suara dengan mengatakan : “Ambilkan pelantang itu” atau dengan kalimat : “Ambilkan mic itu” . Menurut asumsi penulis kalimat yang lebih komunikatif adalah
kalimat : ambilkan mic itu dari pada ambilkan pelantang itu. Kata ‘pelantang’ adalah
kosakata baku bahasa Indonesia namun tidak semua orang memahami makna kata tersebut sehingga membingungkan dan akhirnya menjadi tidak komunikatif. Orang
lebih mengerti ketika disebut kata mic yang berarti pengeras suara dari pada kata pelantang. Apakah ini bahasa standar?
Rahmat Darmawan : Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk Bidang Pariwisata Di Akademi Pariwisata Medan, 2009
Pertanyaan diatas mengisyaratkan suatu paradigma baru bahwa dalam menciptakan suatu komunikasi efektif berarti tidak harus menggunakan ragam
bahasa standar atau baku. Penyusunan silabus yang komunikatif communicative syllabus design dalam
pembelajaran BIPar dengan sendirinya memberikan suatu gambaran yang menyeluruh tentang isi dan cara bahasa disampaikan secara lisan tetapi masih
menggunakan kataistilah yang dimengerti oleh semua kalangan khususnya di bagian perhotelan.
1.2 Rumusan Masalah Penelitian