Gambaran Gejala Fisik dan Kondisi Psikologis pada Responden I

Hartika Pratiwi : Social Support Pada Lansia Penderita Penyakit Jantung Koroner, 2009 USU Repository © 2008 Selain faktor-faktor resiko yang dapat dikontrol seperti merokok, minum- minuman beralkohol, dan makan-makanan berkolesterol tinggi, faktor usia juga ikut menjadi faktor resiko Johan menderita penyakit jantung koroner. Semakin bertambah usia seseorang maka semakin besar ia beresiko untuk menderita suatu penyakit seperti penyakit jantung koroner. “ Bulan Maret nanti anam puluh anam tahun” R1.W1b.1165-1166hal 25 “Awalnya ...? Oh... dah lama kali, awalnya itu tahun ’94, he..eh..” R1.W1b.5-6hal 1 “Waktu saya dioperasi usia saya anam puluh ampat tahun” R1.W1b.739-740hal 16

b. Gambaran Gejala Fisik dan Kondisi Psikologis pada Responden I

Pada tahun 1994 Johan mengetahui bahwa ia mendarita penyakit jantung koroner setelah ia menjalani catrinisasi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta. Gejala fisik yang dialaminya adalah sesak di dada yang sering membuat dirinya sulit bernapas dan sulit untuk melakukan aktivitas lainnya. “Tiba-tiba saya apa... sesak, asal jalan sebentar sesak, sesudah itu periksa ke spesialis penyakit jantung ...” R1.W1b.14-17hal 1 “Ya sesaklah..., sering sesak, sesak, saya jalan sebentar aja capek, sudah itu sesak, dah itu perasaan gak enak ... aja di dada ini...” R1.W1b.102-105hal 3 “Ya sesak itu lah, rasanya payah kita menarik napas gitu, karena udah penyumbatan pembuluh darah jadi oksigen nggak masuk ke jantung” R1.W1b.1198-1202hal 25 Hartika Pratiwi : Social Support Pada Lansia Penderita Penyakit Jantung Koroner, 2009 USU Repository © 2008 Rasa sesak di dada Johan juga sering menimbulkan rasa nyeri di dada. Rasa nyeri di dada selanjutnya akan menimbulkan rasa pegal-pegal dan mudah lelah bagi Johan. “Ya sesaklah..., sering sesak, sesak, saya jalan sebentar aja capek, sudah itu sesak, dah itu perasaan gak enak ... aja di dada ini,nyeri-nyeri dada, udah gitu sering pegal, itulah yang selama ini saya derita, makanya saya ke dokter” R1.W1.b.102-108hal 3 “...karena kita lelah, capek, karena begerak banyak juga kita capek, makan obat kan saya, makan oksigennya supaya agak lapang makan Cedokard ditaroh di bawah lidah longgar dia, nanti baru saya kerja kembali gitulah...” R1.W1b.114-121hal 3 “Masalah yang timbul cuma bekas operasinya itu, kalau bekas operasinya itu memang mengganggulah karena dia gak bisa normal kali, karena dada kita itukan udah dibelah tuh, tulang kitakan cuman diikat aja, jadi lalau kita tidurkan kadang-kadang terganggu, tegang aja dia macam papan, gak enak ajalah perasaan dada itu, itulah yang sering terasa sesudah dioperasi itu. Itupun kata doktor nanti lambat laun bakal hilang, tapi saya sudah jalani 20 bulan masih terasa juga.” R1W1b.217-231hal 5-6 “...cuman kalo keluhan mengenai bekas operasinya itu, ahh itu memang ada, yang saya bilang tadi rasa nyeri, rasa gak enak, kadang-kadang macam dicucuk-cucuk jarum, digosok-gosok dia baru ilang” R1W1b.747-753hal 16 “...perasaan sakitnya itu di dada kita masih tetap ada, ada bekasnya operasi itu, itulah yang saya derita kalau sesudah operasi ini” R1.W2b.16-20hal 28 “Perubahan itu ada, kalau waktu sebelum menjalani operasi itu perasaannya sesaknya, saya jalan sepuluh langkah aja capek, perasaan nggak enak, pekerjaan-pekerjaan nggak dapat saya kerjakan” R1.W2b.58-64hal 29 Saat awal Johan menderita penyakit jantung koroner ia merasa terkejut dengan diagnosa yang diberikan oleh dokter. Hartika Pratiwi : Social Support Pada Lansia Penderita Penyakit Jantung Koroner, 2009 USU Repository © 2008 “Yah...kita gundah...gundah gulana la, kita bepikir, perasaan gak enak, jadi akibat kita mengetahui penyakit kita itu kita tambah shock, bertambah ini kita, bertambah KO, bertambah serius penyakit kita itu, karena kita sudah mengetahui, jadi fikiran itu mengganggu terus kepada penyakit kita” R1W1b.152-161hal 4 Penyakit jantung koroner yang Johan derita menimbulkan keresahan pada dirinya. Johan berpikir bahwa penyakit ini merupakan penyakit yang berbahaya yang dapat menyebabkan kematian sewaktu-waktu. Muncul rasa cemas berkaitan dengan sakit yang dideritanya. Awalnya Johan menolak untuk melakukan operasi, hal ini disebabkan oleh rasa ketakutan yang selalu membayanginya. Ia melihat teman-temannya yang melakukan operasi tidak tertolong dan akhirnya meninggal dunia. Johan takut akan mendapatkan nasib yang sama dengan teman-temannya itu, dan ia berpikir bahwa operasi yang akan ia lakukan akan mendapatkan hasil yang buruk. “...saya waktu itu belum bersedia untuk dioperasi, karena saya belum menjalankan pengobatan...yang...yang...yang lain lagilah..., maksud saya itu supaya jangan langsung jalan pintas aja gitu...” R1W1b.27-33hal 2-3 “Yang saya pikirkan waktu itu, ya penyakit ini penyakit jantung ini, setau saya penyakit ini dioperasi, kawan-kawan saya tuh ada berapa orang, ada dua orang siap operasi langsung meninggal, jadi was-was saya kesana aja. Makanya saya masih banyak bepikir untuk menjalani operasi” R1W1b.138-146hal 4 “Ohh..iya selalu, kalau itu selalu, kalau udah sakit, gak enak, fikiran saya itu memang cenderung kembali gitu, atau kemungkinan ini bisa kambuh lagi, karena by-pass itu doktor sendiri membilang bukan jaminan seratus persen, sesudah kita operasi jantung itu bukan seratus persen kita gak kena sakit jantung, bisa saja tiga tahun, ada orang yang dua tahun kumat lagi penyakit jantungnya, dioperasi lagi, ada bukan gak ada, hah..jadi kata doktor itulah mengingatkan kita supaya kita itu menjaga keadaan tubuh kita” R1W1b.235-250hal 6 Hartika Pratiwi : Social Support Pada Lansia Penderita Penyakit Jantung Koroner, 2009 USU Repository © 2008 “Ya saya merasa was-was juga ya kalau saya secara pribadi saya aja yang memikirkannya rasanya kan rasa gak enak, tapi kalau dorongan itu dari istri, anak, adek, kitakan merasa...merasa.. tambah yakinlah kita bahwasannya pengobatannya itu bisa berjalan dengan sukses” R1W1b.351-360hal 8 “Kalau dulu nggak, dulu gundah sebelum dioperasi...” R1W1b.1005-1006hal 21 “Kalau dulu saya stres lah, cemana ini kok gini ? cemana ini, apa yang berlaku ?, gitu aja lah kita cemana-cemana. Apa yang sudah dikatakan doktor itu nggak mau kita laksanakan, kita pigi juga ke obat-obat tradisional, hah jadi perasaan itu yang kita bikin stres...” R1W2b.291-300hal 34 Tahun 2007 Johan menjalani operasi karena sudah tidak ada lagi alternatif lain yang dapat menolong Johan yang pada saat itu anfal. Usai menjalani operasi Johan merasa kesedihan yang mendalam, ia merasa tidak berdaya untuk melakukan apapun bagi dirinya sendiri dan orang lain. “Ya sedih lah karena kita nggak bisa ngapa-ngapain, nggak bisa bergerak, berpikirlah kita, ohh gini ya operasi itu” R1W1b.1251-1254hal 26 “Lamalah, tiga ampat bulan baru bisa jalan lagi, kita sesudah operasi itu kita harus di up-grade, istilahnya di up-grade tubuh kita ini. Kita diajar jalan, diajar cakap, menggerakkan tubuh kita, dikawankan sama doktor, kita pake-pake alat, dikontrol gitulah selama satu jam” R1W1b.1276-1281hal 27 “Ooo..., kadang-kadang ia, kadang-kadang memang terasa begitu, yah...aku dah operasi kok nggak enak juga. Kadang-kadangkan timbul dia jantung berdebar-debar, perasaan nggak enak, itukan membikin kita ini juga, macam bukan ehh macam menyesali ehh kok gini ya, kok masih sakit juga, kok masih kek gini juga, itulah yang timbul. R1W2b.80-90hal 29-30 Penyakit jantung koroner yang diderita Johan menyebabkan ia tidak bisa beraktivitas seperti sedia kala. Segala aktivitasnya harus teratur dan dibatasi demi Hartika Pratiwi : Social Support Pada Lansia Penderita Penyakit Jantung Koroner, 2009 USU Repository © 2008 menjaga kelangsungan hidupnya, sehingga terkadang mengganggu fikiran dan perasaan Johan. “Dalam keadaan fit yang sesudah orang dioperasi ya macam saya inilah kondisinya, pergerakannya juga dibatasi, pekerjaannya juga dibatasi, makanan juga dibatasi, segala kegiatan yang penting-penting yang memberatkan tidak dibenarkan lagi. Jadikan semuanya itu menjaga supaya bisa kelangsungan daripada kita sendiri. R1W1b.604-615hal 13 “Jadi saya bilanglah kalau misalnya di rumah aja kan banyak terfikir-fikir yang nggak-nggak, suntuk kalau kita tuh keluar kan bisa ngobrol-ngobrol sama kawan, kan bisa menghilang-hilangkan pikiran yang nggak enak- enak saya bilang gitu” R1W1b.856-863hal 18 “Dampaknya ke diri saya ya, kan kita tau penyakit jantung ini ya kita tau banyak... banyak... pekerjaan-pekerjaan kita yang semestinya nggak-nggak bisa kita inikan...” R1W2b.7-13hal 28 “Ada juga, ada juga, ada juga, Ahh bang Johan itu nggak usah kita suruh, dia kan udah nggak mungkin dia bisa ngerjakan lagi, dia kan udah ini” R1W2b.116-120hal 30 “Yah saya yah agak..., agak..., agak mc lah kita, agak inilah kita, biasanya agak terganggulah kita, karena dibilang gitu agak mc lah kita apa yang dibilangnya penyakit kita gini-gini” R1W2b.124-129hal 30 Yah... agak lebih sensitiflah, udah itu memang kita sendirilah yang harus menjaganya supaya kita itu jangan timbul yang begitu, tapi kadang-kadang ada juga yang kita dengar... susah juga. Memang keluarga sudah... sudah menjaga sedemikian rupa supaya jangan ada mendapatkan berita-berita yang sensitif gitu. Jadi kalau sekali-sekali datang dia timbul gitu memang saya rasakan juga. R1W2b.268-279hal 33-34 Namun saat ini penderita penyakit jantung koroner ini sudah semakin membaik dan penderita sudah memasrahkan semuanya kepada Allah SWT, karena ia merasa telah melakukan berbagai usaha untuk menghadapi peyakit yang ia derita. Hartika Pratiwi : Social Support Pada Lansia Penderita Penyakit Jantung Koroner, 2009 USU Repository © 2008

c. Gambaran Social Support Responden I