Latar Belakang Terjadinya Revisi Pada Buku Zinunö BNKP

81

4.4 Latar Belakang Terjadinya Revisi Pada Buku Zinunö BNKP

Selama 1980 BNKP mengalami tantangan terutama dalam hal liturgi. Salah satunya adalah bahasa. Sampai pada masa ini, liturgi yang digunakan hanya terdapat dalam bahasa Nias. Banyak generasi muda tidak terlalu fasih lagi menggunakan bahasa Nias dan memilih untuk mengikuti ibadah berbahasa Indonesia. Yang kedua adalah masalah dialek. Nias selatan dan Pulau Batu meminta izin untuk menggunakan dialek mereka. Alasan yang ketiga datang dari kelompok karismatik. Kelompok kharismatik dan BNKP melakukan rapat dan kharismatik meminta agar liturgi yang pendek dan kaku diubah menjadi lebih bersemangat dan menyenangkan. Sejak saat itu, BNKP mendorong pengembangan liturgi dan himne yang sudah ada. Bagi mereka, salah satu aspek yang penting dalam liturgi adalah memuji Tuhan melalui musik. Melihat perkembangan dari buku Zinunö, BNKP menganggap bahwa lirik yang terjemahkan oleh missionaris Eropa sudah sangat canggung dan tidak dapat dipahami lagi oleh jemaat. Kesadaran untuk mengembangkan himne semakin kuat pada tahun 1980. Hummel 2007 menjabarkan alasannya: 1. Keterbatasan variasi himne dari Nias 2. Sistem notasi musik tidak lagi dimengerti oleh generasi muda. Adanya tuntutan untuk mengubah notasi balok ke notasi angka 3. Pengaruh dari kelompok kharismatik yang menyebar diseluruh Indonesia dan mengkritik kekakuan dari himne yang sudah ada. Universitas Sumatera Utara 82 Diawal dekade 20-an, menurut Yas Harefa BNKP perlu melakukan revisi karena 47 : 1. Para revisor tidak ahli dibidangnya. Tim revisi yang dipilih kebanyakan direkrut dari jabatan pendeta atau guru jemaat. Sehingga terdapat kejanggalan-kejanggalan dalam lirik lagu dan tidak grammatical. 2. Pengalihan dari not balok ke not angka sering tidak sesuai dengan yang sebenarnya. 3. Tim revisi minus ahli bahasa dan ahli musik. 4. Faktor keterburu- buruan dalam menyusun Zinunö demi menyelesaikan anggaran, sehingga hasil revisi kurang optimal, hanya mengejar waktu dan bukan kualitas. 5. Kualitas SDM. Seharusnya dalam menyusun sebuah buku nyanyian harus mendatangkan ahli musik, ahli bahasa, ahli sosial, ahli psikologi, ahli bahasa dan ahli teologi.

4.5 Latar belakang Tema Fanusugi Dödö dalam Buku Zinunö