BAB 6 PEMBAHASAN
6.1. Distribusi Proporsi Penderita PPOK Berdasarkan Waktu
Distrbusi proporsi penderita PPOK berdasarkan waktu yang dirawat inap di RSUD Aceh Tamiang Tahun 2007 dan Tahun 2008 dapat dilihat pada gambar
6.1.
3 6
2 4
3 3
8
2 2
6 11
8
2 4
3 4
6 5
8 10
9 12
10 8
y = 0.4196x + 2.1061 y = 0.7797x + 1.6818
2 4
6 8
10 12
14
Ja nu
ar i
Fe br
ua ri
Ma re
t Ap
ril Me
i Ju
ni Ju
li Ag
us tu
s Se
pt em
be r
O kt
ob er
N ov
em be
r D
es em
be r
bulan fr
e k
ue ns
i
tahun 2007 tahun 2008
Linear tahun 2007 Linear tahun 2008
Gambar 6.1. Diagram Batang Penderita PPOK Berdasarkan Waktu di RSUD Aceh Tamiang Tahun 2007 dan tahun 2008
Berdasarkan gambar 6.1 dapat dilihat bahwa frekuensi penderita PPOK yang dirawat inap di RSUD Aceh Tamiang tahun 2007 tertinggi pada bulan
November sebanyak 11 kasus dan tahun 2008 tertinggi pada bulan Oktober sebanyak 12 kasus. Trend atau kecendrungan penderita PPOK yang dirawat inap
di RSUD Aceh Tamiang tahun 2007 dan 2008 dengan metode Least Square berdasarkan data kunjungan perbulan mengalami peningkatan menurut persamaan
garis masing-masing y=2,11+0,42x dan y = 1,68 + 0,78x.
Anita Rahmatika : Karakteristik Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Yang Di Rawat Inap Di RSUD Aceh Tamiang Tahun 2007-2008, 2010.
Hal ini tidak menunjukkan secara langsung bahwa terjadi peningkatan penderita PPOK di masyarakat, tetapi yang mengalami peningkatan adalah
penderita PPOK yang berobat ke RSUD Aceh tamiang tahun 2007-2008.
6.2. Distribusi Proporsi Penderita PPOK berdasarkan Sosiodemografi
6.2.1. Umur dan Jenis Kelamin
Proporsi penderita PPOK berdasarkan umur dan jenis kelamin yang dirawat inap di RSUD Aceh Tamiang Tahun 2007-2008 dapat dilihat pada gambar
6.2.
43.2
21.6
7.2 7.2
6.5 14.4
50 50-60
60
U m
ur Ta
h un
Proporsi
Laki-Laki Perempuan
Gambar 6.2. Diagram Batang Distribusi Proporsi Penderita PPOK Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di RSUD Aceh
Tamiang Tahun 2007-2008
Berdasarkan gambar 6.2. dapat dilihat bahwa proporsi umur penderita PPOK tertinggi pada kelompok umur 60 tahun, dengan proporsi laki-laki 43,2
dan perempuan 14,4. Gejala PPOK jarang muncul pada usia muda, umumnya setelah usia 50 tahun keatas.
27
Sex ratio penderita PPOK sebesar 256,41, menunjukkan bahwa jumlah
penderita laki-laki lebih besar daripada penderita perempuan. Hal ini dikaitkan
Anita Rahmatika : Karakteristik Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Yang Di Rawat Inap Di RSUD Aceh Tamiang Tahun 2007-2008, 2010.
dengan lebih banyak ditemukan perokok pada laki-laki dibandingkan pada wanita. Dalam kurun waktu 1988 dan 1993 Survei MONICA Multinational of Trends
and Determinants In Cardiovascular Diseases menunjukkan bahwa prevalensi kebiasaan merokok telah meningkat dari 5,9 menjadi 6,2 pada wanita, dan
sedikit menurun dari 59,9 menjadi 56,9 pada laki-laki.
9
Risiko PPOK yang diakibatkan oleh rokok empat kali lebih besar daripada bukan perokok.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Shinta di RSU dr. Soetomo Surabaya pada tahun 2006 dengan metode penelitian case series bahwa proporsi
tertinggi penderita PPOK pada kelompok umur 61 tahun dengan proporsi 84,8 dari 46 penderita.
8
6.2.2. Agama
Proporsi penderita PPOK berdasarkan agama yang dirawat inap di RSUD Aceh Tamiang Tahun 2007-2008 dapat dilihat pada gambar 6.3.
Islam
100
Gambar 6.3. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita PPOK Berdasarkan Agama di RSUD Aceh Tamiang Tahun 2007-2008
Berdasarkan gambar 6.3 dapat dilihat bahwa proporsi penderita PPOK seluruhnya beragama Islam 100. Hal ini bukan berarti penganut agama Islam
lebih berisiko untuk menderita PPOK. Namun berkaitan dengan penderita PPOK yang berobat ke RSUD Aceh Tamiang semuanya beragama Islam.
Anita Rahmatika : Karakteristik Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Yang Di Rawat Inap Di RSUD Aceh Tamiang Tahun 2007-2008, 2010.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Manik di RS Haji Medan pada tahun 2002-2004 dengan metode penelitian case series bahwa proporsi
tertinggi mayoritas beragama islam 99,2 dari 132 penderita.
12
6.2.3. Tempat Tinggal
Proporsi penderita PPOK berdasarkan tempat tinggal yang dirawat inap di RSUD Aceh Tamiang Tahun 2007-2008 dapat dilihat pada gambar 6.4.
51.1 48.9
Luar Kualasimpang Kualasimpang
Gambar 6.4. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita PPOK Berdasarkan Tempat Tinggal di RSUD Aceh Tamiang Tahun 2007-2008
Berdasarkan gambar 6.4 dapat dilihat bahwa proporsi penderita PPOK
berdasarkan tempat tinggal lebih tinggi dari luar Aceh Tamiang 51,1 dibandingkan dari Kualasimpang 48,9.
Hal ini bukan berarti yang bertempat tinggal di Aceh Tamiang lebih berisiko untuk menderita PPOK. Namun berkaitan dengan penderita PPOK yang
berobat ke RSUD Aceh Tamiang semuanya bertempat tinggal di Aceh Tamiang.
6.2.4. Pekerjaan
Proporsi penderita PPOK berdasarkan pekerjaan yang dirawat inap di RSUD Aceh Tamiang Tahun 2007-2008 dapat dilihat pada gambar 6.5.
Anita Rahmatika : Karakteristik Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Yang Di Rawat Inap Di RSUD Aceh Tamiang Tahun 2007-2008, 2010.
30.3 23.7
23.7 12.9
3.6 3.6
2.2 5
10 15
20 25
30 35
Pe tan
i W
ira sw
asta Ibu
R um
ah Ta
ngg a
Pe nsiu
nan PN
ST NIP
OL RI
PN ST
NIP OL
RI Tid
ak B eke
rja Pe
gaw ai S
wa sta
Pekerjaan P
ropor s
i
Gambar 6.5. Diagram Batang Distribusi Proporsi Penderita PPOK Berdasarkan Pekerjaan di RSUD Aceh Tamiang Tahun
2007-2008
Berdasarkan gambar 6.5 di atas dapat dilihat bahwa proporsi pekerjaan penderita PPOK tertinggi adalah petani 30,2 dan terendah pegawai swasta 2,2.
Hal ini dikaitkan dengan proporsi pendidikan penderita tertinggi adalah SLTA 29,6, tidak sekolah 23, SD dan SLTP masing-masing 19,4 dan
terendah AkademiPerguruan Tinggi 8,6. Faktor pekerjaan berhubungan erat dengan unsur alergi dan
hiperreaktivitas bronkus. Dan umumnya pekerja yang bekerja dilingkungan yang berdebu akan lebih mudah terkena PPOK.
7,11
6.2.5. Suku
Proporsi penderita PPOK berdasarkan suku yang dirawat inap di RSUD Aceh Tamiang Tahun 2007-2008 dapat dilihat pada gambar 6.6.
Anita Rahmatika : Karakteristik Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Yang Di Rawat Inap Di RSUD Aceh Tamiang Tahun 2007-2008, 2010.
44.7
30.2 20.1
3.6 1.4
Aceh Jawa
Melayu Minang
Batak
Gambar 6.6. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita PPOK Berdasarkan Suku di RSUD Aceh Tamiang Tahun 2007-2008
Berdasarkan gambar 6.6. dapat dilihat bahwa proporsi suku penderita
PPOK tertinggi adalah Aceh 44,7 dan terendah suku Batak 1,4. Hal ini bukan berarti suku Aceh lebih berisiko untuk menderita PPOK.
Namun berkaitan dengan penderita PPOK yang berobat ke RSUD Aceh Tamiang mayoritas suku Aceh.
6.2.6. Pendidikan
Proporsi penderita PPOK berdasarkan pendidikan yang dirawat inap di RSUD Aceh Tamiang Tahun 2007-2008 dapat dilihat pada gambar 6.7.
Anita Rahmatika : Karakteristik Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Yang Di Rawat Inap Di RSUD Aceh Tamiang Tahun 2007-2008, 2010.
29.6
23.0 19.4
19.4 8.6
SLTA Tidak Sekolah
SLTP SD
AkademiPerguruan Tinggi
Gambar 6.7. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita PPOK Berdasarkan Pendidikan di RSUD Aceh Tamiang Tahun 2007-2008
Berdasarkan gambar 6.7. dapat dilihat bahwa proporsi pendidikan
penderita PPOK tertinggi adalah SLTA 29,6 dan terendah tidak sekolah 8,6. Hal ini bukan berarti penderita PPOK dengan pendidikan SLTA lebih berisiko
untuk menderita PPOK. Namun berkaitan dengan penderita PPOK yang berobat ke RSUD Aceh Tamiang mayoritas berpendidikan SLTA. Hal ini menunjukkan
bahwa dengan pendidikan yang cukup tinggi pun masih banyak ditemui penderita PPOK yang dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
PPOK. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Manik di RS Haji Medan
pada tahun 2002-2004 dengan metode penelitian case series bahwa proporsi tertinggi penderita PPOK berpendidikan SLTA 25 dari 132 penderita.
12
Anita Rahmatika : Karakteristik Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Yang Di Rawat Inap Di RSUD Aceh Tamiang Tahun 2007-2008, 2010.
6.3. Distribusi Proporsi Penderita PPOK Berdasarkan Keadaan Medis
6.3.1. Jenis Penyakit Sebelumnya
Proporsi penderita PPOK berdasarkan jenis penyakit sebelumnya yang dirawat inap di RSUD Aceh Tamiang Tahun 2007-2008 dapat dilihat pada gambar
6.8.
42.4
20.1 20.1
9.4 5
10 15
20 25
30 35
40 45
Bronkhitis Kronis Asma Bronkial
Emfisema TBC Paru
Jenis Penyakit Sebelum nya P
rop or
s i
Gambar 6.8. Diagram Batang Distribusi Proporsi Penderita PPOK Berdasarkan Jenis Penyakit Sebelumnya di RSUD Aceh
Tamiang Tahun 2007-2008
Berdasarkan gambar 6.8. dapat dilihat bahwa jenis penyakit sebelumnya penderita PPOK tertinggi adalah bronchitis kronis dengan proporsi 42,4 dan
terendah TBC Paru dengan proporsi 9,4. Penyakit-penyakit paru yang secara klinis dapat menimbulkan PPOK ialah
asma bronkial, bronkhitis kronis, dan emfisema. Ketiga penyakit tersebut masing- masing dapat berlanjut ke PPOK yang berat. Infeksi paru seperti TBC Paru yang
parah akan menimbulkan kelainan paru berupa peradangan jaringan fibrosis.
7,26
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Hisyam dan Nurohman di Rumah Sakit dr. Sardjito Yogyakarta tahun 1996 sampai 1999 dengan metode
penelitian case series bahwa proporsi tertinggi penderita PPOK dengan jenis penyakit sebelumnya bronkhitis kronis 54 dari 55 penderita.
11
Anita Rahmatika : Karakteristik Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Yang Di Rawat Inap Di RSUD Aceh Tamiang Tahun 2007-2008, 2010.
6.3.2. Jenis Komplikasi
Proporsi penderita PPOK berdasarkan jenis komplikasi yang dirawat inap di RSUD Aceh Tamiang Tahun 2007-2008 dapat dilihat pada gambar 6.9.
43.2
43.2 13.6
Gagal Nafas Kor Pulmonal
Hipertensi
Gambar 6.9. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita PPOK Berdasarkan Jenis Komplikasi di RSUD Aceh Tamiang Tahun 2007-2008
Berdasarkan gambar 6.9. dapat dilihat bahwa jenis komplikasi penderita
PPOK tertinggi adalah Gagal Nafas dan Kor Pulmonal dengan proporsi 43,2 dan terendah Hipertensi dengan proporsi 13,6.
Komplikasi yang dapat terjadi pada PPOK adalah Kor Pulmonal dan gagal nafas yang digolongkan menjadi gagal nafas kronik dan gagal nafas akut. Pada
gagal nafas kronik ditandai dengan sesak nafas dengan atau tanpa sianosis, sputum bertambah dan puruen, demam, dan kesadaran menurun.
19
Pada stadium lanjut akan terjadi gangguan pada jantung kanan yang dikenal sebagai kor
pulmonal. Pada stadium ini penderita selalu sesak nafas walaupun hanya melakukan pekerjaan rutin sehari-hari misalnya memakai baju.
7
Hipertensi pada PPOK terjadi akibat efek langsung asap rokok terhadap pembuluh darah
Anita Rahmatika : Karakteristik Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Yang Di Rawat Inap Di RSUD Aceh Tamiang Tahun 2007-2008, 2010.
intrapulmoner.
19
Pada dasarnya hipertensi bukan merupakan komplikasi melainkan sebagai penyakit penyerta pada penderita PPOK.
6.3.3. Tingkat Keparahan
Proporsi penderita PPOK berdasarkan tingkat keparahan yang dirawat inap di RSUD Aceh Tamiang Tahun 2007-2008 dapat dilihat pada gambar 6.10.
64.1 30.9
3.6 1.4
Tingkat II Tingkat I
PPOK Normal Tingkat III
Gambar 6.10. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita PPOK Berdasarkan Tingkat Keparahan di RSUD Aceh Tamiang
Tahun 2007-2008 Berdasarkan gambar 6.10. dapat dilihat bahwa tingkat keparahan tertinggi
adalah tingkat II dengan proporsi 64,1 dan terendah tingkat III dengan proporsi 1,4.
Proporsi penderita dengan tingkat keparahan PPOK Normal 3,6. Proporsi tertinggi penderita dengan PPOK Normal pada kelompok umur 50-59
tahun dan ≥60 tahun masing-masing 40, perempuan 80, pekerjaan IRT 60,
dengan keluhan batuk berdahak dan sesak nafas masing-masing 100, sumber biaya bukan biaya sendiri 80, dan pulang dengan berobat jalan 100. Hal ini
menunjukkan penderita dengan PPOK Normal tetap perlu mengontrol kondisinya setelah pulang dari rumah sakit, agar penyakit yang diderita tidak semakin parah.
Anita Rahmatika : Karakteristik Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Yang Di Rawat Inap Di RSUD Aceh Tamiang Tahun 2007-2008, 2010.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Setiyanto di Rumah Sakit Persahabatan Jakarta tahun 2005 sampai 2007 dengan metode penelitian case
series bahwa proporsi penderita PPOK berdasarkan tingkat keparahan tertinggi adalah tingkat II 61,67 dari 120 penderita.
3
6.3.4. Keluhan
Proporsi penderita PPOK berdasarkan keluhan yang dirawat inap di RSUD
Aceh Tamiang Tahun 2007-2008 dapat dilihat pada gambar 6.11.
8 31
56.8 73.4
100 100
20 40
60 80
100 120
Mual Demam
Mengi Nyeri Dada
Batuk Berdahak Sesak Naf as
Kel u
h an
Proporsi
Gambar 6.11. Diagram Batang Distribusi Proporsi Penderita PPOK
Berdasarkan Keluhan di RSUD Aceh Tamiang Tahun 2007-2008
Berdasarkan gambar 6.11 dapat dilihat bahwa proporsi penderita PPOK dengan keluhan tertinggi adalah sesak nafas dan batuk berdahak 100, disusul
nyeri dada 73,4, mengi 56,8, demam 31, dan mual 8.
Keluhan sesak nafas dan batuk berdahak mempunyai sensitivitas sebesar 100 terhadap PPOK artinya seluruh penderita PPOK mengalami keluhan sesak
nafas dan batuk berdahak. Gejala PPOK sangat bervariasi dari satu penderita ke penderita lainnya,
dapat dimulai dengan tanpa gejala, gejala ringan sampai berat, mulai dari tanpa kelainan fisik sampai kelainan fisik yang jelas. Keluhan utama yang dirasakan
Anita Rahmatika : Karakteristik Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Yang Di Rawat Inap Di RSUD Aceh Tamiang Tahun 2007-2008, 2010.
penderita yaitu adanya batuk berdahak yang memberat di pagi hari, dan sesak nafas yang timbul progresif sampai mengganggu aktifitas. Pada penderita dengan
tingkat keparahan PPOK normal tidak selalu ada gejala batuk kronis. Pada tahap ini pasien belum merasakan bahwa paru-parunya bermasalah akan tetapi gejala
dapat memburuk.
20
Pada hakekatnya keluhan-keluhan disebabkan oleh adanya hipersekresi dan sesak, maka penderita mengeluh terutama pada batuk berdahak dan ada juga
mengeluh tentang sesak nafas. Pada stadium dini, keluhan sesak nafas hanya dirasakan kalau sedang melakukan pekerjaan fisik ekstra dyspnoe d’effort yang
masih dapat ditoleransi penderita dengan mudah, namun lama kelamaan sesak ini semakin progresif. . Pada dasarnya penderita PPOK tidak akan mengeluh tentang
panas badan, tetapi karena sering mendapatkan infeksi sekunder sub akut, maka dalam periode-periode itu penderita akan mengeluh tentang panas badan rendah
subfebril sampai tinggi.
20
6.4. Lama Rawatan Rata-rata Penderita PPOK
Lama rawatan rata-rata penderita PPOK rawat inap di RSUD Aceh
Tamiang Tahun 2007-2008 adalah 6,27 hari 6 hari dengan 95 Confidence Interval 5,83 – 6,7. Standard Deviation SD adalah 2,581 hari dengan lama
rawatan yang paling singkat 2 hari sedangkan yang paling lama 17 hari. Karakteristik penderita PPOK yang paling lama dirawat yaitu jenis
kelamin laki-laki dengan umur 71 tahun, keluhan yang dirasakan batuk berdahak, sesak nafas, mengi wheezing, nyeri dada,sumber pembiayaan Jamkesmas dan
pulang berobat jalan.
Anita Rahmatika : Karakteristik Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Yang Di Rawat Inap Di RSUD Aceh Tamiang Tahun 2007-2008, 2010.
6.5. Distribusi Proporsi Penderita PPOK Berdasarkan Sumber