Rahmat Darmawan : Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk Bidang Pariwisata Di Akademi Pariwisata Medan, 2009
Pada dasarnya menurut Breen 1984, silabus dapat dilihat sebagai suatu rencana apa yang akan dicapai melalui pengajaran kita dan pembelajaran siswa kita
sedangkan menurut Prabhu 1984 fungsinya adalah menspesifikasikan apa yang akan diajarkan dan bagaimana susunannya.
Sebuah silabus adalah sebuah ungkapan pendapat atau gagasan terhadap bahasa dan pembelajarannya. Silabus berfungsi sebagai petunjuk bagi pengajar dan peserta
didik dengan beberapa sasaran yang diberikan untuk dapat diperoleh. Hutchinson dan Waters 1987:80 menjelaskan silabus yakni bahwa sebuah silabus secara sederhana
adalah suatu pernyataan atas apa yang harus dipelajari. Silabus merefleksikan performance bahasa dan linguistik.
Yalden, 1987:87 mengatakan bahwa sebuah silabus dapat dilihat sebagai ringkasan isi dimana para peserta didik akan diekspose. Ini merupakan suatu
gambaran terhadap apa yang akan diajarkan dan tidak dapat secara tepat memprediksi apa yang akan dipelajari.
2.6.2 Penyusunan Silabus
Setelah dimengerti apa yang dimaksud dengan istilah kurikulum dan silabus bahasa, langkah berikutnya adalah mengetahui bahan acuan mengenai istilah
ungkapan penyusunan silabus syllabus design. Menurut Webb 1976, penyusunan silabus dipahami sebagai susunan isi yang
sudah dipilih kedalam suatu urutan yang tertata dan praktis demi tujuan pengajaran. Webb memberikan kriteria bagi penyusunan silabus sebagai berikut :
Rahmat Darmawan : Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk Bidang Pariwisata Di Akademi Pariwisata Medan, 2009
a. perkembangan dari hal-hal yang sudah diketahui sampai yang belum
diketahui; b.
ukuran unit pengajaran yang sesuai; c.
sebuah variasi kegiatan yang sesuai; d.
dapat diajarkan; e.
menciptakan suasana belajar yang kondusif bagi siswa.
Garcia 1976 mengembangkan hal ini dan memberikan kriteria yang lebih komprehensif yang dapat dipertimbangkan pada saat menyusun suatu silabus.
Menurutnya adalah bahwa khususnya yang berhubungan dengan kekuatan sosial, prasangka, kebiasaan dan motif dari peserta didik, hubungan sifat-sifat peserta didik
terhadap apa yang dianggap bersifat universal dalam proses belajar, pandangan kontemporer terhadap alamiah bahasan dan bagaimana bahasa diajarkan bagi penutur
asing dan untuk tujuan realistik harus mengarahkan kepada keputusan kurikuler. Menyusun suatu silabus adalah suatu proses yang rumit. Menurut Halim 1976
:37, penyusun silabus harus betul-betul mempertimbangkan semua variabel-variabel yang relevan. Amran telah menggolongkan semua variabel kedalam dua kategori
yaitu : 1.
variabel linguistik yang meliputi hubungan linguistik, antara bahasa yang diajarkan dan bahasa atau bahasa yang digunakan siswa dalam kegiatan
sehari-hari dan;
Rahmat Darmawan : Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk Bidang Pariwisata Di Akademi Pariwisata Medan, 2009
2. variabel non-linguistik yang berurutan dari kebijakan sosial, kultural,
teknologi dan variabel administratif. Sementara itu Munby 1984 mengatakan bahwa penyusunan silabus dilihat
sebagai hal-hal dalam menspesifikasikan isi yang perlu diajarkan dan kemudian disusun kedalam suatu silabus pengajaran unit pembelajaran yang sesuai.
Selanjutnya Maley 1984 memberikan suatu simpulan bahwa penyusunan silabus memberikan arahan seluruh proses dalam menyusun suatu program bahasa. Dia
mengatakan bahwa analisis kebutuhan yang menjadi bahan untuk diajarkan harus dihubungkan kepada suatu metodologi sesuai dengan silabus, suatu susunan teknik
yang sesuai dengan metodologi, dan tahapan evaluasi yang sesuai secara keseluruhan. Dari penjelasan diatas dapat ditarik simpulan bahwa penyusunan silabus
melibatkan urutan logis tiga tahap utama : 1 analisis kebutuhan, 2 spesifikasi isi, 3 susunan silabus.
2.6.3 Jenis-Jenis Silabus