Gambaran Gejala Fisik dan Kondisi Psikologis Pada Responden II

Hartika Pratiwi : Social Support Pada Lansia Penderita Penyakit Jantung Koroner, 2009 USU Repository © 2008 Salah satu faktor yang tidak dapat Risdiana hindari adalah usianya yang semakin lanjut. Dengan bertambahnya usia membuat ia semakin lemah dan lebih rentan terkena penyakit, termasuk penyakit jantung koroner. “Ahh itukan kegiatannya dulukan ibu di samping ibu juga ada rematik kegiatan itu mencuci, udah berumur pula, ibukan ada pengapuran di pinggang jadi susah berdiri, hah itu ajalah...” R2W1b.1050-1055hal 59

b. Gambaran Gejala Fisik dan Kondisi Psikologis Pada Responden II

Penyakit jantung koroner yang diderita Risdiana memiliki gejala-gejala fisik. Diawali dengan keringat dingin yang muncul ditubuhnya perlahan menimbulkan rasa sesak di dada yang sering mengganggu Risdiana berlanjut sampai ke punggung yang membuatnya kesulitan untuk bernafas. Hal ini sering terjadi pada Risdiana di malam hari. “Yah ini perasaan kayak macam kita takut, sudah tuh keluar keringat, keringat dingin tuh banyak, macam-macam kayak jagung gitulah, basah itu bajukan tapi ini perasaan kita seperti mau koma ...” R2W1b.16-22hal 38 “Eee..mau koma gitu, kayak mau koma lah di kepala ini rasanya ini sukanya malam, kejadiannya suka timbul malam-malam gitu. Tapi, kalo siang-siang kita sibuk gini nggak ada, malamlah makanya ibu suka kalo dah mau kambuh itukan suka keluar keringat dingin, keringat dingin..” R2W1b.24-32hal 38-39 “Ke dada, terus sam...pe terus merah, sampe-sampe dah mulai agak berkurang nggak apa-apa, tapi kita nggak duga itu jantung...” R2W1b.96-99hal 40 “Sebelum sakit sama sesudah sakit, ya bedanya apa namanya ya kondisi kita sesak inilah” R2W1b.642-644hal 51 “...nanti tiba-tiba kalau nggak ibu makanin obat nanti kita kadang-kadang mau aja tuh dingin, kita lain kok dingin ya? Ha berarti udah laenlah itu, Hartika Pratiwi : Social Support Pada Lansia Penderita Penyakit Jantung Koroner, 2009 USU Repository © 2008 cepat-cepatlah makan obatnya, dingin tuh dingin badan kita itu nggak hangat gitukan padahal kita nggak ada ngapa-ngapain...” R2W1b.899-907hal 56 Penyakit jantung koroner yang Risdiana alami menimbulkan masalah psikologis bagi dirinya. Risdiana sering tinggal sendirian di rumah, sehingga menimbulkan ketakutan dan kecemasan baginya jika sewaktu-waktu penyakitnya kambuh. “Masalah yang timbul ? kalau masalah yang timbul...apa yah ...? yah paling-paling yah ibu masalahnya ya nggak ada, apa lagi ? yah kalau dia lagi kambuh ya gitu, yah makanya obat itu rutin, kalau ada rasa kita di dada nggak enak langsung makan, cuman kadang-kadang ibu maklum namanya anak-anak laki ya, kita duduk sendiri di rumah, suka ditinggalin, hah kadang-kadang disitulah perasaan ini kadang aduh kalau seandainya aja kambuh seperti dulu sama siapa saya minta tolong ? anak-anak ini nggak ada di rumah, jadi itu ajalah permasalahnnya, ya itu aja yang ditakutkan” R2W1b.278-297hal 44 Semenjak suaminya meninggal dunia Risdiana seperti kehilangan tempat mencurahkan hati, apalagi anak-anaknya yang jarang berada di rumah. Ia merasa kehilangan semangat dalam hidupnya. “...apa namanya di samping nggak ada lagi si Bapak, ya otomatis kita merasa untuk gairah untuk apa itukan udah nggak ada lagi, orang ya apalagi anak-anak kuliah, ibukan nggak ada mata pencarian lagi ya, kan cuma gaji tok. Eee.. kadang kan dapatnya sikit ya kita padan-padankan aja yang penting untuk kuliah klien itu aja yang pentingkan, untuk makan apa yang ada aja, cuman nggak-nggak ada suami itu aja lah kita rasanya aduh...gimana ya aturan itu nggak apa lagi..ya, kita udah tau itu ketentuan dari Tuhan, ya udahlah dan itu bakal kita dapetin cepet-lambat kita akan dapatkan, ha kan gitu kan, itu aja” R2W1b.644-664hal 51 Risdiana sering mengalami kesepian disaat anak-anaknya meninggalkan rumahnya, ia bingung harus mencurahkan isi hatinya pada siapa, akhirnya ia Hartika Pratiwi : Social Support Pada Lansia Penderita Penyakit Jantung Koroner, 2009 USU Repository © 2008 memilih untuk membaca ayat-ayat al-Qur’an agar menghilangkan kesepian dirinya. “...udah balek kemari udah kita sepi...lagi, anak-anakpun ada anak kayak nggak punya anak, anak dah lari... ha..ha..ha..sama sapa mau ngomong, hidupkan tv, tv pun nggak bisa ngomong, jadi kadang-kadang lama-lama aku bisa stres nih kalau begini, abis kita sendiri. Jadi kayak cem gila, dah gitu pigilah keluar, disini nggak ada pula ibu-ibunya yang bertandang gitu, nggak ada yang bertandang, jadi larinya kemana ya baca, ngaji, ngaji itu ajalah, ngaji udah siap itu baca-baca berapa ayat itu udah tertidur” R2W1b.921-937hal 57

c. Gambaran Social Support Pada Responden II 1 EmotionalEsteem Support