dalam satu jam setelah melahirkan adalah penolong persalinan. Bidan sebagai tenaga penolong persalinan berperan penting dalam memberikan dukungan
pada ibu hamil untuk melaksanakan IMD. Salah satu faktor yang menyebabkan bidan memberikan dukungan pada ibu hamil untuk
melaksanakan IMD adalah pengetahuan tentang IMD dan ASI yang dimiliki oleh bidan.
Penolong persalinan merupakan kunci utama keberhasilan IMD karena dalam 30 menit pertama setelah bayi lahir umumnya peran penolong
persalinan masih sangat dominan. Apabila ibu difasilitasi oleh penolong persalinan untuk segera memeluk bayinya diharapkan interaksi ibu dan bayi
akan segera terjadi. Dengan IMD, ibu semakin percaya diri untuk tetap memberikan ASI nya sehingga tidak merasa perlu untuk memberikan
makanan atau minuman apapun kepada bayi karena bayi bisa nyaman menempel pada payudara ibu atau tenang dalam pelukan ibu segera setelah
lahir Fikawati Syafiq, 2003 . Apabila penolong persalinan terlambat memfasilitasi IMD lebih dari
20-30 menit, maka kadar hormon prolaktin dalam darah ibu akan menurun dan sulit untuk menstabilkannya kembali. Hal tersebut menyebabkan produksi
ASI kurang lancar dan baru akan keluar setelah 3 hari atau lebih. Keadaan ini membuat bayi menjadi rewel karena kehauasan, sehingga penolong persalinan
akan memberikan makanan atau minuman prelakteal yang meneyebabkan kegagalan ASI eksklusif Fikawati Syafiq, 2003 .
Penelitian Niswah dan Noveri 2010 di Semarang menyatakan bahwa bidan dengan tingkat pengetahuan baik dan memiliki sikap positif yang
mendukung program IMD cenderung akan memfasilitasi IMD dengan baik. Sedangkan penelitian Legawati, dkk 2011 di Palangka Raya menyatakan
bahwa bidan masih memiliki pemahaman yang berbeda mengenai pelaksanaan IMD karena program ini masih dianggap baru, sehingga
menimbulkan keraguan dan kesulitan untuk menerapkannya. Selain itu, ketidaksabaran bidan dalam memfasilitasi IMD karena alasan keterbatasan
waktu padahal masih banyak tugas yang harus diselesaikan menjadi penyebab kegagalan pelaksanaan IMD.
Target pencapaian ASI eksklusif di Indonesia sebesar 80, namun angka pemberian ASI segera di Indonesia masih rendah. Berdasarkan Laporan
Riskesdas 2010, IMD di Indonesia sebesar 29,3. Sedangkan DKI Jakarta memiliki persentase IMD sebesar 33,1. Meskipun DKI Jakarta memiliki
persentase IMD lebih tinggi dari rata-rata nasional, namun persentase tersebut menunjukkan bahwa DKI Jakarta belum mencapai target ASI Eksklusif.
Cakupan ASI eksklusif di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2012 sebesar 51,2 Anggraeni, 2012. Sedangkan salah satu
upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai target ASI eksklusif adalah melalui IMD.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil studi pendahuluan melalui observasi persalinan, bahwa dari dua orang ibu yang melahirkan secara normal di RB PKM
Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan bulan Februari sampai Maret 2013 tidak ada satupun bayi yang berhasil melakukan IMD. Hal ini terjadi karena
bidan belum melakukan tindakan IMD dengan tepat sesuai pedoman langkah-langkah IMD dalam asuhan bayi baru lahir.
Tindakan bidan yang kurang tepat dalam pelaksanaan IMD yaitu bidan tidak segera meletakkan bayi tengkurap di dada ibu setelah tali pusat
dipotong. Selain itu, bidan juga tidak memberi kesempatan pada bayi untuk melakukan kontak kulit antara ibu dan bayi minimal selama satu jam.
Ketidaktepatan tindakan bidan tersebut menyebabkan tidak ada kesempatan bagi bayi untuk mencari dan menemukan puting susu ibu untuk mulai
menyusu. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk meneliti perilaku bidan dalam pelaksanaan IMD di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan
tahun 2013.
C. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana gambaran perilaku bidan dalam pelaksanaan IMD di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2013?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran perilaku bidan dalam pelaksanaan IMD di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2013.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran perilaku bidan dalam langkah pertama
pelaksanaan IMD di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta
Selatan tahun 2013.
b. Diketahuinya gambaran perilaku bidan dalam langkah kedua
pelaksanaan IMD di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta
Selatan tahun 2013.
c. Diketahuinya gambaran perilaku bidan dalam langkah ketiga
pelaksanaan IMD di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta
Selatan tahun 2013. E.
Manfaat Penelitian 1.
Bagi Peneliti
a. Menambah wawasan peneliti mengenai inisiasi menyusu dini.
b. Mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama masa perkuliahan.
c. Memiliki pengalaman dalam melakukan penelitian terkait dengan gizi
kesehatan masyarakat.
2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat
Menjadi referensi tambahan bagi penelitian serupa.
3. Bagi Puskesmas
Memberikan masukan kepada pihak puskesmas untuk meningkatkan kualitas bidan penolong persalinan dalam pelaksanaan IMD.
4. Bagi Kementerian Kesehatan
Mensosialisasikan program IMD secara rutin dan berkesinambungan di seluruh Indonesia.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan oleh Mahasiswa Peminatan Gizi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan
April sampai Agustus 2013 tentang gambaran perilaku bidan dalam pelaksanaan inisasi menyusu dini di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan
Jakarta Selatan tahun 2013. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini menggunakan perpanjangan pengamatan serta triangulasi
sumber dan teknik untuk menjaga validitas data penelitian. Perpanjangan pengamatan yaitu melakukan observasi terus-menerus
terhadap pelaksanaan IMD dalam jangka waktu dua bulan. Selanjutnya, triangulasi sumber yang digunakan adalah wawancara mendalam terhadap
bidan penolong persalinan dan ibu bersalin di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan. Kemudian, triangulasi teknik yang digunakan adalah observasi
dan wawancara mendalam tentang pelaksanaan IMD kepada bidan penolong persalinan serta studi dokumen data persalinan.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Inisiasi Menyusu Dini IMD
1. Pengertian IMD
Inisiasi menyusu dini IMD adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Jadi, sebenarnya bayi manusia seperti juga bayi mamalia lain
mempunyai kemampuan untuk menyusu sendiri. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya, setidaknya selama satu jam segera
setelah lahir. Cara bayi melakukan IMD ini dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari payudara Roesli, 2012.
Ada beberapa intervensi yang dapat mengganggu kemampuan alami bayi untuk mencari dan menemukan sendiri payudara ibunya. Di
antaranya obat kimiawi yang diberikan saat ibu melahirkan bisa sampai ke janin melalui ari-ari dan mungkin menyebabkan bayi sulit menyusu pada
payudara ibu. Selanjutnya, kelahiran dengan obat-obatan atau tindakan, seperti operasi caesar, vakum atau forcep, bahkan perasaan sakit di daerah
kulit yang digunting saat episiotomi dapat pula mengganggu kemampuan alamiah ini Roesli, 2012.