Informan Pendukung Karakteristik Informan

“...awal-awal neng, kan udah ada APN+IMD tuh 2008, yaaa sekitar 2009 dah kayak nya...”bidan N “Pokoknya pertama dicetuskan dan Depkes menyetujui yaudah kita langsung melaksanakan... ”bidan SA “...kalo gak salah sekitar 2009 apa 2010 lah gitu...bidan A Perilaku bidan dalam pelaksanaan IMD di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan terkait dengan tindakan yang dilakukan bidan dalam langkah- langkah pelaksanaan IMD. Saat bayi lahir, terdapat tiga langkah pelaksanaan IMD yang dilakukan oleh bidan.

1. Langkah pertama

Setelah melakukan observasi terhadap proses persalinan sebanyak 15 kali di PKM Kecamatan Pesanggrahan diketahui bahwa langkah pertama yang dilakukan bidan dalam pelaksanaan IMD dimulai dengan menilai kondisi bayi baru lahir dan mengeringkan tubuh bayi. Penilaian awal kondisi bayi baru lahir dimulai dengan mencatat waktu kelahiran bayi dalam lembar catatan persalinan. Selanjutnya, dalam waktu dua detik pertama setelah kelahiran bayi, bidan segera menilai kondisi bayi untuk memastikan kemungkinan melakukan tindakan resusitasi pada bayi. Berdasarkan seluruh proses persalinan yang diobservasi, tidak ada bayi yang menunjukkan gejala asfiksia. Sehingga, bidan tidak melakukan tindakan resusitasi pada bayi. Hasil observasi diapat dilihat pada lampiran 6a. Hasil observasi tersebut diperkuat dengan hasil wawancara terhadap informan utama yang menyatakan bahwa tindakan resusitasi harus dilakukan apabila bayi baru lahir menunjukkan gejala asfiksia. Berikut pemaparan informan utama: “...bayi lahir tidak menangis, gak mungkin dong langsung IMD, pasti resusitasi dulu...”bidan N “...kita lihat kondisi bayi kan, kalo pernapasannya bagus kita langsung bersihin ...”bidan SA “...kalo dia asfiksia berarti kan kita perlu pertolongan asfiksianya dulu...”bidan A Setelah dipastikan bayi tidak mengalami asfiksia, bidan mulai mengeringkan seluruh tubuh bayi kecuali kedua tangan bayi. Hasil observasi diapat dilihat pada lampiran 6a. Hasil observasi tersebut diperkuat dengan hasil wawancara terhadap informan utama yang menyatakan bahwa jika bayi tidak menunjukkan gejala asfiksia, maka bidan segera mengeringkan tubuh bayi kecuali kedua tangan bayi. Berikut pemaparan informan utama: “...kalo pernapasannya bagus kita langsung bersihin kan..”bidan SA “...kalo bayi lahir dia nangis, langsung taro ke atas perut ibunya, secara tidak langsung tanpa di lap tangan- tangannya...”bidan A Selanjutnya, berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama diketahui bahwa bidan tidak membersihkan kedua tangan bayi karena tidak ada perintah bagi bidan untuk mengeringkan tangan bayi. Selain itu, bau air ketuban yang melekat di tangan bayi memiliki bau yang sama dengan payudara ibu, sehingga dapat membantu bayi untuk menemukan puting susu ibunya. Berikut pemaparan informan utama: “...karna gak ada teorinya neng untuk memerintah kita membersihkan...”bidan N “...bau air ketubannya itu sama kayak payudara ibu...”bidan SA “ya lemaknya jangan, karena itu bau air ketuban kan untuk ngerangsang dia...”bidan E “...karna air ketuban itu baunya sama dengan si puting ibunya...”bidan A Setelah tubuh bayi dibersihkan, bidan mengklem dan memotong tali pusat bayi. Selanjutnya, bidan memberikan suntikan syntosinon 10UI pada bagian paha ibu bersalin. Hasil observasi dapat dilihat pada lampiran 6a. Berdasarkan hasil wawancara terhadap informan utama, diketahui bahwa terdapat lima jenis obat kimiawi yang digunakan selama persalinan, yaitu sintosinon, methergin, cairan infus, antibiotik, dan vitamin A. Namun, menurut informan utama, dari kelima jenis obat kimiawi tersebut hanya sintosinon yang wajib diberikan kepada ibu bersalin sesuai dengan standar dalam APN. Pemberian suntikan sintosinon 10UI pada ibu bersalin bertujuan untuk merangsang kontraksi uterus agar plasenta segera lahir. Sedangkan, penggunaan keempat jenis obat kimiawi lainnya disesuaikan dengan kondisi ibu bersalin dan