6.5. Distribusi Proporsi Penderita PPOK Berdasarkan Sumber
Pembiayaan
Proporsi penderita PPOK berdasarkan sumber pembiayaan yang dirawat inap di RSUD Aceh Tamiang Tahun 2007-2008 dapat dilihat pada gambar 6.12.
71.9 28.1
Bukan Biaya Sendiri Biaya Sendiri
Gambar 6.12. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita PPOK Berdasarkan Sumber Pembiayaan di RSUD Aceh Tamiang
Tahun 2007-2008 Berdasarkan gambar 6.12 dapat dilihat bahwa bahwa sumber pembiayaan
penderita PPOK tertinggi adalah bukan biaya sendiri dengan proporsi 71,9, dan biaya sendiri 28,1. Hal ini dapat dikarenakan RSUD Aceh Tamiang merupaka
rumah sakit rujukan bagi penderita yang menggunakan kartu Jamkesmas dan Askes.
Proporsi penderita PPOK berdasarkan sumber pembiayaan bukan biaya sendiri yang dirawat inap di RSUD Aceh Tamiang Tahun 2007-2008 dapat dilihat
pada gambar 6.13.
Anita Rahmatika : Karakteristik Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Yang Di Rawat Inap Di RSUD Aceh Tamiang Tahun 2007-2008, 2010.
70 30
Jamkesmas Askes
Gambar 6.13. Diagram Pie Penderita PPOK Berdasarkan Sumber Pembiayaan Bukan Biaya Sendiri di RSUD Aceh Tamiang
Tahun 2007-2008 Berdasarkan gambar 6.13 dapat dilihat bahwa bahwa sumber pembiayaan
bukan biaya sendiri penderita PPOK tertinggi adalah Jamkesmas dengan proporsi 70 dan Askes 30. Hal ini dikaitkan dengan proporsi pekerjaan penderita
tertinggi adalah Petani 30,2.
6.6. Distribusi Proporsi Penderita PPOK Berdasarkan Keadaan Sewaktu
Pulang
Proporsi penderita PPOK berdasarkan keadaan sewaktu pulang yang dirawat inap di RSUD Aceh Tamiang Tahun 2007-2008 dapat dilihat pada gambar
6.14.
Anita Rahmatika : Karakteristik Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Yang Di Rawat Inap Di RSUD Aceh Tamiang Tahun 2007-2008, 2010.
77.7 20.9
1.4 Pulang Berobat Jalan
Pulang Atas Permintaan Sendiri
Meninggal
Gambar 6.14. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita PPOK Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSUD Aceh
Tamiang Tahun 2007-2008
Berdasarkan gambar 6.14 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi keadaan sewaktu pulang penderita PPOK adalah pulang berobat jalan 77,7. Hal ini
menunjukkan bahwa rehabilitasi untuk penderita PPOK tetap perlu dilakukan kontrol dari waktu ke waktu setelah pulang dari rumah sakit agar kondisi
penderita PPOK tetap dapat dikontrol dengan jelas.
25
Proporsi penderita PPOK yang pulang atas permintaan sendiri 20,9. Proporsi tertinggi penderita yang memutuskan pulang atas permintaan sendiri
pada kelompok umur 60 tahun 55,2, laki-laki 69, bekerja sebagai
Wiraswasta 31, tigkat keparahan tingkat II 65,5, dan sumber pembiayaan bukan biaya sendiri 65,5. Tingginya proporsi penderita yang pulang atas
permintaan sendiri menunjukkan penderita belum merasa puas dengan pelayanan rumah sakit dan adanya biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga yang menjaga penderita selama di rumah sakit yang merupakan tanggungan keluarga sendiri.
Anita Rahmatika : Karakteristik Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Yang Di Rawat Inap Di RSUD Aceh Tamiang Tahun 2007-2008, 2010.
Case Fatality Rate CFR penderita PPOK rawat inap di RSUD Aceh Tamiang sebesar 1,4. Proporsi penderita yang meninggal pada kelompok umur
50-60 tahun dan 60 tahun 50, laki-laki dan perempuan 50 dengan keluhan
batuk,sesak, dan nyeri dada100, sumber pembiayaan biaya sendiri 100, dan tingkat keparahan tingkat III 100. Hal ini menunjukkan penderita PPOK datang
ke rumah sakit sudah dalam keadaan parah. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Hisyam dan Nurohman di Rumah Sakit dr. Sardjito Yogyakarta tahun
1996 sampai 1999 dengan metode penelitian case series bahwa proporsi penderita PPOK yang meninggal semuanya dengan keparahan tingkat III 9 dari 55
penderita. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian. Manik di RS Haji Medan
pada tahun 2002-2004 dengan metode penelitian case series bahwa proporsi tertinggi penderita PPOK pulang dengan berobat jalan 53,03 dari132
penderita.
12
6.7. Analisis Statistik