Interpretasi Data Responden I

Hartika Pratiwi : Social Support Pada Lansia Penderita Penyakit Jantung Koroner, 2009 USU Repository © 2008 R1W1b.1038-1043hal 22

4. Interpretasi Data Responden I

Penyakit jantung koroner dapat terjadi pada individu disebabkan karena faktor resiko yang tidak dapat dikontrol dan yang dapat dikontrol. Faktor yang tidak dapat dikontrol berupa usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, dan faktor resiko yang dapat dikontrol berupa dislipidemia, hipertensi, merokok, diabetes mellitus, diet lemak jenuh dan kolesterol, inaktivitas fisik, stres, dan kegemukan Sitorus, 2006. Penyakit jantung koroner yang dialami oleh Johan dapat terjadi karena faktor resiko yang tidak dapat dikontrol yaitu dari faktor usia dan jenis kelamin. Jenis kelamin laki-laki dan usia 45 tahun ke atas dapat mengakibatkan faktor resiko penyakit jantung koroner yang lebih tinggi Sitorus, 2006, sementara Johan memiliki jenis kelamin laki-laki dan berusia 66 tahun. Faktor resiko yang dapat dikontrol yang dapat menyebabkan Johan menderita penyakit jantung koroner adalah karena kebiasaan Johan yang merokok, meminum alkohol, dan makan-makanan yang berkolesterol tinggi, sehingga mengakibatkan ia hipertensi. Gejala fisik yang timbul akibat penyakit jantung koroner yang dialami Johan adalah seperti sesak di dada yang terkadang membuat ia sulit bernafas, nyeri dada seperti ditusuk-tusuk jarum, pegal-pegal, mudah lelah dan sulit untuk berjalan karena sesak di dada. Selain gejala fisik yang dialami Johan, ia juga merasa terkejut dengan diagnosa yang diberikandokter, rasa cemas dan ketakutan serta berpikir sesuatu yang buruk akan menimpanya yaitu ia bisa meninggal sewaktu-waktu yang Hartika Pratiwi : Social Support Pada Lansia Penderita Penyakit Jantung Koroner, 2009 USU Repository © 2008 membuat dia berpikir negatif tentang dirinya , ketidakberdayaannya yang membuat ia merasa tidak berguna karena sudah tidak bisa sekuat sebelum menderita panyakit jantung koroner. Sesekali ia merasa kurang percaya diri dengan ketidakmampuannya mengerjakan aktivitas yang dulu mudah ia kerjakan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Charmaz dalam Radley, 1994 bahwa ada empat kondisi psikologis yang dapat dialami oleh orang yang hidup dengan penyakit kronis seperti penyakit jantung koroner adalah : kehidupan yang terbatas, keterasingan sosial, definisi diri yang tidak baik dan merasa menjadi beban bagi orang lain. Keluarga dan orang-orang terdekat Johan tidak membiarkan Johan menghadapi sakit yang ia derita sendirian. Ia mendapatkan social support dari keluarga, teman, tetangga dan orang-orang di sekitarnya. Menurut Will Fegan dalam Sarafino, 2006 social support berupa emotionalesteem support, tangible or instrumental support, informational support dan companionship support. Dalam hal ini Johan mendapatkan beberapa bentuk social support. Adapun bentuk-bentuk social support yang diperoleh Johan adalah sebagai berikut : a. Emotionalesteem support Johan mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari anak, istri, teman- teman sepekerjaannya, tetangga, dan kerabat dekat. Keluarganya selalu memberikan penguatan dan semangat agar Johan dapat melewati segala keresahannya dalam menghadapi penyakit jantung koroner yang ia derita. Anak dan istrinya selalu memperhatikan makanan Johan yang non-kolesterol, obatnya agar tidak terlupa diminum, berolahraga setiap harinya. Selanjutnya anak dan Hartika Pratiwi : Social Support Pada Lansia Penderita Penyakit Jantung Koroner, 2009 USU Repository © 2008 cucunya juga sering mengajaknya pergi rekreasi ke tempat-tempat wisata agar ia dapat melupakan sejenak sakit yang ia rasakan. Johan pernah mendapatkan penguatan saat ia harus menjalani operasi dari tim kerohaniaan rumah sakit yang memberikan semangat saat ia harus menjalani operasi pintas koroner. Teman-temannya juga mengunjunginya untuk menambah ketabahan Johan dalam mengahadapi sakit yang ia derita. Teman-teman Johan bersedia mendengarkan segala keluh kesah Johan dalam menghadapi yang ia derita. Keluarga Johan mengadakan acara doa dan syukuran untuk kesembuhan Johan setelah menjalani operasi. b. Tangible or instrumental support Operasi pintas koroner yang Johan lakukan mendapat bantuan biaya dari ASKES sebagai fasilitas kepegawaiannya dulu. Selain itu anak-anak dan kerabatnya juga ikut mengulurkan tangan untuk melengkapi biaya pengobatan Johan yang masih terus berjalan hingga saat ini. Setiap hari anak dan istrinya selalu mempersiapkan makanan-makanan yang termasuk ke dalam daftar gizi yang boleh dimakan Johan. Pengobatan rutin Johan terkadang diantar oleh anaknya, sedangkan kalau kontrol di Jakarta ia selalu diantar oleh kemenakannya. c. Informational support Keluarga, teman, dan tetangga Johan selalu menyarankan Johan untuk menjalani pengobatan, baik tradisional, alternatif ataupun dengan cara medis. Tim kerohanian rumah sakit pernah menasehati Johan agar ia harus memasrahkan sakit yang ia derita dan senantiasa berusaha. Keluarga, teman-teman dan tetangga selalu mengingatkan Johan agar menjaga kesehatannya, tidak terlalu lelah dan Hartika Pratiwi : Social Support Pada Lansia Penderita Penyakit Jantung Koroner, 2009 USU Repository © 2008 memikirkan sesuatu yang dapat membuat penyakitnya kambuh. Dokter juga ikut mengingatkan Johan untuk tetap menjaga makanan dan kegiatan Johan demi menjaga kesehatan Johan sendiri. d. Companionship support Johan masih sering berkumpul dengan teman-temannya untuk bercerita dan mencurahkan isi hatinya sehingga Johan dapat melupakan sakit yang ia rasakan. Tetangga-tetangga sekitar rumahnya juga selalu mengajak Johan untuk jalan pagi bersama setelah sholat shubuh yang telah menjadi kebiasaan Johan. Johan masih sering berhubungan dengan temannya sesama penderita penyakit jantung koroner, ia merasa gembira bila telah mengetahui kabar teman-temannya yang senasib dengannya. Hartika Pratiwi : Social Support Pada Lansia Penderita Penyakit Jantung Koroner, 2009 USU Repository © 2008 Tabel 3 Gambaran Social Support Pada Responden I No Bentuk social support Ekspresi social support 1 Emotional support • Mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari anak, istri, teman dan kerabat dekat. • Mendapatkan semangat dan penguatan dari anak, istri, teman dan tim kerohanian rumah sakit. • Perhatian terhadap makanan dan pola hidup sehat Johan • Teman-temannya mengunjungi Johan 2 Instrumental support • Mendapatkan bantuan biaya operasi dan berobat dari ASKES • Mendapatkan bantuan keuangan dari anak dan kerabat dekat. • Anak dan istri selalu mempersiapkan makanan Johan. • Johan diantar berobat dan kontrol oleh anak dan kemenakannya. 3 Informational support • Saran dari teman, keluarga, dan kerabat untuk mencoba pengobatan alternatif dan tradisional. • Nasehat yang diberikan oleh tim kerohanian rumah sakit untuk memasrahkan semuanya kepada Allah SWT. • Nasehat dan anjuran dari keluarga, teman dan tetangga untuk senantiasa istirahat dan menjaga kesehatan. 4 Companionship support • Berkumpul dengan teman-temannya untuk bercerita-cerita. • Olahraga jalan pagi setelah shubuh bersama tetangga dekat rumah. • Masih berhubungan dengan teman- temannya yang sama-sama menderita penyakit jantung koroner. Hartika Pratiwi : Social Support Pada Lansia Penderita Penyakit Jantung Koroner, 2009 USU Repository © 2008

B. Responden II Risdiana 1. Analisa Data Risdiana

a. Identitas Diri Responden I Risdiana Tabel 4. Gambaran Umum Responden II

Keterangan Responden I Nama Risdiana Jenis Kelamin Perempuan Usia 60 tahun Agama Islam Status Menikah janda Pendidikan terakhir SMEA Pekerjaan Ibu rumah tangga Tahun Diagnosa PJK 2006 Tahun Operasi -

b. Deskripsi Data Responden II

Responden II dalam penelitian ini adalah seorang ibu yang bernama Risdiana. Seorang wanita yang berusia 60 tahun bersuku Minang. Risdiana menderita penyakit jantung koroner sejak tahun 2006-2009. Peneliti mengenal responden saat responden sedang melakukan kontrol di RSU Pirngadi Medan. Risdiana melakukan kontrol jantung dan mengambil obat dua kali dalam sebulan. Risdiana memiliki dua orang anak laki-laki, anak tertuanya tinggal di Jakarta untuk bekerja sedangkan anak yang kedua tinggal bersamanya. Risdiana telah hidup menjanda sejak tahun 2005. Suaminya meninggal karena sakit lever. Setelah suaminya meninggal dunia, ia benar-benar merasa terpukul dan kehilangan yang sangat mendalam. Ia merasa kesepian karena anak- anaknya sering berada di luar rumah, dan ia sering berada di rumah sendirian. Hal ini jauh berbeda dengan keadaan sebelum suaminya meninggal dunia, saat itu ada