Hartika Pratiwi : Social Support Pada Lansia Penderita Penyakit Jantung Koroner, 2009 USU Repository © 2008
penelitian ini beralasan data yang dikumpulkan dari hasil wawancara berupa percakapan antara peneliti dengan subjek yang akan diteliti untuk mengetahui
bagaimana social support dan stres pada lansia penderita penyakit jantung koroner.
1. Wawancara
Wawancara adalah proses komunikasi interaksional antara dua pihak, dimana paling tidak salah satu pihak memiliki tujuan tertentu dan di dalamnya
terdapat pertanyaan dan menjawab pertanyaan Stewart Cash, 2000. Wawancara kualitatif dilakukan bila peneliti bermaksud untuk memperoleh
pengetahuan tentang makna-makna subjektif yang berkenaan dengan topik yang diteliti dan bermaksud melakukan eksplorasi terhadap isu tersebut, hal ini
merupakan keunggulan pendekatan kualitatif dibandingkan dengan pendekatan lain Banister dkk, 1994.
Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam in-depth interview. Banister 1994 menjelaskan bahwa wawancara
mendalam adalah wawancara yang tetap menggunakan pedoman wawancara, namun penggunaannya tidak sekedar wawancara terstruktur. Pedoman wawancara
berisi “open-ended question” yang bertujuan agar arah wawancara tetap sesuai dengan tujuan penelitian Poerwandari, 2007. Pedoman wawancara disusun
berdasarkan teori penyakit jantung koroner dari Sarafino 2006 dan Suharto 2004 tentang gejala fisik dan psikologis yang dialami oleh penderita penyakit
Hartika Pratiwi : Social Support Pada Lansia Penderita Penyakit Jantung Koroner, 2009 USU Repository © 2008
jantung koroner, teori social support dari Wills Fegan 2006 dan teontang lansia oleh Hurlock dan Havighurst 1999.
Berdasarkan teori-teori inilah, pedoman wawancara disusun untuk memperoleh data tentang social support pada lansia penderita jantung koroner.
Peneliti akan menggali perasaan yang dihadapi penderita penyakit jantung koroner akibat kondisi fisik dan psikologis yang dideritanya, bagaimana dukungan sosial
yang diterimanya.
2. Observasi
Patton dalam Poerwandari, 2007 menegaskan bahwa observasi merupakan metode pengumpulan data esensial dalam penelitian, apalagi penelitian dengan
menggunakan pendekatan kualitatif. Tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-
aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian yang diamati tersebut. Deskripsi harus akurat, faktual sekaligus teliti
tanpa harus dipenuhi berbagai hal yang tidak relevan Poerwandari, 2007. Hal-hal yang sangat penting dalam melakukan observasi adalah peneliti
melaporkan hasil observasinya secara deskriptif, tidak interpretatif. Pengamat tidak mencatat kesimpulan atau interpretasi, melainkan data konkrit berkenaan
dengan data yang konkrit berkenaan dengan fenomena yang diamati Poerwandari, 2007.
Beberapa alat observasi yang digunakan antara lain anecdotal, catatan berkala, check-list, rating scale, dan mechanical devices Rahayu Ardani,
Hartika Pratiwi : Social Support Pada Lansia Penderita Penyakit Jantung Koroner, 2009 USU Repository © 2008
2004. Penelitian ini menggunakan alat observasi berupa anecdotal dimana observer mencatat hal-hal yang penting sesegera mungkin pada tingkah laku
istimewa saat penelitian berlangsung. Observasi dalam penelitian ini digunakan hanya sebagai alat tambahan yang
dilakukan pada saat wawancara berlangsung untuk melihat reaksi responden, antara lain: ekspresi wajah, gerakan tubuh, intonasi suara, melihat bagaimana
reaksi calon responden ketika peneliti meminta kesediaannya untuk diwawancarai, bagaimana sikap partisipan terhadap peneliti, bagaimana sikap dan reaksi
responden terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, bagaimana keadaan responden saat wawancara, hal-hal yang sering dilakukan responden dalam proses
wawancara.
D. Alat bantu pengambilan data