Kesenian Studi Deskriptif dan Analitis Identitas Musikal Nias yang Terkandung Dalam “Zinunö BNKP”

39 tidak sedikit juga orang Nias yang menganut agama ini karena perkawinan yang terjadi diatara kedua etnis ini.

2.6 Kesenian

Aktifitas kesenian dan kebudayaan mengandung peranan penting sebagai cerminan kehidupan masyarakat Nias. Kesenian hadir sebagai jati diri masyarakat yang tercipta dan terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Beberapa kesenian Nias yang masih dapat dikenali meliputi; seni musik, seni tari, seni lukis, seni kerajinan tangan dan seni pahat. Salah satu kesenian yang paling terkenal dan unik di Nias adalah Hombo Batu fahombo lompat batu. Hombo Batu merupakan sebuah aktitas tantangan melompati sebuah batu yang tersusun dengan ketinggian sekitar 2,5 m yang diperuntukkan kepada pemuda yang beranjak dewasa sebagai simbol bahwa kedewasaan sudah ada dalam dirinya. Tradisi fahombo diwariskan turun-termurun di setiap keluarga dari ayah kepada anak lelakinya. Akan tetapi, tidak semua pemuda Nias sanggup melakukannya meskipun sudah berlatih sedari kecil. Masyarakat Nias percaya bahwa selain latihan, ada unsur magis dari roh leluhur dimana seseorang dapat berhasil melompati batu dengan sempurna. Lompat batu di Pulau Nias awalnya merupakan tradisi yang lahir dari kebiasaan berperang antardesa suku-suku di Pulau Nias. Masyarakat Nias memiliki karakter keras dan kuat diwarisi dari budaya pejuang perang. Dahulu suku-suku di pulau ini sering berperang karena terprovokasi oleh rasa dendam, perbatasan tanah, atau masalah perbudakan. Masing-masing desa kemudian membentengi wilayahnya dengan batu atau bambu setinggi 2,5 meter. Oleh karena Universitas Sumatera Utara 40 itu, tradisi lompat batu pun lahir dan dilakukan sebagai sebuah persiapan sebelumberperang.Saat itu, desa-desa di Pulau Nias yang dipimpin para bangsawan dari strata balugu akan menentukan pantas tidaknya seorang pria Nias menjadi prajurit untuk berperang. Selain memiliki fisik yang kuat, menguasai bela diri dan ilmu-ilmu hitam, mereka juga harus dapat melompati sebuah batu bersusun setinggi 2,5 meter tanpa menyentuh permukaannya sedikitpun sebagai tes akhir.Kini tradisi lompat batu bukan lagi untuk persiapan perang antarsuku atau antardesa tetapi sebagai ritual dan simbol budaya Nias. Pemuda Nias yang berhasil melakukan tradisi ini akan dianggap dewasa dan matang secara fisik 28 . Tarian tradisional Nias masih banyak yang dapat dipertahankan meskipun beberapa diantaranya sudah merupakan kombinasi dari tari kreasi, meskipun demikian tarian tradisional Nias masih tetap eksis sampai sekarang, beberapa diantaranya adalah: 1. F aluaya 29 tari perang, terdapat diseluruh daerah Nias. Di bagian utara namanya Baluse . Tarian tersebut ditarikan minimal 12 orang pria, dan bila lebih maka akan lebih baik. Pada umumnya lebih 100 orang, gerakannya sangat kuat. Maluaya ini di Pulau-pulau Batu berbeda dengan daerah Nias lainnya, di Pulau-pulau Batu para wanita juga turut menari. Para wanita menari dengan langkah kecil yang lemah gemulai. Tarian Maluaya ditarikan pada upacara pernikahan untuk masyarakatkelas atas, penguburan, dan pesta untuk menyambut pendatang baru 30 . 28 Lih. Gambar 2.2 30 Lih. Gambar 2.3 Universitas Sumatera Utara 41 2. F oere adalah tarian yang menampilkan lebih dari 12 penari wanita, diiringi dengan seorang penyanyi. Tarian ini merupakan bentuk dari penyembahan untuk berakhirnya kematian dan bencana. 3. F anarimoyo tarian elang adalah sebuah tarian yang ditarikan di Nias Selatan dan Utara oleh 20 penari wanita. Kadang-kadang di dalam lingkaran ditarikan oleh penari pria. Di bagian utara tarian ini dinamakan Moyo. Tarian ini dimulai dengan gerakan seperti elang terbang dan ditampilkan untuk acara hiburan. Tarian ini menggambarkan seorang gadis yang harus menikahi pria yang tidak dicintainya. Dia berdoa supaya menjadi seekor elang yang dapat terbang. 4. Maena adalah sebuah tarian khas dari Nias Utara yang ditarikan oleh wanita dan pria, biasanya ditarikan pada upacara pernikahan. 5. F ogaile adalah sebuah tarian khas Nias Selatan yang ditarikan oleh wanita untuk mengekspresikan rasa hormat dan untuk menyambut tamu khusus dan memberikan mereka sirih tradisional. Di bagian Utara dinamakan Mogaele dan dapat ditarikan oleh wanita dan pria. 6. Tari Tuwu adalah tarian yang menampilkan seorang penari wanitapria diatas sebuah meja batu, dengan tujuan untuk menghormati para pemimpin. 7. F adabu adalah sebuah upacara untuk mempertunjukkan kekebalan seseorang. Sebuah pertunjukkan yang menikam dirinya sendiri dengan benda tajam. Di dalam bahasa Indonesia namanya dabus dan banyak dijumpai di Indonesia seperti di Nanggroe Aceh Darussalam, Jakarta, Banten, kawasan-kawasan budaya Melayu, dan lain-lainnya. Universitas Sumatera Utara 42 8. F atabo adalah sebuah peristiwa unik di Pulau-pulau Batu. F atabo walaupun berunsur tari, namun bukan sebuah tarian, hanya sebuah carauntuk menangkap ikan diair yang dangkal. Dua baris orang yangmasing-masing di bawah pimpinan, berjalan meninggalkan air tersebutdan membawa sebuah kotak. Pemimpin tersebut meminta agar dibuatsuara keras dan memukul air tersebut dengan tongkat, kemudian merekaberjalan di atas tanah, menyembunyikan kotak tersebut, dan menyimpanikan tersebut di antara mereka dan pantai. Di pantai lain barisan pria bergerak melemparkan jaringan untuk menangkap ikan. Keseluruhanperistiwa ini adalah sebuah nilai seni yang mempunyai irama musik dankeributan. F atabo sangat populer di Pulau Sigata, Desa Wawa, danTanah Masa. Sekarang sangat jarang dijumpai di Nias. 9. Tari Ya’ahowu merupakan sebuah tari kreasi baru yang biasanya di pertunjukan pada acara penyambutan tamu adat, pesta-pesta adat seperti pernikahan, penyambutan tamu pemerintahan atau daerah. Tarian ini merupakan tari kreasi baru dan sudah disahkan menjadi salah satu tarian kesenian Nias. Dan tarian ini selalu di pertunjukan setiap kali ada penyambutan tamu di pulau Nias. Adapun alat-alat musik Nias yang masih dipertahankan sampai sekarang adalah: a Göndra alat musik membranofon yang dipukul dengan alat pemukul dari rotan. Alat pemukul ini disebut famo göndra. Alat musik ini selalu digunakan dalam pesta pernikahan dan juga dipakai sebagai alat musik mengiringi tarian atau lagu. b Aramba gong, alat musik jenis gong berpencu, hampir sama dengan gong yang ada di Jawa. c faritia merupakan idiophone yang hampir sama dengan dengangong Universitas Sumatera Utara 43 hanya saja ukurannya lebih kecil. Untuk alat musik tradisional yang lain akan dijelaskan lebih detail pada bab V. Nias memiliki rumah adat yang sangat menarik 31 . Rumah tradisional yang tertua dan terluas yang dinamakan Omo Sebua , yang merupakan rumah asli dan suku yang suka perang terdapat di desa Bawomatulou atau“ Sunhill ”. Omo sebua adalah jenis rumah adat atau rumah tradisional dari Pulau Nias. Omo sebua adalah rumah yang khusus dibangun untuk kepala adat desa dengan tiang-tiang besar dari kayu besi dan atap yang tinggi. Omo sebua didesain secara khusus untuk melindungi penghuninya dari serangan pada saat terjadinya perang suku pada zaman dahulu. Akses masuk ke rumah hanyalah tangga kecil yang dilengkapi pintu jebakan. Bentuk atap rumah yang sangat curam dapat mencapai tinggi 16 meter. Selain digunakan untuk berlindung dari serangan musuh, omo sebua pun diketahui tahan terhadap goncangan gempa bumi. Rumah ini tingginya mencapai 22 m dan beberapa tiangnya lebih tebal dari 1 m. Rumah ini masih dimiliki dan ditempati oleh keluarga kerajaan. Arsitektur dari bangunan ini sangat unik dan mempunyai ukuran dinding yang menarik untuk menghormati upacara pesta yang terkenal dan hiasan perabotnya, seperti meja dan kursi beratnya masing-masing mencapai 18 ton dan juga seni lukis dan pahat yang menghiasi rumah ini.

2.7 Kebudayaan Masa Pada Masa Sekarang