97
lobang tidak ada ada ketentuan pasti tergantung pada bahan yang ditemukan di sekitar. Pada masa sekarang alat ini tidak pernah dimainkan lagi
Gambar 5. 12 Sigu Kunst,
Music in Nias,
PL.VIII, 22
5.1.2 Musik Vokal Nias
Hampir seluruh kegiatan musik di Nias didominasi oleh musik vokal. Hal ini dapat dilihat dari berbagai macam nyanyian yang ada seperti
hoho, bolihae, hiwö- hiwö, ngenu- ngenu, hendri- hendri,hoho dll,
lebih banyak disajikan dalam kegiatan ono niha, baik upacara adat ataupun upacara penyambutan daripada musik
Universitas Sumatera Utara
98
instrumental
49
. Bernyanyi dan menari merupakan sebuah paket aktifitas musikal
ono niha
yang tidak dapat dipisahkan dan menjadi ciri khas mereka. Sangat jarang ditemui orang Nias bernyanyi tanpa menari ataupun bernyanyi untuk kepentingan
pribadi. Seluruh kegiatan tersebut dilakukan dalam komunitas. Berikut adalah beberapa folksong dan juga tarian yang dapat diidentifikasi:
1. Moyo
Tari Moyo atau tari elang merupakan tari yang wajib ada dalam upacara perkawinan atau
owasa
pesta besar. Tari moyo merupakan bagian dari upacara untuk menyambut tamu. Para penari menari sambil mengelilingi satu sama lain
layaknya seperti elang yang sedang terbang. Tari ini dimainkan dengan lambat dan lemah gemulai menggambarkan gadis yang anggun dan lembut. Tari moyo masih
dapat di temui di Kec. Gidö Kab. Nias, meskipun penarinya tinggal sedikit. Tari ini diiringi dengan sebuah lagu dengan hanya menggunakan 3 nada yaitu, 3- 5- 6.
Semakin cepat lagu dinyanyikan semakin cepat pola gerakan para penari. Berikut adalah transkrip lagu iringan tari moyo Manhart, 2004:128
Solo : 5
3 Semua
: 5
3 Hi i
Hi i
49
Wawancara via telepon dengan Bapak Yas Harefa tanggal 03 Juli 2015 pukul 11.00 WIB
Universitas Sumatera Utara
99
| 3 5 6 6 | . . . 5 | . 6 5 3 | . . . 0| 3 5 6 5| . . . 3| . 5 5 5| Ba böi mi da _ _ _ _ _ _ _ _ _I da _ _ _ __mi da I sa_ _ _ _ _ _ _ na ri
Ba böi gaö zö_ _ _ _ _ _ _ _ _gaö zö_ _ _ __gaö zö sa ra_ _ _ _ _ _ _ rik hi Böi mi fa te_ _ _ _ _ _ _ _ _ndre a_ _ _ _ _ du - lo_ _ __ _ _ mbi si
Böi mi fa ti_ _ _ _ _ _ _ _ __ ti bu_ _ _ _ „u - ga_ _ __ _ __ li si
Me lö mo roi_ _ _ _ _ _ _ _ _ fu ri_ _ _ _ _ da - e_ _ _ _ _ __ ma li Me lö mo roi_ _ _ _ _ _ _ __fu ri_ _ _ _ _ da si ma-nga_ __ _ __ _ mbö li
Akhir lagu: 5
| 1 . 3 2 | 1 . 5
5 | 1 . 3
2 | 1 . .
Ma na ri
zum bi - la
ma na - ri mo yo - -
| 3 5 5 6 | 5 3 .
3 | 3 . 2 2 | 3 2 1 .
Ha tö ma„i fu tö - ba i
tu fa tou da nö 2.
Hiŵö- Hiŵö Merupakan sebuah nyanyian
freemeter
penyambutan tamu dari pintu gerbang sampai kedalam rumah upacara perkawinan diadakan. Nyanyian ini
merupakan salah satu lagu responsoria, seorang solo menyanyikan sepenggal lagu, sedang lainnya menyambung huruf akhir dari kata terakhir lagu tersebut.
Call Respond
5 5
5 3 . 5
5 3
Hi ŵö
hi ŵö
hö - ö He
ŵa he
ŵa ha - a
Universitas Sumatera Utara
100
3. Bölihae
Adalah nyanyian dan tarian yang dilakukan secara berkelompok dan pola irama kaki adalah fokus dari tarian ini. Bölihae digunakan pada upacara perkawinan
untuk prosesi orangtua pria mendatangi orangtua wanita. Dalam perjalanan, lagu dan tarian ini diiringi oleh tamburu dan faritia dimainkan sekitar 100m sebelum rumah
mempelai wanita. 4.
Hoho Dalam hoho, pemimpin solois dan lagu,
sondrörö
hoho atau
ere
hoho ere, jika pemimpin lagu adalah imam tradisional menceritakan kisah-kisah epik sejarah,
silsilah, peraturan adat, agama, ritual dan kebijaksanaan. Oleh karena itu pemimpin tidak hanya membutuhkan keterampilan menyanyi dan improvisasi, tetapi
pengetahuan tentang semua topik ini. Dia berkomunikasi sejarah untuk generasi berikutnya dengan lagu-lagunya dalam masyarakat yang belum melek huruf.
Kebanyakan hoho terdiri dari sajak. Sondrörö menyanyikan bait pertama dari lagu kemudian
sanoyohi
kelompok respon menyanyikan bait ke dua dengan pengulangan dan sedikit variasi. Kelompok responden terdiri dari 2-4 kelompok dan
didalamnya 2-4 orang bernyanyi sambil duduk atau berdiring dalam lingkaran. Sanoyohi biasanya menyerukan “si ndruhu benar, Dia ... ae ... oo ... ah ... hu ... ho
... dia haöha untuk mengekspresikan keterkejutan dan rasa takjub , dapat juga berarti „ ceritakan lebih banyak lagi‟. Semakin lama hoho berlangsung semakin sedikit teks
yang dapat dikuasai oleh sanoyohi, dan ini memberi kesempatan kepada ere untuk berimprovisasi. Nada yang paling sering digunakan adalah 1-2-3-5 dengan birama
44.
Universitas Sumatera Utara
101
5. Höli-höli
Merupakan seruan akhir pada sebuah maena atau sebuah keputusan yang diambil dalam masyarakat dan hal ini menegaskan bahwa keputusan telah dibuat dan
tidak tidak dapat diubah kembali. Höli- höli diteriakkan oleh seorang penari kemudian seluruh peserta merespokan dengan kata “ Hu” artinya „iya‟
6. Ngenu-ngenu sebagai nyanyian anak- anak Famadaehe ono lagu
menidurkan anak
Ngenu-ngenu
adalah lagu sederhana yang sering dinyanyiakan oleh anak-anak ketika sedang bekerja diladang atau menjaga ternak. Alat musik yang digunakan
untuk mengiringi adalah
doli-doli, zigu, tabolaeya
dan terkadang
lagia.
Famadaehe ono adalah lagu menidurkan anak yang dilakukan oleh seorang kakak kepada adiknya
ketika ibunya sedang dipasar atau diladang. Pola permanen yang berulang adalah: Pola pattern : 1 5 1
He a he 7.
Fabölösi Merupakan lagu ratapan dalam upacara kematian. Ratapan biasanya dilakukan
oleh saudari perempuan. Ratapan bisa dilakukan selama berjam-jam untuk mengenang alrmarhum semasa hidupnya. Di Bawomataluo, ratapan hanya dilakukan
oleh seorang wanita saja, sedangkan di Hilisimaetano ratapan dapat dilakukan oleh dua orang, pria dan wanita, atau dengan seorang pemimpin dengan 2 orang
responden. Lagu ratapan lainnya adalah fame’e ni’owalu membuat menangis
pengantin perempuan. Fame‟e ni‟owalu dilakukan 1 hari sebelum acara pesta pernikahan. Dalam upacara ini, kerabat wanita sang pengantin akan menyanyikan
Universitas Sumatera Utara
102
sebuah lagu ratapan sebagai ungkapan kesedihan meninggalkan masa gadis terlebih orangtua. Hal ini mampu membuat sang pengantin perempuan sedih, dan ikut juga
meratap. 8.
Fo‟ere Lagu Sakral Merupakan sebuah lagu sakral yang dipimpin oleh seorang
ere
. Untuk mengiringi lagu, ere menggunakan
fondrahi
dengan pukulan yang tidak tentu
. Ere
melakukan berbagai macam ritual seperti doa penyembuhan permintaan dan syukur kepada para dewa
adu
, di perayaan seperti owasa, pernikahan, pemakaman, kelahiran, dalam hal pertanian atau pada berbagai tahap pembangunan rumah adat.
Keterangan diatas hanya merupakan sebagian dari musik Nias yang masih terindentifikasi hingga saat ini. Belum dapat dipastikan, bahwa hanya intrumen diatas
saja yang merupakan musik asli tradisi Nias. Karena jauh sebelum Jaap Kunst datang sebagai peneliti pertama musik Nias, sudah banyak alat musik yang tidak dapat
ditemukan lagi bahkan penduduk sudah mulai melupakan repertoarnya Kunst, 1939:2. Penyajian musik intrumental di Nias pada saat ini didominasi oleh musik
pembawa rhytem, sedangkan musik pembawa melodi belum pernah penulis temui secara langsung dilapangan. Oleh karena itu penulis memanfaatkan hasil penelitian
Kunst khususnya
folksong
yg beliau kumpulkan dari berbagai daerah di Nias juga untuk melihat tangga nada apa saja yang digunakan dan kemudian menjadi landasan
untuk menemukan identitas Nias dalam Zinunö. Berikut adalah beberapa hasil penelitian Jaap Kunst:
Universitas Sumatera Utara
103
“Mus.App.VII.
Gaölö
phon. K 76 sebuah permohonan. Jenis resitatif musik yang digabung dengan suara tangisan. Terdapat beberapa grace note yang
tidak dinotasikan, pada bagian akhir lagu tangisan khususnya pada fermata terakhir-mengandung note. Pitch sangat benar dan tegas. Penelitian
dilakukan di desa Olayama”.
“Mus.App.VIII.Phon. K 75m. Nama dari lagu ini tidak saya ketahui. Lagu ini dinyanyikan oleh wanita yang sama, yang menyanyikan lagu V dan VI.
Melodi terdiri dari 3 frase pendek Penelitian dilakukan di desa Olayama”.
“Mus.App.XII.Förönihelö Phon.K85. Arti lagu tidak diketahui. Penyanyi: Mair
a‟ana‟a. Sebuah frase pendek, melodi tersebut ditunjukkan hanya untuk satu baris. Kemudian diulang beberapa kali dengan variasi yang lebih
sedikit. Penelitian dilakukan di desa Sifalago Susu‟a”.
Universitas Sumatera Utara
104
“Mus. App. XIII. HohoPhon. K 87. Penyanyi: Bö‟öla‟imba, Mairanidali dan Löbacha. Melodi ini digunakan untuk mitos penciptaan dan lagu pesta
Sifalago Susu‟a”
Berdasarkan keterangan diatas, penulis dapat mengetahui bahwa tradisi musikal
ono niha
sangat bervariasi. Beberapa hasil identifikasi penulis adalah sebagai berikut:
1. Tangga nada lebih variatif; ditonic
hiwö-hiwö
, tritonic
moyo
, tetratonic
maena, hoho, bölihae
, pentatonic
Gaölö, Lareeya
hexatonic
F örönihelö, molaya
. 2.
Melodi lagu lebih bersifat repetitif 3.
Nyanyian lebih mementingkan teks dari pada melodi logogenic 4.
Nyanyian juga terdiri dari 2 atau 3 nada, 4 nada hiwö-hiwö, moyo, hoho 5.
Responsoria adalah salah satu ciri khas ketika bernyanyi. 6.
Pada musik vokal menggunakan strofik melodi sudah diatur baku tetapi teks dapat berubah
7. Tempo lebih bersifat variatif yaitu
50
: a.
50-60 MM; lambat merayu-rayu, seperti lagu: hendri-hendri, moyo, fabölösi
b. 70-108 MM; sedang namun tegas, seperti lagu; folaya, hoae
c. 120-168 MM; cepat, hidup dan bersemangat, seperti lagu: hiwö- hiwö dan
hoho 8.
Nyanyian dan tarian adalah kombinasi yang jarang terpisahkan
50
Museu Pusaka Nias. . Kese ia Tradisio al Nias” Museu Pusaka Nias, hal. 8
Universitas Sumatera Utara
105
9. Kegiatan bernyanyi dan menari selalu dalam bentuk komunal
10. Penggunaan alat musik selalu berhubungan dengan upacara adat dan ritual
5.2 Analisis Identitas Musikal Nias yang Terkandung dalam Buku Zinunö