Pokok Permasalahan Masyarakat Nias di Medan

5 Berdasarkan uraian diatas tentunya ada alasan-alasan tertentu mengapa revisi terjadi dan apa yang menjadi kontribusi kebudayaan setempat sehingga buku Zinunö dapat menjadi sebuah cerminan identitas musikal kebudayaan Nias. Oleh karena itu saya tertantang untuk mengetahui lebih dari sekedar yang sudah tertulis di dalam kata pengantar tersebut mengenai latar belakang perkembangan buku ini. Dua hal yang ingin saya lihat di dalam penelitian ini pertama apakah hubungan masing- masing revisi dan bagaimana buku ini menjadi sebuah catatan perkembangan kebudayaan Nias tidak saja dari religius, pendidikan, ekonomi dan teknologi tetapi dari aspek musikalnya. Berdasarkan hal dan pertanyaan-pertanyaan yang telah dikemukakan diatas, penulis tertarik untuk membahas nyanyian jemaat BNKP dan dituliskan dalam karya ilmiah dengan judul: “STUDI DESKRIPTIF DAN ANALITIS IDENTITAS MUSIKAL NIAS YANG TERKANDUNG DALAM “ZINUNÖ BNKP”

1.2 Pokok Permasalahan

Adapun pokok permasalahan pada skripsi ini adalah Berdasarkan uraian di atas, adapun pokok permasalahan dalam skripsi ini adalah apa yang menjadi latarbelakangperkembangan Buku Zinunö BNKPakn yang menjadi alasan terjadinya revisi dan bagaimana hubungan setiap revisi dalam hal ini apa yang menjadi gambaran masing- masing revisiserta apa yang menjadi kontribusi dari kebudayaan loZinunöcal sehingga buku ini dapat menjadi sebuah identitas musical kebudayaan Nias. Universitas Sumatera Utara 6 Hasil analisa dari ketujuh buku zinuno dan informasi yang didapat dari beberapa narasumber salah satunya adalah anggota Tim Revisi Buku Zinuno, Pdt. Tuhoni Telaumbanua selaku Ephorus serta Ibu Dorkas selaku sekretaris organisasi gereja BNKP, diharapkan mampu menunjukkan bahwa buku ini bukan hanya sekedar buku panduan jemaat dalam bernyanyi namun juga menjadi kumpulan catatan yang mengandung nilai sejarah masyarakat Nias baik dari segi sosial, religius, pendidikan, ekonomi, teknologi dan kekayaan musikal. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan 1.Untuk mengetahui latar belakang sejarah perkembangan Buku Zinunö BNKP. 2. Untuk mengetahui alasan mengapa Buku Zinunö BNKP mengalami revisi. 3. Untuk megetahui hubungan masing- masing revisi dan gambaran dari masing- masing revisi. 4. Untuk mengetahui bentuk kontribusi dari kebudayaan Nias dalam penyusunan buku ini.

1.3.2 Manfaat

1.Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi para pembaca, terutama yang berada dalam disiplin Etnomusikologi. Universitas Sumatera Utara 7 2. Untuk menambah referensi tentang perkembangan nyanyian gerejawi khususnya Buku Zinunö yang dalam konteks kebudayaan masyarakat Nias. 3. Sebagai referensi penelitian berikutnya dalam aspek Nyanyian Gereja di Nias. 1.4 Konsep dan Teori 1.4.1 Konsep Ada beberapa konsep dasar yang perlu dijelaskan dalam penulisan skripsi ini. Konsep merupakan suatu definisi secara singkat dari sekelompok fakta atau gejala Mely Tan dalam Koentjaraningrat, 1991: 21. Konsep dimaksudkan untuk memberi definisi dan pembatasan pemahaman. Deskripsi analitis terdiri dari 2 kata yaitu deskripsi yang artinya menguraikan apa adanya, sedangkan analitis adalah menjelaskan secara lebih dalam dan detail dengan focus pertanyaan kenapa, dan bagaimana. Berarti deskriptif- analitis adalah penyelidikan dan penguraian terhadap masalah untuk mengetahui keadaan yang sebenar-benarnya serta proses pemecahan masalah. Adapun objek penelitian yang akan diuraikan adalah identitas musikal Nias yang terdapat dalam Zinunö BNKP. Identitas yang dimaksud adalah suatu esensi yang dapat dimaknai melalui tanda selera, kepercayaan, sikap, dan gaya hidup. Identitas dianggap bersifat personalsekaligus sosial dan menandai bahwa “ kita sama atau berbeda” dengan yang Universitas Sumatera Utara 8 lain. Kumbara, 2008: 316. Berdasarkan pengertian diatas dapat dipahami bahwa identitas dapat menumbuhkan rasa saling memiliki dan kebersamaan diantara komunitas sekalipun berada ditempat yang jauh dari tempat asalnya. Identitas musikal adalah sebuah gaya atau ciri khas musik yang terdapat dalam sebuah komunitas dan membuatnya berbeda dengan yang lain. Identitas musikal Nias merupakan sebuah gaya atau ciri khas musik yang ada pada etnis Nias. Identitas musikal Nias dapat dididentifikasi dari musik lokal baik dalam bentuk instrumental ataupun dalam bentuk vocal.Dalam hal ini yang menjadi kajian identifikasi adalah Zinunö BNKP. Zinunö BNKP adalah lagu atau kidung yang sering digunakan dalam ibadah- ibadah gereja BNKP baik di Nias maupun di luar Nias. Lagu- lagu tersebut kebanyakan berasal dari himne Jerman yang diterjemahkan kedalam bahasa Nias, hal ini dapat dilihat dari catatan kaki setiap lagu yang ada dalam buku Zinunö BNKP. BNKP Banua Niha Keriso Protestan, jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia memiliki arti Himpunan atau kelompok masyarakat Kristen Protestan adalah sebuah istitusi gereja yang beraliran Lutheran 6 dimana dominan jemaatnya adalah orang Nias, kendatipun terdapat jemaat diluar masyarakat Nias. 6 Yaitu sebuah alirangereja yang berasaskan ajaran Martin Luther, tokoh Reformasi gereja pada abad ke-16 yang mengkritik ajaran tentang jaminan keselamatan melalui penjualan surat-surat pengampunan dosa indulgensia dan menyatakan bahwa keselamatan hanya didapatkan dengan iman dan anugerah. Universitas Sumatera Utara 9

1.4.2 Teori

Dalam pembahasan ini teori dapat digunakan sebagai landasan dan kerangka berpikir dalam membahas setiap permasalahan. Menurut Anya P. Roiceidentitas adalah gabungan dari keseluruhan rasa yang terkait dengan nilai- nilai, simbol serta kesejarahan yang memberikan penekanan karakter suatu masyarakat Roice dalam Purba 2014:265. Lebih detail Tagor Nainggolan menambahkan dalam bukunya Batak toba di Jakarta : Kontinuitas Perubahan Identitas bahwa: “ Ada 2 pengertian yang mendasar tentang identitas. Pertama, identitas mengacu pada persamaan atau kesamaan yang dimiliki oleh sekelompok orang sehingga membuat sekelompok orang bersatu. Kedua, identitas mengacu pada keunikan suatu kelompok etnis sehingga membedakan mereka dengan etnis lain tagor Nainggolan dalam jurnal Mauli Purba 2014:265”a. Dalam hal ini, bahasa Nias merupakan salah satu substansi identitas dalam system komunikasi. Bahasa Nias bukan hanya dipakai dalam keseharian masyarakat namun juga pada acara tertentu misalnya pesta adat dan juga dalam ibadah gereja- gereja kesukuan seperti gereja BNKP, gereja AMIN Angowuloa Masehi Indonesia Nias. Selain itu, nyanyian Nias yang dibarengi dengan sebuah tari komunal juga termasuk identitas yang menjadi ciri khas atau karakter orang Nias.Beberapa lagu tersebut terangkum dalam tarian maena dan nyanyian hoho. Universitas Sumatera Utara 10 Mauli Purba dalam artikelnya, Empat Komponen Kebudayaan Musikal Yang P erlu Dipahami Dalam Rangka P engembangan Musik paduan Suara Etnis menjelaskan bahwa setiap tradisi musikal suatu masyarakat pastilah memiliki systemmusiknya sendiri. System music tersebut adalah sebuah kekayaan yang unik dan merupakan ciri khas masyarakat penyandang tradisi tersebut yang terinternalisasi dalam diri setiap anggota masyarakat tersebutb1Oleh karena itu Jeff Todd Titon,menegaskan bahwa kebudayaan masyarakat itu terdiri dari 4 komponen yang saling terkait yaitu : Ideas About Music, Sosial Organization of Music, Repertoire of Music, dan Material Culture of Music.Teori dari Jeff Titon juga membantu penulis untuk memahami identitas masyarakat Nias terhadap musiknya. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana kepercayaan mereka tentang musik, apa yang indah menurut orang Nias, dalam konteks apa saja musik digunakan, termasuk didalamnya style, teks, dan bagaimana cara mengajarkannya.

1.5 Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian penulis mengacu pada pendapat Nettl 1964:62 yang mengatakan ada dua hal yang esensial untuk melakukan aktivitas penelitian dalam disiplin etnomusikologi, yaitu kerja lapangan field work dan kerja laboratorium desk work . Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah metode deskriptif- analitis. Deskriptif berarti menguraikan apa adanya mengenai perkembangan buku Universitas Sumatera Utara 11 Zinunö sedangkan analitis adalah mencari penjelasan lebih dalam mengenai topik tersebut dengan fokus pertanyaan mengapa, kapan, dimana, siapa, dan bagaimana. Dalam melakukan penelitian terhadap bahan tulisan ini, penulis melakukan beberapa tahapan kerja yang terdiri dari studi kepustakaan, pengumpulan data dilapangan, dan bimbingan secara formal ataupun nonformal dengan dosen pembimbing dan kerja laboratorium meliputi pembahasan dan penganalisisan data yang telah diperoleh selama penelitian.

1.5.1 Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan dilakukan dilakukan sebagai landasan dalam hal penelitian, yakni dengan mengumpulkan literatur atau sumber bacaan untuk mendapatkan pengetahuan dasar tentang objek penelitian. Sumber-sumber bacaan ini dapat berupa buku, ensiklopedi, jurnal, buletin, artikel, laporan penelitian sebelumnya, dan lain- lain. Dengan melakukan studi kepustakaan ini penulis akan dapat melakukan cara yang efektif dalam melakukan penelitian lapangan dan penyusunan skripsi ini. Dalam hal ini penulis mengadakan penelusuran kepustakaan untuk memperoleh pengetahuan awal mengenai apa yang akan diteliti. Sebagai landasan penulis dalam melakukan penelitian, sebelum melakukan kerja lapangan penulis terlebih dahulu melakukan studi kepustakaan, baik dari artikel, skripsi, maupun buku-buku yang berkaitan dengan objek penelitian. Studiini bertujuan untuk memperoleh konsep-konsep serta teori-teori yang relevan untuk Universitas Sumatera Utara 12 membahas permasalahan dalam tulisan ini sekaligus untuk menghindari kesamaan topik pembahasan. Beberapa tulisan yang berhubungan dengan penelitian ini adalah: Skripsi Brian Lasso Harefa yang berjudul“ Analisis fungsional dan Musikal Ansambel Mamozi Aramba Dalam Kebudayaan Nias di Gunungsitoli. Skripsi ini membahas tentang ansambel musik yaitu mamozi aramba yang ada dalam kebudayaan Nias dalam konteks fungsional dan musikal. Kemudian, artikel yang ditulis oleh P dt. Dr. Tuhoni Telaumbanua berjudul “ Kearifan Lokal Dalam Konteks Nias”. Artikel ini membahas kearifan lokal dalam adat- istiadat selingkaran hidup, kearifan lokal dalam sistem kemasyarakatan, kearifan lokal dalam sistem kepercayaan asli, kearifan lokal dalam seni, kearifan lokal dalam menghadapi bencana kearifan lokal dalam sistem mata pencaharian, dan kearifan lokal dalam kepemimpinan. Selanjutnya buku yang di tulis oleh Lucas Partan Koestoro Ketut Wiradyana berjudul “ Tradisi Megalitik di Pulau Nias” yang membahas tentang warisan kebudayaan Nias dengan objek megalitik yang juga berhubungan dengan sistem kepercayaan orang Nias pada masa lalu. Thesis Ramli SN Harahap berjudul “ A History of Christianity”. Tulisan ini membahas asal mula kekristenan dan proses masuknya kekeristenan di Indonesia. Artikel yang di postkan ke blog resmi milik BNKP yang berjudul “ Sejarah Singkat Datangnya Berita Injil di Nias”. Artikel ini memuat keterangan tentang keadaan di Nias sebelum datangnya berita injil serta proses singkat terjadinya pertobatan massal di pulau Nias. Universitas Sumatera Utara 13 Sejauh ini, penulis belum pernah menemukan kepustakaan yang yang membahas mengenai buku Zinunö secara spesifik. Namun demikian tulisan- tulisan diatas sangat kaya dengan informasi yang dapat saya gunakan sebagai identifikasi kebudayaan Nias, namun buku- buku diatas tidak ada hubungannya sama sekali dengan buku Zinunö

1.5.2 Kerja Lapangan

Penelitian lapangan ini dilakukan dengan metode pengumpulan data dengan cara wawancara dan perekaman. Sebelum wawancara, penulis menyusun daftar pertanyaan untuk mengarahkan kepada pokok permasalahan yang ingin penulis ketahui. Namun demikian penulis tetap akan mengembangkan pertanyaan kepada hal- hal yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti. Penelitian kualitatif menurut Hadari dan Mimi Martini 1994:176, yaitu rangkaian kegiatan atau proses menjaring datainforman yang bersifat sewajarnya mengenai suatu masalah dalam kondisi aspekbidang kehidupan tertentu pada objeknya. Selain itu juga penulis mengacu pada pendapat Merriam bahwa dalam Etnomusikologi, dikenal istilah teknik lapangan dan metode lapangan. Teknik mengandung arti pengumpulan data-data secara rinci di lapangan. Metode lapangan sebaliknya mempunyai cakupan yang lebih luas, yaitu meliputi dasar-dasar teoritis yang menjadi acuan bagi teknik penelitin lapangan. Teknik menunjukkan pemecahan masalah pengumpulan data hari demi hari, sedangkan metode mencakup teknik- teknik dan juga berbagai pemecahan masalah sebagai bingkai kerja dalam penelitian lapangan Merriam, 1964:39-40. Universitas Sumatera Utara 14 Penulis akan melakukan kerja lapangan dengan mendatangi gereja dan juga menghadiri ibadah di jemaat BNKP yang pada dasarnya selalu menggunakan buku Zinunö. Ibadah ini termasuk ibadah raya Minggu, ibadah tengah minggu, dan latihan musik yang diselenggarakan oleh gereja. 1.5.3 Wawancara Dalam rangka penelitian ini, penulis melakukan wawancara langsung kepada objek yang di teliti, baik penarinya, penyanyinya serta pemusiknya yang berguna untuk mengumpulkan data-data yang akurat untuk penelitian ini. Menurut Moleong wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan tersebut dilakukan oleh dua pihak-pihak yaitu pewawancara interviewer dan yang diwawancari interview . Patton dalam Moleong, 1988:135, mengungkapkan beberapa jenis wawancara, yaitu: 1 wawancara pembicaraan informal, 2 pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara, dan 3 wawancara baku terbuka. Wawancara yang dimaksud disini adalah suatu cara yang digunakan seseorang untuk tujuan tugas tertentu, mencoba mendapatkan keterangan secara lisan dari seorang responden dan bercakap-cakap serta bertatap muka dengan seseorang Koentjaraningrat,1990:129. Wawancara yang penulis lakukan yaitu: wawancara berfokus focused interview dan wawancara bebas free interview . Wawancara berfokus, pertanyaan yang dilakukan berpusat pada aspek permasalahannya saja sedangkan wawancara bebas pertanyaan yang diajukan tidak berpusat pada suatu pokok permasalahan yang lainnya. Universitas Sumatera Utara 15 Pada tahap ini penulis akan mencari informasi dengan mengadakan wawancara dengan tokoh-tokoh yang ikut mengambil andil dalam pembuatan buku ini. Salah satunya adalah Bapak Yas. Harefa dan Pdt. Arr. Gea yang ikut dalam Tim Revisi dan banyak mengetahui tentang buku ini. Tokoh lain adalah Pdt. Tuhoni Telaumbanua selaku Ephorus BNKP yang juga diperkirakan memiliki buku-buku dari cetakan awal hingga akhir, beliau juga mengetahui sejarah perkembangan buku ini. Dalam hal kebijakan gereja, Ibu Dorkas selaku sekjen BNKP juga dapat memberi informasi mengenai aturan-aturan dan kebijakan yang ada dalam organisasi gereja BNKP.

1.5.4 Perekaman Data Visual dan Audio

Perekaman data baik itu visual dan audio merupakan salah satu bagian terpenting juga yang digunakan penulis untuk mengumpulkan data selain menggunakan teknik wawancara. Perekaman data visual dan audio dilakukan secara langsung pada saat ibadah sedang dilakukan. Perekaman dan pemotretan data ini di lakukan dengan menggunakan Camera DSLR Canon dan Handphone Samsung Galaxy Grandprime . Media digunakan untuk merekam Zinunö yang dinyanyikan oleh jemaat dalam ibadah. Hasil rekaman ini menjadi data yang selanjutnya akan dianalisis.

1.5.5 Kerja Laboratorium

Dari semua data yang diperoleh dari perekaman melalui penelitian langsung akan diolah dalam kerja laboratorium dengan pendekatan etnomusikologi. Dalam Universitas Sumatera Utara 16 mengolah data, penulis melakukan proses menyeleksi data dengan membuang data yang tidak perlu dan menambahkan data yang kurang. Dalam tulisan ini, penulis melakukan pendekatan deskriptif guna pengolahan dan penganalisisan data. Transkripsi yang ada didalam tulisan ini menggunakan notasi angka. Sebagian materi sudah terlebih dahulu ditranskripsikan didalam Buku Zinunö. Penulis akan menggunakan notasi barat untuk menjelaskan bagian- bagian tertentu.

1.5.6 Lokasi Penelitian Tempat penelitian yang dipilih penulis adalah gereja BNKP Teladan Medan di

Jl. Asrama II no. 3 Teladan, Medan. Penulis memilih lokasi tersebut karena gereja ini merupakan salah satu gereja Nias yang paling dikenal di Kota Medan, dan hampir seluruh jemaatnya adalah masyarakat Nias yang memang berasal dari Nias dan merantau ke Medan. Hal ini memungkinkan penulis untuk mengetahui lebih banyak mengenai identitas musical Nias dalam buku Zinuno berhubung karena kebudayaan masyarakat Nias masih dapat terlihat jelas, dan juga para informan kunci lebih banyak terdapat digereja ini dibanding dengan gereja BNKP yang lain. Universitas Sumatera Utara 17 BAB II LATAR BELAKANG KEBUDAYAAN NIAS Pada bab II akan dijelaskan secara singkat gambaran mengenai suku yang menjadi bahan penelitian penulis. Penjelasan meliputi sejarah suku Nias, kontak eksternal, masyarakat Nias di Medan, bahasa, dan sistem kekerabatan. Lebih jauh akan dijelaskan sistem kepercayaan masyarakat setempat untuk mengetahui agama leluhur dan masuknya agama-agama yang lain mengingat tulisan ini membahas Zinunö yang digunakan oleh jemaat BNKP. Aspek-aspek lain yang penting dibahas adalah kesenian lokal yang menjadi kebudayaan masyarakat setempat. Berikut adalah uraian tersebut secara umum.

2.1 Sejarah Suku Nias

Suku Nias adalah kelompok dominan masyarakat yang mendiami Pulau Nias, termasuk wilayah-wilayah Kota Gunungsitoli, Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Nias Barat, dan Kabupaten Nias Utara, Sumatera Utara. Dalam bahasa aslinya, orang Nias menamakan diri mereka Ono Niha . „Ono‟ artinya„anak‟ atau „keturunan‟ dan„niha‟ artinya „manusia‟ dan Pulau Nias disebut sebagai Tanö Niha . „Tanö‟ adalah„tanah‟ dan „niha‟ adalah „manusia‟Zebua, 2008:1. Latar belakang sejarah orang Nias dapat dilihat dari dua perspektif: Non ilmiah kepercayaan lokal yang bersifat lisan dan ilmiah data-data sejarahteoritis. Dari perspektif non ilmiah, masyarakat Nias memiliki mitologi tersendiri mengenai Universitas Sumatera Utara 18 asal- usul mereka. Hal ini dapat diketahui dari cerita legenda, dan syair yang disebut hoho . Hoho yang yang berkembang di Nias menyebutkan bahwa penguasa alam semesta adalah Lowalangi , atau sering disebut Langi Sagoro . Langi memiliki 2 orang istri yang pertama adalah Sirici yang kemudian melahirkan Bela, sedangkan istri kedua bernama Sinaria yang kemudian melahirkan Nadaoya . Suatu hari Langi Sagoro memerintahkan putrinya Bela untuk turun kebumi menggunakan liana laraga yaitu sejenis tumbuhan yang biasa merambat dipohon. Onombela dikenal memiliki kulit yang sangat putih dan cantik parasnya. Karena kecantikan yang dimilikinya membuat onombela khawatir akan keselamatannya dan memilih untuk bersembunyi di hutan dan digoa. Onombela memiliki kekuasaan atas hutan dan segala jenis binatang yang ada. Onombela inilah yang kemudian menjadi leluhur ono niha . Hammerle 2008:104-126. Namun demikian, legenda ini adalah sejarah lokal yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Disisi lain, ada berbagai spekulasi teoritis mengenai asal- usul orang Nias Dari perspektif ilmiah, banyak studi yang telah dilakukan untuk mengetahui asal- usul Suku Nias, antara lain studi- studi yang dilakukan Sony Wibisono 7 , Herawati Sudoyo 8 , Prof. Harry Truman Simanjuntak 9 , dan Mannis van Oven 10 . Beberapa diantaranya berpendapat bahwa Pulau Nias sudah dihuni manusia sejak 12.000 tahun silam; mereka bermigrasi dari daratan Asia ke Pulau Nias pada masa 7 Penelitian Arkeologi Nasional 8 Deputi Direktur Lembaga Eijkman 9 Puslitbang Arkeologi Nasional dan LIPI Jakarta 10 Department of Forensic Molecular Biology, Erasmus MC-University Medical Center Rotterdam Universitas Sumatera Utara 19 paleolitik 11 . Prof. Simajuntak lebih jauh menegaskan akan adanya indikasi bahwa Pulau Nias sudah dihuni sejak 30.000 tahun lampau. Pada masa itu hanya budaya Hoabinh 12 Vietnam yang sama dengan budaya yang ada di Pulau Nias, sehingga diduga kalau asal usul suku Nias berasal dari daratan Asia di sebuah daerah yang kini menjadi negara yang disebut Vietnam 13 F. Zebua 2008:4. Penelitian genetika terbaru menemukan bahwa masyarakat Nias, Sumatera Utara, berasal dari rumpun bangsa Austronesia. Nenek moyang orang Nias diperkirakan datang dari Taiwan melalui jalur Filipina 4.000-5.000 tahun lalu. Mannis van Oven, mahasiswa doktoral dari Department of Forensic Molecular Biology, Erasmus MC-University Medical Center Rotterdam beserta dengan tim meneliti 440 contoh darah warga di 11 desa di Pulau Nias dan memaparkan bahwa dari semua populasi yang telah diteliti, kromosom- Y dan mitokondria- DNA orang Nias sangat mirip dengan masyarakat Taiwan dan Filipina 14 . Oven 2000: 300 -349. Zebua didalam bukunya, Kota Gunungsitoli: Sejarah Lahirnya dan P erkembangannya , mengungkapkan bahwa asal usul leluhur pertama Ono niha turun dari negeri asalnya Teteh ö li Anaa kira-kira dari Indocina-Vietnam sekarang antara 2000-1000 BC. Mereka berjumlah 5 orang yang disebut Silima Börödanömö Lima Induk Puak datang berurutan dalam selang waktu yang relatif singkat. Ketika para leluhur pertama itu tiba di Tanö Niha , tidak seorang pun manusia yang 11 Paleolitik palaeolithic adalah sebuah terminologi didalam antropologi yang menegaskan sesuatu yang berhubungan dng penamaan tingkat tradisi kebudayaan atas dasar teknik pembuatan alat batu dari masa berburu dan mengumpulkan makanan Kamus Antropologi, 2006:127 12 Nama salah satu kota di Vietnam 13 Harian Kompas Selasa, 16 April 2013 14 Ove va Ma is. . U e pe ted Isla d Effe ts at a E tre e:redu ed Y- Chro oso e a d ito ho drial DNA diservisit i Nias dala jur al Moleculer Biology and Evolution Vol. hal. -349. Universitas Sumatera Utara 20 mendahului mereka sehingga mereka dan keturunan mereka menjadi etnis pertama dan penduduk asli di TanöNiha dan kepulauan sekitarnya. Keturunan dari masing- masing leluhur Silima Börödanömö memakai identitas. Mula-mula mereka memakai istilah ono anak atau iraono jamak dari anak, misalnya ono Delau,ono Dohulu , iraono Lase , iraono Huna dan sebagainya. Tetapi kemudian pada zaman pemerintahan Belanda sewaktu dikeluarkan zirat Pas yaitu sejenis Kartu Penduduk mulai dipergunakan istilah mado dari madou artinya cicit-piut, bani. Istilah mado bukan hanya diambil dari nama leluhur pertama itu tetapi juga dari nama leluhur berikutnya yang lebih terkenal jaya menurut mereka menurut gelar karena pesta adat owasa 15 . Sebutan “Nias” yang dikenal sekarang ini sebenarnya bukanlah merupakan bahasa asli ono niha orang Nias. Dalam bahasa Nias, orang Nias menyebut diri mereka sebagai ono niha anakmanusia dan tempat mereka berada sebagai Tanö niha tanah manusia. Istilah Niaskemungkinan merupakan istilah yang ditimbulkan semasa penguasa bangsa barat, yangkarena faktor bahasa menyebutkan istilah niha dengan nihas Nias. Perubahan nama inijuga terjadi dalam menyebutkan nama-nama berbagai tempat di Nias, seperti KotaGunungsitoli yang dalam bahasa dahulu kala disebut luaha. Nama Gunungsitoli kemungkinan berasal dari kata onozitoli yang merupakan nama suatu daerah di dekat Gunungsitoli sekarang ini. 15 Owasa merupakan sebuah istilah yang menggambarkan pesta adat besar-besaran yang dilakukan selama berhari- hari bahkan berminggu-minggu dengan menggunakan musik yang tak putus-putusnya dan mengorbankan beratus-ratus babi. Owasa dilakukan untuk merayakan sebuah kebahagiaan atau menobatkan seorang balugupetinggi adat. Universitas Sumatera Utara 21 Terlepas dari spekulasi-spekulasi yang sudah disampaikan baik secara ilmiah maupun secara lisan, orang Nias sudah tinggal di pulau Nias sejak zaman dahulu. Mereka berkembang tidak saja dalam hal agama dan kepercayaan tetapi juga dalam hal pendidikan, ekonomi, teknologi, maupun politik. Sementara terkait asal- usul leluhur orang Nias masih belum diketahui secara jelas dan pasti. Kendatipun demikian dari manapun Ono Niha berasal, mereka telah membangun sistem kehidupannya baik organisasi sosial, sistem kepercayaan, kearifan lokal, maupun bidang kesenian. 2.1.1 Kontak Dengan Ekternal 2.1.1.1 Kontak Dengan Orang Aceh Pada tahun 1058 H atau 1639 AD, dari Preumbeue- Melaboh Aceh Barat, seorang Aceh bernama Lebai Pulit alias Tengku Polem membawa perahu seorang diri terdampar di kuala sungai Laraga dekat Kampung Luahalaraga Pusat Kerajaan Laraga. Karena dia dianggap emali dawa Ace orang Aceh penculik dan perampok, penduduk menangkapnya dan dianiaya kemudian dihadapkan kepada Raja Laraga, Tuhenori Balugu Samono Tuhabadano Zebua. Setelah melalui proses, ia ditawan dan dikurung selama beberapa waktu.Kemudian baginda Harimao Harefa dengan puteranya dari Onozitoli datang dan Luahalaraga menanyakan perihal Tengku Polem. Setelah di mengerti maka mereka meminta kepada Raja Laraga untuk menebusnya. Raja Laraga mengizinkannya, sehingga ia dibawa ke Onozitoli dan menjadi pekerja dalam keluarga Harimao Harefa. Universitas Sumatera Utara 22 Beberapa tahun kemudian, karena telah bekerja baik dan jujur, maka Tengku Polem dikawinkan dengan Kabowo, anak perempuan Harimao Harefa dengan sistim Ono Yomo = menantu yang diangkat anak sementara. Dan perkawinan itu, mereka mendapat anak laki-laki: Simaoga Simeugung dan perempuan Siti Siti Zohora. Setelah baginda Harimao Harefa meninggal dunia, Tengku Polem bersama dengan ipar-mertuanya Ko owa Kehemanu Harefa dengan saudara Fagowa dan Kehomo pindah dari Onozitoli. Mula-mula mereka bermukim di Osalafakhe-Turewodo, lalu di Tetehosi Miga, terus di Dahana„uwe desa Lasara sekarang. Untuk sementara Tengku Polem sekeluarga tinggal bersama ipar-mertuanya Ko owa Kahemanu. Kemudian kepadanya diberikan tempat pemukimannya di Siwulu desa Mudik sekarang. Setelah bermukim di Siwulu, Tengku Polem menyuruh anaknya Simeugang belajar Agama Islam di Meulaboh sampai belasan tahun di sana 16 . 2.1.1.2 Kontak Dengan Orang Minangkabau Pada tahun 1109 H 1669 AD, sebuah perahu layar dari Minangkabau menuju Aceh Barat diserang angin taufan, sehingga terdampar di Teluk Tolubalugu Teluk Belukar sekarang, 15 km dari Gunungsitoli. Setelah mendapat informasi dari penduduk setempat, perahu tersebut kembali berlayar melalui pelabuhan Luahanou di Gunungsitoli. Pemimpinnya ialah Datuk Ahmad Caniago bersama dengan Ahmad Linto Rinto, dan Datuk Kumango serta beberapa teman lain. Mereka berasal dari Kampung Dalam, Negeri P ariaman, P adang P anjang, Luhak Tanah Datar, 16 Zebua. F, Kota Gunungsitoli Sejarah Lahirnya dan Perkembangannya, Gunungsitoli: Yayasan Pusaka Nias, 2008, hal.75. Universitas Sumatera Utara 23 Minangkabau. Mereka berlabuh di Luahanou. Tidak berapa lama kemudian mereka dapat menemukan Tengku Polem di Siwulu. Mereka itu disebut Dawa Ndare dan Dawa Kumango 17 . 2.1.1.2.1Kontak Dengan Etnis Melayu Lainnya A. Etnis Melayu Selain Etnis Aceh dan Minangkabau yang berdomisili di Mudik dan tim tersebut di alas, masih ada etnis laindari Sumatera, yang datang dan tinggal menetap di Nias, terutama sekitar Gunungsitoli. Mereka semua disebut Dawa Melayu Etnis Asing Beragama Islam. B. Akibat Kehadiran Orang Melayu Dawa Melayu Kehadiran mereka di Nias umumnya dan di Gunungsitoli khususnya membawa kekacauan, bencana dan penderitaan penduduk, kehancuran Banua dan Ori . Tentang Dawa Melayu ini perlu disimak kembali tulisan Schroder: Dua bangsa mengeksploitasi keadaan ini untuk diri sendiri dan menghasut sebanyak mungkin permusuhan di antara mereka. Mereka itu adalah orang Aceh dan Melayu yang bermukim di sini. Dari semua daerah di Sumatera, terdapat orang Melayu yang berhimpun di sini, di antaranya pencari harta dan pelarian karena kejahatan. Menurut penyelidikan Zebua, mereka berasal dari Mukomuko, Priaman, 17 Ibid, hal.81 Universitas Sumatera Utara 24 Priangan dekat Padang Panjang, Surabaya, Tarusan, Teloksemawe. Sedangkan kebanyakan etnis asing yang lain itu diketahui berasal dari Aceh, Bugis, Melayu atau Arab. Dengan nada serupa, majalah Tijdschr N.I.,berkata: P elabuhan-pelabuhan ini utara menjadi tempat pelarian untuk orang-orang demikian dan daerah-daerah lain yang mencoba mengingkari pemerintahan gubernemen. Sumber lain mengatakan: mereka bersikap angkuh terhadap orang-orang Nias, mengikatnya dalam dagang dan mencari keuntungan dengan segala cara yang memungkinkan dengan mengorbankan orang Nias. Beberapa orang berhasil mengangkat dirinya sebagai Kepala Kampung atau Kepala Negeri-negeri kecil dan berlindung di belakang sejenis pertahanan Gubernemen Belanda... Rupa -rupanya mereka terlalu lemah atau tak acuh untuk melindungi penduduk dengan kekerasan atas keberanian orang-orang asing itu 18 . 2.1.1.3 Kontak Dengan Orang Belanda A. Kedatangan Orang Belanda Bangsa atau Orang Belanda dipanggil oleh Ono Niha sebagai “ Dawa Naha Balanda sedang Orang Inggris disebut Dawa Niha Hagori ”. Orang Belanda yang datang di Nias berstatus dua, yaitu: mula-mula 1669-1840 selaku pedagang, dengan nama organisasinya Vereniging de Oost Indische Compagnie alias VOC = Perserikatan Dagang Hindia Timur. Dari istilah Compagnie Kompeni, timbul istilah rakyat komboni gomboni Balanda; kemudian dengan status Pemerintah 18 Op.cit, hal. 83 Universitas Sumatera Utara 25 dengan status Pemerintah Penjajah, yang disebut Gouvernement Nederland Oost Indie = Pemerintah Hindia Timur Belanda. Karena rakyat telah biasa menyebut Belanda Pedagang adalah Komboni, maka Pemerintah Penjajah pun disebut saja Komboni, walaupun sebenarnya manurut bahasa Melayu, Gubernemen adalah Pemerintah dari Gouverment, yang kemudian dibahasaniaskan oleh rakyat dengan kata famareta . Orang Belanda yang pertama kali datang di Tanö Niha ialah Davidson, Kepala Cabang VOC di Baros, untuk meneliti keadaan di Tanö Niha . Belai mencari kemungkinan diadakannya hubungan dagang, dengan mengunjungi pelabuhan- pelabuhan sekeliling Tanö Niha pada tahun 1665. Di samping tujuan utama ini, ia juga melaporkan bahwa ia telah melihat adanya pergaulan orang Nias dengan orang Melayu dan Agama Islam telah berpengaruh terhadap kehidupan kebudayaan dan kepercayaan Nias. 1.1.1.4 Kontak dengan Orang Inggris Pada tahun 1756, orang Inggeris yang disebut Dawa Hagori merebut Tanö Niha bagian Utara dari VOC Belanda, termasuk Gunungsitoli. Sebagai tanda daerah yang telah dikuasai mereka memancangkan tiang bendera yang terbuat dari besi. Tiang itu disebut mandrera, masih terdapat di pinggir sungai Nou sebelah utara sebentang desa Dahana, kira-kira 4 km dari Kota Gunungsitoli. Bukti ini menandakan bahwa Kota Gunungsitoli pernah diduduki Inggris. Sungguhpun demikian, kenyataannya menunjukkan bahwa aktivitas Inggeris di daerah ini tidak ada. Beberapa penulis tentang Nias hanya mencatat tahun masa penguasaan lnggeris Universitas Sumatera Utara 26 tersebut. Jadi baik-buruknya, manis-pahitnya kekuasaan Inggeris di daerah ini atau di kota Gunungsitoli hingga tahun 1825, tak ada dalam catatan sejarah. 2.1.1.5 Kontak dengan Orang Jepang Pada masa perang Dunia II di Asia, Jepang menaklukkan Negara-negara jajahan Hindia Belanda secara serempak. Jepang menyerang Belanda di Indonesia pada Tanggal 8 maret 1942. Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang di Kalijati-Jawa Barat. Sejak Itu, Jepang yang berkuasa di Indonesia, termasuk di daerah Nias. Dalam bulan Maret 1942, tentara dan pemerintah Dai Nippon jepang tiba di Gunungsitoli, tanpa perlawanan Belanda dan Rakyat. Bahkan Orang Belanda, baik sipil maupun militer telah lebih dahulu dibekuk dan ditawan oleh barisan pejuang Putera Nias, sebagai pejuang kemerdekaan, sehingga kedatangan Jepang disambut dengan hangat dan akrab, dengan lebih dahulu di utus pemandu ke Sibolga. Bangsa Jepang dinamai Ono Niha “ Nifo ” atau “ Zafa ”. 2.1.1.6 Kontak dengan Misionaris R.M.G. Jerman Ono Niha menyebut orang Jerman dengan sebutan “ DawaNIha Geremani ”. Orang Jerman datang di Tano Niha atas permintaan pemerintah Belanda di Nias dan Sumatera Barat kepada pemerintah di Batavia dan di Nederland, untuk mengajar dan mengembangkan agama Kristan di Tano Niha . Padahal latar belakang politisnya adalah untuk melemahkan dan mematikan jiwa patriotis-herois Ono Niha yang menentang Belanda.Sebenarnya, sebelum misionaris Jerman datang, misionaris Perancis sudah datang ke Nias tepatnya pada bulan Maret 1832 di daerah Malaya- Universitas Sumatera Utara 27 Malaysia, yaitu Pastor Vallon Maret 1832. Beliau tinggal diNoord Nias berada di Gunungsitoli dan District Zuid Nias berada di Teluk Dalam 19 . Namun kemudian pada tanggal 27 september 1865, misionaris Jerman utusan RMG Rheinische Missionaris Gesellschaft Barmen-Jerman bernama Ernst Ludwig Dennginger tiba dan menetap di Gunungsitoli. Ia datang dari Padang setelah 6 tahun di situ dan dapat berbahasa Nias yang dipelajarinya dari Ono Niha yang tinggal di Padang. Lalu beliau terus menyebarkan agama Kristen Protestan di Gunungsitoli dan kampung sekitarnya. Kemudian pendeta-pendeta Jerman penggantinya menyebarkan agama Protestan ke seluruh Tanö Niha, dengan berpusat di Gunungsitoli. Di samping agama, para Misionaris itu mengembangkan sekolah Sikola Ndraono = sekolah dasar yang dimulaidi Gunungsitoli pada Tahun 1866 oleh E. Dennginger baru kemudian menyebar ke seluruh Tanö Niha. Sekolah tersebut disebut sekolah Zending 20 berkelas III, VI, V; selain itu ada sekolah guru Seminari dan sekolah Pendeta di Ombolata-Gunungsitoli, dan beberapa sekolah Injil Sikola Zinenge . Mereka juga mengembangkan kesehatan dengan mendirikan beberapa poliklinik, Rumah Sakit penolong dan Rumah Sakit Besar di Gunungsitoli 1934. Di bidang Ekonomi mereka mendirikan Toko Henneman di Gunungsitoli 1908, dan pabrik Kopra 1913. 2.1.1.6.1 Kerjasama Jerman dengan Belanda 19 Op.cit, hal 99 20 Sebutan lain untuk missionaris Universitas Sumatera Utara 28 Dalam usaha mengembangkan agama dan bidang-bidang lain tersebut di atas, pendeta misionaris Jerman menjalin kerjasama dengan pemerintah Belanda dan saling menjadi ujung tombak dan perisai untuk menghadapi Ono Niha sesuai dengan kondisi dan situasi. Pendeta Misionaris melemahkan dan mematikan perlawanan rakyat melalui pengajaran agama, mendamaikan dan mengampuni para pemimpin peperangan seperti balugu Balohalu Waruwu pemimpin perlawanan dari daerah Ma‟u, beliau diampuni oleh Pendeta DR. W. H. sunderman di Lolowa‟u tahun 1901. Pejabat pemerintah Belanda, menggerakkan pembangunan gereja, sekolah, rumah sakit, rumah guru, dsb, dengan menghukum rakyat pembangkang atau yang malas bergereja atau yang malas bersekolah. Pendeta Jerman yang dianggap fasih dalam bahasa Nias juga sering dipanggil oleh pemerintah Belanda dalam perkara-perkara rakyat. Dengan menjadi juru bahasa, banyak terbuka kedok dari juru bahasa orang melayu yang sengaja berkhianat dalam menerjemahkan ucapan setiap pihak dalam persidangan pengadilan, demi mencari keuntungan material dan politik mereka 21 .

2.1 Masyarakat Nias di Medan

Tafonao menegaskan bahwa migrasi besar orang Nias diperkirakan sudah terjadi sejak abad ke-17 yaitu pada waktu terjadinya interaksi perdagangan dengan Arab dan bangsa Cina serta Hindia, pada saat berlangsungnya jalur perdagangan 21 Op.cit,hal.102 Universitas Sumatera Utara 29 menuju Barus 22 . Tanö Niha menjadi lumbung tempat penyimpanan bahan-bahan untuk kebutuhan selama berlangsungnya perdagangan di Baros. Nias merupakan daerah terdekat menuju Baros yang ramai dikunjungi kapal-kapal dagang dari berbagai daerah sehingga orang Nias mempunyai peran penting dalam kelangsungan perdagangan waktu itu seperti menyediakan tenaga kerja yang kuat dan mudah dihimpun, karena karakter orang Nias ialah menghormati dan patuh pada pemimpinnya. Tafonao, 2012:26 Masyarakat suku Nias yang tinggal di Kota Medan dahulunya Sumatera Timur diperkirakan dimulai sejak dibukanya onderneming 23 perkebunan tembakau danperkebunan karet yang dikenal dengan HVA. Banyak orang Nias bekerja diperkebunan yang pada waktu itu karet menjadi “primadona” bagi orang BelandaTafonao, 2012:30. Inilah awal dan sejarahnya masyarakat suku Nias tinggal dan menetap di Kota Medan. Factor lain yang menyebabkan terjadinya imigrasi adalah untuk mendapat kehidupan yang lebih baik dan layak serta mencari ilmu yang setinggi- tingginya, khususnya bagi para muda- mudi yang baru selesai menamatkan sekolahnya.Beberapa daerah yang ditempati orang Nias di Medan adalah Helvetia, Mandala, Kampung Susuk, Simalingkar, Padang Bulan, Sunggal, dan hampir disetiap daerah kita dapat menjumpai masyarakat Nias. Beberapa organisasi yang dibentuk di Medan adalah; STM Sehati, STM Faomakhöda, STM Kasih Karunia, STM Saradödö. Ada juga organisasi lain yang bersifat kepemudaan, gerejawi, pendidikan dan 22 Tafo ao, Agus. Analisis Musik Vokal Pada Pertunjukan Maena DalamPesta Adat Falöwa Perkawinan MasyarakatNias Di Kota Medan “kripsi. Meda : Fakultas Il u Buda a, Universitas Sumatera Utara. 23 Yaitu perkebunan yang diusahakan secara besar-besaran dengan alat canggih; perkebunan budi daya Universitas Sumatera Utara 30 pembangunan juga berdiri di Kota Medan, seperti Gerakan Mahasiswa Nias GMN, Generasi Muda Nias Gema Nias, Forum Mahasiswa Nias Peduli Nias FORMANISPE, Komisi pemuda BNKP Hilisawatö

2.2 Bahasa