Latar belakang Tema Fanusugi Dödö dalam Buku Zinunö

82 Diawal dekade 20-an, menurut Yas Harefa BNKP perlu melakukan revisi karena 47 : 1. Para revisor tidak ahli dibidangnya. Tim revisi yang dipilih kebanyakan direkrut dari jabatan pendeta atau guru jemaat. Sehingga terdapat kejanggalan-kejanggalan dalam lirik lagu dan tidak grammatical. 2. Pengalihan dari not balok ke not angka sering tidak sesuai dengan yang sebenarnya. 3. Tim revisi minus ahli bahasa dan ahli musik. 4. Faktor keterburu- buruan dalam menyusun Zinunö demi menyelesaikan anggaran, sehingga hasil revisi kurang optimal, hanya mengejar waktu dan bukan kualitas. 5. Kualitas SDM. Seharusnya dalam menyusun sebuah buku nyanyian harus mendatangkan ahli musik, ahli bahasa, ahli sosial, ahli psikologi, ahli bahasa dan ahli teologi.

4.5 Latar belakang Tema Fanusugi Dödö dalam Buku Zinunö

Zinuno-Zinunö BNKP disusun berdasarkan tema yang berbeda-beda. Tema- tema tersebut membantu jemaat untuk menyesuaikan lagu sesuai dengan perayaan atau acara yang sedang diselenggarakan. Salah satu tema yang menjadi pembahasan dalam tulisan ini adalah tema F anusugi Dödö . Tema ini menjadi tema terbaru dan pertama kali dicantumkan dalam Buku Zinunö tahun 2005 kemudian dicantumkan kembali pada Buku Zinunö tahun 2014. Tema ini memuat lagu-lagu ciptaan masyarakat setempat. 47 Hasil wawancara via telepon dengan bapak Yas. Harefa sebagai Ketua Revisi Buku Zinunö 2005, tanggal 3 Juli 2015 pukul 11.30 WIB Universitas Sumatera Utara 83 Ketika penulis menanyakan siapa saja pencipta lagu-lagu tersebut, Yas Harefa mengatakan bahwa kebanyakan lagu tersebut adalah lagu-lagu yang tercipta pada saat masa Fangesa dödö sebua Pertobatan Masal yang terjadi sekitar tahun 1916. Hal sejalan dengan informasi dari Hummel 2007 yang mengatakan bahwa terjadi perkembangan yang pesat respon ono niha terhadap keimanan mereka dan kemudian mendorong mereka melakukan owasa sinunö Pesta Raya Nyanyian tidak sampai disitu, melainkan juga melakukan festival paduan suara yang merupakan gabungan dari desa-desa 48 . Lebih jauh Yas Harefa menjelaskan bahwa lagu-lagu itu tercipta bukan dengan unsur kesengajaan. Ketika jemaat sedang beribadah, tiba-tiba sebuah manifestasi roh yang dikenal dengan Roh Kudus mengilhami mereka untuk bernyanyi secara bersama- sama, padahal kenyataannya mereka tidak pernah berlatih bahkan mendengar lagu itu sebelumnya. Penambahan tema F anusugi Dödö diawali dengan keputusan anggota KMG Komisi Musik Gerejawi yang menyadari bahwa masih banyak lagu-lagu ciptaan ono niha yang ternyata belum dipublikasikan secara resmi, meskipun sebagian lagu sering dinyanyikan dalam ibadah. Pada awal revisi Buku Zinunö 2005, anggota KMG yang diketuai oleh Bapak Yas Harefa melakukan pengumpulan semua lagu-lagu ciptaan orang Nias dengan mengunjungi gereja-gereja yang masih sering menyanyikan lagu-lagu tersebut. Kebanyakan dari gereja yang mereka datangi adalah gereja yang berada didaerah pelosok atau pedalaman. setelah lagu-lagu tersebut dikumpulkan, maka tim revisi melakukan perbaikan termasuk mentranskripsikan lagu-lagu tersebut kedalam notasi. Satu hal yang harus diketahui bahwa tidak semua 48 Lihat BAB IV sub bab Revisi Buku Zinunö 1898-2014 Universitas Sumatera Utara 84 lagu yang termasuk dalam kategori Fanusugi Dödö adalah lagu lokal ciptaan lama, beberapa diantaranya adalah lagu terjemahan dari Kidung Jemaat dan lagu terbaru ciptaan ono niha meskipun nama pencipta tidak dipublikasikan. Sesuai dengan ketentuan Ephorus BNKP yang menginstruksikan untuk tidak menggunakan nama perseorangan melainkan nama tim untuk menghindari rasa arogansi diantara anggota tetapi menunjukkan bahwa semua adalah hasil kerjasama yang baik dari tim. Universitas Sumatera Utara 85 BAB V ANALISIS IDENTITAS KEBUDAYAAN MUSIKAL NIAS DALAM BUKUZINUNÖ BNKP Pada bab ini akan diuraikan identitas yang terkandung dalam Zinunö dengan menjelaskan terlebih dahulu jenis musik yang ada pada masyarakat lokal. Sampai pada tahap ini penulis mendapatkan hambatan untuk menganalisis. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mendapatkan seluruh rangkaian Buku Zinunö dari 1898-1967 salah satunya mencari di berbagai perpustakaan, menghubungi orang yang mengetahui keberadaan buku, bahkan memesan fotokopian buku ini ke Barmen, Jerman namun sangat sulit untuk mendapatkan buku-buku tersebut. Berhubung karena keterbatasan sumber Buku Zinunö ini, maka analisis akan dilakukan terhadap tiga Buku Zinunö yaitu Buku Zinunö 2000, Buku Zinunö 2005, dan Buku Zinunö 2014. Sebelum menganalisis, akan dijelaskan terlebih dahulu tradisi musikal setempat baik dari intrumen maupun vokal sebagai landasan untuk menemukan sejauh mana identitas lokal terinternalisasi dalam Zinunö.

5.1 Kebudayaan Musikal Nias