Instrumen Musik Nias Kebudayaan Musikal Nias

87 Untuk mengetahui identitas musikal Nias yang terkandung dalam Zinunö, terlebih dahulu penulis akan menggambarkan tradisi musik ono niha termasuk instrumen dan musik vokal sebagai pedoman untuk melihat pengaruh musik lokal terhadapZinunö BNKP.

5.1.1 Instrumen Musik Nias

Ono niha memiliki kekayaan musikal yang sangat erat dengan kehidupan sehari-hari. Penyajian musik bisa menjadi isyarat bahwa sebuah kegiatan sedang berlangsung. Penggunaan musik dikalangan ono niha selalu dilakukan secara komunal. Sangat jarang sekali ono niha menggunakan musik untuk kepentingan individual . Maena, bölihae, hendri- hendr dan hoho merupakan salah satu kegiatan musikal yang selalu dilakukan secara bersama- sama. Menurut Jeff Titod, kebudayaan musikal masyarakat terdiri dari 4 elemen dan salah satunya adalah ideas about music. Ideas about musik berhubungan dengan ide gagasan masyarakat, termasuk kepercayaan masyarakat terhadap musik itu sendiri. Musik memiliki nilai tertentu dalam masyarakat Nias. Fo’ere digunakan sebagai alat musik pukul untuk mengiringi upacara yang berkaitan dengan religi lama seperti upacara menolak bala, pengobatan orang sakit, kematian, atau pesan yang hendak disampaikan kepada leluhur yang telah meninggal. Fo’ere hanya digunakan oleh para ere dukun, sehingga fo’ere memiliki tempatyang sangat sakral bagi masyarakat Nias alat musik fo’ere sering disamakan dengan alat musik fondrahi . Alat musik ini dapat dimainkan secara solo tanpa alat yang lainnya atau dapat juga dimainkan bersamaan dengan gong atau alat musik yang lainnya ansamble . Suara yang ditabuh Universitas Sumatera Utara 88 ere pada fo’ere tersebut merupakan suara yang dipercaya dapat memberikan kekuatan, menunjukkan jalan atau mengarahkan kekuatan supranatural ere kepada tujuan tertentu. Musik juga menunjukkan status masyarakat dalam masyarakat. Jika seseorang ingin menjadi Balugu Raja dalam sebuah wilayah beliau harus melaksanakan pesta dan memainkan ansambel musik aramba selama berhari- hari mangowasa . Musik dalam hal ini menjadi alat pengesahan status sosial dan bunyinya diperdengarkan kepada seluruh masyarakat baik dalam kampung tersebut maupun di kampung untuk untuk menegaskan bahwa pesta atau owasa sedang berlangsung Wiradyana, 2010. Pada tahun 1930, Jaap Kunst seorang Etnomusikolog melakukan penelitian tentang musik di Nias. Beberapa penelitian lainnya dilakukakan oleh Yampolsky, Heins, Patton tidak dapat menyaingi kekayaan data yang didapatkan oleh Jaap Kunst yang begitu otentik, dan keinginannya yang kuat membawa dia ke desa-desa dan mengumpulkan begitu banyak detail materi. Beberapa instrumen Nias yang diklasifikasikan berdasarkan penggetar utama adalah sebagai berikut: I. Idiophone 1. Doli- doli Merupakan alat musik yang terbuat dari kayu la’ore dan panjangnya berkisar 12-16 inchi. Alat musik ini diletakkan pada kedua kaki dengan nada 1 2 3 dan terkadang 5, bahkan terkadang tidak sesuai dengan nada yang seharusnya tergantung pada keahlian pembuatnya. Alat musik ini digunakan oleh petani ketika berada diladang, anak- anak ketika menjaga ternak. Universitas Sumatera Utara 89 Gambar 5. 1 Doli-doli Kunst, Music in Nias , PL.IV, 7 2. Tabolia Terbuat dari seruat bambu kurit dan ditengahnya dilobangi. Alat musik ini dimainkan dengan cara dipukul dan biasanya digunakan sebagai tanda ketika hendak memasuki, rumah atau isyarat pertemuan di pusat desa. Salah satu alasan alat ini masih dapat ditemukan diluar dari ansambel musik karena alat ini masih terdapat dirumah penduduk karena fungsinya sebagai pemberi tanda. Alat musik ini hampir mirip dengan kentongan Jawa. Universitas Sumatera Utara 90 Gambar 5.2 Tabolia Manhart, Sumber Wikipedia 3. Ndruri dana Terbuat dari bambu berbentuk tabung kemudian dibelah menyerupai garpu tala. Dibagian masing-masing belahan bambu dilobangi sehingga mampu menciptakan nada yang berbeda. Ndruridana bisa dimainkan oleh 4 orang sekaligus untuk menciptakan harmonisasi rhytem dan nada. Gambar 5. 3 Nduri dana Manhart, A Song F or Lowalangi hal. 235 Universitas Sumatera Utara 91 4. Nduri mbewe Merupakan alat musik yang tidak pernah dimainkan lagi bahkan peninggalannya hanya disimpan di museum. Bentuknya hampir sama dengan genggong. Terbuat dari bambu dengan senar dibagian tengah. Cara memainkan adalah dengan menarik senar dan memasukkan bagian lainnya kedalam mulut sehinggan ruang resonansi mulut memberikan variasi suara yang berbeda- beda. Gambar 5. 4 Nduri mbewe Manhart, A Song F or Lowalangi hal 235 5. Aramba Adalah sebuah gong yang memiliki pencu dibagian tengahnya. Alat musik ini biasanya dimainkan pada pesta ada perkawinan. Universitas Sumatera Utara 92 Gambar 5. 5 Aramba Manhart, A Song F or Lowalangi hal 236 6. Faritia Adalah gongberpencu dengan ukuran lebih kecil daripada aramba dan diangkat oleh salah satu tangan sedangkan tangan yang lainnya memukul. Faritia memiliki diameter berkisar 20-30 cm. Gambar 5. 6 Faritia sumber Wikipedia Universitas Sumatera Utara 93 II. Membranophone 1. Fondrahi Merupakan alat musik berbentuk jam pasir. Membran terbuat dari kulit kambing, dengan rotan yang mengikat sisi dan badannya terbuat dari batang kelapa. Fondrahi sering digunakan oleh ere untuk melakukan upacara ritual. Terkadang ritmis yang dimainkan tidak sesuai dengan teks yang dinyanyikan. Gambar 5. 7 Fondrahi Manhart, A Song F or Lowalangi hal 235 2. Göndra Memiliki 2 membran pada sisinya. Selaput terbuat dari kulit kambing atau rusa dengan diamter 0,5- 1 m. Alat ini digantung diatas pilar rumah dan dimainkan secara interlocking oleh 2 orang. Alat ini digunakan dalam pesta pernikahan dan juga sebagai iringan tari-tarian. Universitas Sumatera Utara 94 Gambar 5. 8 Göndra Manhart, A Song F or Lowalangi hal. 236 3. Tamburu Merupakan versi kecil dari göndra dan memiliki diameter berkisar 25-30 cm. Alat ini hanya dimainkan oleh satu orang untuk mengiringi lagu dan dapat juga diiringi dengan faritia. Gambar 5. 9 Tamburu Sumber Wikipedia Universitas Sumatera Utara 95 III. Chordophone I. Chuchu hao Terbuat dari seruas bambu kurik yang kedua bukunya tidak dilepas. Ditengahnya diberi lobang dengan diameter 3 cm, kemudian kulitnya dicungkir 0,5 cm dan senar dibuat dari sayatan tipis bambu. Gambar 5.10 Chucuhao Manhart, A Song F or Lowalangi hal. 235 II. Lagia Merupakan salah satu alat musik melodis di Nias. Alat ini dibuat dari sepotong batang aren ukuran 40-50 cm dengan sebuah senar terbuat dari akar salak wa’a guluwi yang diikat pada sepotong kayu pada bagian bawah. Alat ini hampir sama dengan instrumen rebab. Selama memainkan alat ini pemain harus terus Universitas Sumatera Utara 96 meludahi senar untuk membuat nada. Alat ini dicurigai pertama kali hadir didaerah Gomo lama, namun tidak ada keterangan pasti dari informan mengenai hal ini. Gambar 5. 11 Lagia Manhart, A Song F or Lowalangi hal 235 IV. Aerophones 1. Zigu Merupakan salah satu noseblown flute . Alat ini dibuat dari bambu. Instrumen ini tidak memiliki peran penting dalam upacara adat. Alat ini biasanya digunakan oleh petani ketika berladang atau hanya untuk permainan anak- anak. Karena penggunaannya hanya sementara alat ini sekali pakai langsung dibung. Oleh karenanya organologi alat ini lebih bervariasi; ukuran, bentuk dan jumlah nada Universitas Sumatera Utara 97 lobang tidak ada ada ketentuan pasti tergantung pada bahan yang ditemukan di sekitar. Pada masa sekarang alat ini tidak pernah dimainkan lagi Gambar 5. 12 Sigu Kunst, Music in Nias, PL.VIII, 22

5.1.2 Musik Vokal Nias