Berdasarkan kedua pendekatan pengajaran menulis seperti tertera pada tabel 2.1, dapat diketahui kelemahan dan keunggulannya. Pada pendekatan
tradisional, pengajar memberikan topik tulisan dan setelah siswa mengerjakan tugas tersebut selama satu jam pelajaran, pengajar mengumpulkan pekerjaan
siswa untuk dievaluasi. Dengan model pembelajaran seperti ini, biasanya hanya sedikit saja siswa yang dapat menghasilkan tulisan yang baik. Sebagian
besar siswa biasanya hanya menghasilkan tulisan yang kurang baik. Menyadari terhadap kenyataan yang tidak menguntungkan bagi upaya
pengembangan keterampilan menulis bagi siswa seperti digambarkan di atas, selayaknya dapat diterapkan model atau pendekatan keterampilan proses
dalam pembelajaran menulis. Untuk itu, terlebih dahulu perlu diketahui proses kreatif dalam menulis.
c. Evaluasi Pembelajaran Menulis
Nitko dan Brookkhart mendefinisikan evaluasi sebagai suatu proses penetapan nilai yang berkaitan dengan kinerja dan hasil karya siswa.
25
Penilaian merupakan upaya pengumpulan informasi untuk mengetahui seberapa jauh kompetensi berbahasa dan bersastra Indonesia yang sudah
dicapai oleh siswa setelah beberapa tatap muka di kelas, pada tenggah semester, akhir semester, atau akhir tahun. Adapun aspek penilaian mencakup
tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotor, Ketiga aspek ini meliputi keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis, baik yang
berkaitan dengan bahasa maupun sastra Indonesia.
26
Melalui evaluasi, seorang pengajar dapat 1 mengetahui tingkat ketahuan dan keterampilan menulis siswa, 2 mengetahui keberhasilan proses
25
Harun Rasyid dan Mansur, Penilaian Hasil Belajar, Bandung: CV Wacana Prima, 2009, h. 2
26
Ibid,. h. 13
belajar mengajar yang telah dilaksanakan, dan 3 menentukan kebijakan selanjutnya.
Evaluasi pembelajaran
menulis meliputi
kemampuan siswa
mengorganisasikan dan mengemukakan gagasan dalam bentuk bahasa yang tepat. Dengan kata lain, penilaian yang dilakukan dalam tes menulis
mempertimbangakan kesesuaian judul, penataan, gagasan, paragraf, diksi, ejaan, tanda baca, dan bahasa dalam kaitanya dengan konteks dan isi. Aspek-
aspek ini tidak dinilai sekaligus, melainkan melaui proses dan secara bertahap sebagaimana telah ditentukan dalam kurikulum yang berlaku.
Evaluasi menulis dapat diketahui dengan menggunakan alat ukur tes menulis. Tes menulis dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, antara
lain, pendekatan diskret, pendekatan integrati dan pendekatan pragmatik atau pendekatan komunikatif.
27
Tes menulis dengan pendekatan diskret dilakukan dengan pemisahan aspek kemampuan, seperti tes ejaan dan tanda baca, tes tata
bahasa, tes menyusun kalimat, tes menyusun paragraf, dan sebagainya. Tes menulis dengan pendekatan integratif dilakukan dengan cara menyatukan
semua apek kemampuan menulis; siswa membuat tulisan secara utuh. Tes menulis dengan endekatan pragmatik atau komunikatif menekankan pada
kemampuan berkomunikasi secara tertulis, baik dari kejelasan dalam mengemukakan gagasan, pilihan kata, organisasi paragraf, keterbacaan teks,
dan sebagainya.
d. Teks Wawancara sebagai Salah Satu Media Pembelajaran
Menulis
Kata Media berasal dari bahasa Latin, yakni medius yang secara harfiahnya berarti ‘tengah’, ‘pengantar’, atau ‘perantara’. Jadi media
27
Sri Wahyuni dan Abd.Syukur, Asesmen Pembelajaran Bahasa, bandung: penerbit Refika Aditama, 2012, Cet.I, Hal,37
pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif
di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.
28
Media pembelajaran merupakan sarana yang digunakan oleh siswa atau guru untuk menunjang proses belajar mengajar. Media dan proses
penggunaanya mungkin jarang terpikirkan dalam proses belajar mengajar. Media pembelajaran seharusnya dapat meningkatkan itensitas pengajaran
menulis. Dengan media pembelajaran, pengajaran akan semakin bergairah, menarik dan mempermudah proses belajar mengajar.
Teks wawancara dapat digunakan sebagai salah satu media pembelajaran menulis, karena pada hakikatnya, wawancara merupakan tanya
jawab dengan seseorang yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai sesuatu hal untuk dimuat di surat kabar, disiarkan
melalui radio, atau ditanyangkan pada layar televisi.
29
Dengan kata lain, teks wawancara bukan lagi hal yang asing dalam lingkungan siswa.
Teks wawancara adalah bentuk penyajian informasi berupa tanya jawab secara tertulis yang diperoleh dari kegiatan. Wawancara merupakan
suatu cara untuk mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan langsung kepada seorang narasumber.
Menulis karangan deskripsi berdasarkan teks wawancara merupakan kegiatan mengubah teks wawancara menjadi karangan deskripsi. Deskripsi
adalah suatu bentuk karangan yang melukiskan atau memerikan sesuatu hal sejelas jelasnya sehingga pembaca seolah-olah menyaksikan
atau
28
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran sebuah pendekatan baru, Jakarta: Gaung Persada Press, 2012, h. 8.
29
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2008, h.1619
mengalaminya sendiri.
30
Melalui deskripsi, penulis memindahkan kesan- kesannya, hasil pengamatan, dan perasaan kepada pembaca. Dia gambarkan
sifat, ciri, serta rincian wujud yang terdapat pada objek yang dilukiskannya. Penggunaan
teks wawancara
sebagai alat
bantu dalam
mengembangkan karangan deskripsi akan membantu siswa untuk menggambarkan tokoh secara rinci. Kegiatan seperti ini menyuburkan
kesempatan kreatif bagi siswa dalam menampilkan gagasan dan keahlian memilih kata serta merangkainya menjadi kalimat.
3. Hasil Penelitian yang Relevan
Untuk menghindari duplikasi, peneliti melakukan penelusuran terhadap penelitian-penelitian terdahulu. Dari hasil penelusuran penelitian terdahulu, diperoleh
beberapa masalah yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, yaitu: Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Sunarti 2013 dengan judul
“Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Media Gambar Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 6 Tanjungpinang Tahun Ajaran 20122013.
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Hasil penelitiannya adalah bahwa kemampuan siswa menulis karangan narasi melalui media gambar
berada pada kategori tinggi dengan nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 70,78 .
Penelitian tersebut diatas memiliki kesamaan dengan penelitian yang akan penulis lakukan, yaitu keduanya sama meneliti kemampuan siswa dalam menulis
karangan narasi namun terdapat perbedaan yaitu penelitian diatas dalam melihat kemampuan menulis karangan narasi berdasarkan media gambar sedangkan penulis
berdasarkan teks wawancara.
31
30
Suparno Mohamad Yunus, Keterampilan Dasar Menulis, Jakarta: Universitas Terbuka, 2006, h. 4.6.
31
Dewi Sunarti, Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Media Gambar Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 6 Tanjungpinang Tahun Ajaran 20122013, Tanjungpinang,
2012