Perumusan Masalah Manfaat Penelitian

meninggal dunia sebanyak 5 orang dengan Case Fatality Rate CFR 9 yang semuanya PPOK derajat III. 11 Menurut penelitian yang dilakukan oleh Shinta, dkk 2006 di RSU Dr. Soetomo Surabaya, ditemukan 46 pasien PPOK, 39 pasien laki-laki 84,8, dan 7 pasien perempuan 15,2 dengan CFR sebesar 6,5. 8 Menurut hasil penelitian Manik, di Rumah Sakit Haji Medan tahun 2000- 2002 terdapat 132 penderita PPOK dan sebanyak 14 orang diantaranya meninggal dunia CFR=10,61. 12 Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah RSUD Aceh Tamiang pada tahun 2007 dapat diketahui bahwa proporsi penderita PPOK sebesar 3,76 58 orang dari 1.542 pasien rawat inap dan pada tahun 2008 dengan proporsi sebesar 3,77 81 orang dari 2.150 pasien rawat inap. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui karateristik penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik yang dirawat inap di RSUD Aceh Tamiang untuk tahun 2007-2008.

1.2 Perumusan Masalah

Belum diketahuinya karakteristik penderita PPOK yang dirawat inap di RSUD Aceh Tamiang untuk tahun 2007-2008.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik penderita PPOK yang dirawat inap di RSUD Aceh Tamiang tahun 2007-2008. Anita Rahmatika : Karakteristik Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Yang Di Rawat Inap Di RSUD Aceh Tamiang Tahun 2007-2008, 2010.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui trend kunjungan penderita PPOK berdasarkan data per bulan tahun 2007 dan 2008. b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita PPOK berdasarkan faktor sosiodemografi umur, jenis kelamin, agama, tempat tinggal, suku, pekerjaan, dan pendidikan. c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita PPOK berdasarkan keadaan medis riwayat merokok, jenis penyakit sebelumnya, jenis komplikasi, tingkat keparahan, dan keluhan. d. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata penderita PPOK. e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita PPOK berdasarkan sumber pembiayaan. f. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita PPOK berdasarkan keadaan sewaktu pulang. g. Untuk mengetahui perbedaan proporsi umur penderita PPOK berdasarkan tingkat keparahan. h. Untuk mengetahui perbedaan proporsi jenis kelamin penderita PPOK berdasarkan sumber biaya. i. Untuk mengetahui perbedaan proporsi jenis kelamin penderita PPOK berdasarkan tingkat keparahan. j. Untuk mengetahui perbedaan proporsi pekerjaan penderita PPOK berdasarkan sumber biaya. k. Untuk mengetahui perbedaan proporsi pekerjaan penderita PPOK berdasarkan tingkat keparahan. Anita Rahmatika : Karakteristik Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Yang Di Rawat Inap Di RSUD Aceh Tamiang Tahun 2007-2008, 2010. l. Untuk mengetahui perbedaan proporsi jenis penyakit sebelumnya penderita PPOK berdasarkan umur. m. Untuk mengetahui perbedaan proporsi tingkat keparahan penderita PPOK berdasarkan keadaan sewaktu pulang. n. Untuk mengetahui perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan tingkat keparahan. o. Untuk mengetahui perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya. p. Untuk mengetahui perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang. q. Untuk mengetahui perbedaan proporsi sumber biaya penderita PPOK berdasarkan tingkat keparahan.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Dapat digunakan sebagai informasi atau masukan dalam meningkatkan pelayanan khususnya pada program perencanaan pelayanan kesehatan RSUD Aceh Tamiang. 1.4.2 Dapat digunakan sebagai sumber informasi untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian yang telah dilakukan penulis. Anita Rahmatika : Karakteristik Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Yang Di Rawat Inap Di RSUD Aceh Tamiang Tahun 2007-2008, 2010.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Penyakit Paru Obstruksi Kronik

PPOK adalah suatu penyakit yang ditandai oleh adanya hambatan aliran udara yang disebabkan oleh bronkhitis kronis atau emfisema. Obstruksi aliran udara pada umumnya pogresif non reversible kadang diikuti oleh hiperaktivitas jalan napas dan kadangkala parsial reversibel. 13 Terminologi PPOK telah mengalami beberapa kali perubahan sejak dicetuskan pertama kali dalam forum internasional “Ciba Guest Symposium 1959”, semula dikenal sebagai Chronic Pulmonary Emphysema and Related Conditions, kemudian menjadi Chronic Airflow Limitation, lalu Chronic Obstructive Pulmonary Disease, kemudian Chronic Airways Obstruction CAO, Chronic Aspecific Respiratory Affection CARA, Chronic Non Specific Lung Disease CNSLD, dan saat ini lebih dikenal sebagai Chronic Obstructive Pulmonary Disease COPD. 7,14 Kelainan patologis anatomis dan fisiologis PPOK terdapat disaluran pernafasan bagian perifer mulai dari bronkiolus terminalis sampai ke alveolus. Bagian tersebut merupakan area pertukaran gas yang penting untuk mempertahankan kehidupan manusia. Akibat kelainan tersebut, pada PPOK yang berat akan terjadi gangguan pertukaran gas dengan berbagai komplikasinya, antara lain kegagalan pernafasan. 7 Penyakit-penyakit paru yang secara klinis dapat menimbulkan PPOK ialah asma bronkial, bronkhitis kronis, dan emfisema. Ketiga penyakit tersebut masing- masing dapat berlanjut ke PPOK yang berat. 7 Penderita bronkhitis kronis dan Anita Rahmatika : Karakteristik Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Yang Di Rawat Inap Di RSUD Aceh Tamiang Tahun 2007-2008, 2010.