penyakitnya semata-semata oleh karena hipersekresi dari kelenjar mukus bronkus tanpa atau dengan adanya infeksi bronkus dan yang disertai penyempitan bronkus,
batuk, produksi sputum, disertai dengan dyspnoe dan wheezing mengi. Pada yang kedua ini prognosisnya lebih buruk dari yang pertama.
11
2.1.3 Asma Bronkial
14
Asma bronkial adalah suatu penyakit paru dengan tanda-tanda khas berupa obstruksi saluran pernafasan yang dapat pulih kembali namun tidak pulih
kembali secara sempurna pada beberapa penderita baik secara spontan atau dengan pengobatan, peradangan saluran pernafasan, dan peningkatan kepekaan
danatau tanggapan yang berlebihan dari saluran pernafasan terhadap berbagai rangsangan.
Pada penderita PPOK, kemungkinan dapat terjadi satu kelainan atau semua kelainan tersebut yang sulit dibedakan secara klinis.
Derajat PPOK berdasarkan hasil nilai Spirometri Volume Ekspirasi Paksa detik pertama VEP1
dan Arus Puncak Ekspirasi APE, dibagi atas : a. Tingkat PPOK Normal
: Lebih atau sama dengan 70 b. Tingkat I Obstruksi Ringan
: 69-60 c. Tingkat II Obstruksi Sedang
: 59-31 d. Tingkat III Obstruksi Berat
: Kurang atau sama dengan 30.
2.2 Etiologi Patogenesis Penyakit Paru Obstruksi Kronis
Para ahli belum memiliki kesatuan pendapat mengenai etiologi patogenesis dari PPOK. Menurut para ahli ada 2 faktor yang mempengaruhi
terjadinya PPOK yaitu faktor eksogen dan endogen. Faktor endogen genetik tersebut dapat bermanifestasi menjadi PPOK tanpa adanya pengaruh faktor luar
Anita Rahmatika : Karakteristik Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Yang Di Rawat Inap Di RSUD Aceh Tamiang Tahun 2007-2008, 2010.
eksogen, akan tetapi yang banyak dijumpai adalah kecenderungan untuk PPOK meningkat akibat adanya interaksi antara faktor endogen dan eksogen. Pendapat
yang menyatakan bahwa genetik merupakan faktor risiko PPOK Dutch Hypothesis ditentang oleh pakar dari Inggris British Hypothesis yang
menyatakan bahwa hanya faktor eksogen yang berperan. Berikut disajikan skema patogenesis menurut Dutch Hypothesis.
7
Anita Rahmatika : Karakteristik Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Yang Di Rawat Inap Di RSUD Aceh Tamiang Tahun 2007-2008, 2010.
The Dutch Hypothesis CNSLD Revisited
Age Gender
Allergic sensitization
Bronchial hyperactivity
Environmental factors :allergen
Inflamation Acute Chronic
Environmental factors :iritants
Allergic reaction
Late Early
Post Inflamatory changes:
Fibrosis, ectasis
Bronchial Obstruction
Early chilhood Complication
Later Life
Phenotype patient
Coexisting Lung Disease
Smoking Heredity
Tendency to develop
Patogenesis PPOM Shutter, 1991
Anita Rahmatika : Karakteristik Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Yang Di Rawat Inap Di RSUD Aceh Tamiang Tahun 2007-2008, 2010.
Ada 2 mekanisme patogenesis PPOK yang penting yaitu faktor endogen herediter dan eksogen iritasi karena asap rokok, bahan-bahan polutan dan
infeksi paru. Faktor endogen dapat menimbulkan obstruksi bronkus tanpa atau dengan pengaruh faktor eksogen. Obstruksi bronkus disebabkan adanya spasme
otot bronkus, hipersekresi kelenjar mukus, edema dinding bronkus dan kelenturan paru yang menurun. Apabila iritasi oleh faktor iritan eksogen masih berlangsung
terus maka obstruksi bronkus akan menunjukkan tanda-tanda klinis yang nyata yaitu sesak nafas, batuk kronis, produksi dahak yang berlebihan dan gangguan
fungsi paru. Tergantung pada beratnya penyakit, pada stadium akhir Phenotype patient dapat terjadi gangguan pertukaran gas sehingga terjadi hipoksemia
jaringan.
7
Berdasarkan kelainan patogenesis anatomis, dapat dibedakan ketiga penyakit yaitu bronkhitis kronis, asma, dan emfisema.
Tabel 2.1. Penyebab Obstruksi Jalan Nafas Difus
Penyebab Asma
Bronkhitis Kronis Emfisema
Spasme Otot Bronkus +
+- -
Obstruksi Mukus +
+ -
Edema Mukosa +
- -
Atrofi Bronkhiolus -
+ +
Kerusakan alveoli -
- +
Kerusakan struktur penyangga -
- +
Anita Rahmatika : Karakteristik Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Yang Di Rawat Inap Di RSUD Aceh Tamiang Tahun 2007-2008, 2010.
Sebagian para ahli berpendapat bahwa PPOK merupakan suatu keadaan yang murni terpisah dari asma bronkial dengan alasan adanya perbedaan yang
mencolok antara faktor resiko, mekanisme patogenesis dan perjalanan klinis.
6
Komplikasi yang sering dijumpai dapat memperberat PPOK ialah infeksi paru. Pada stadium lanjut akan terjadi gangguan pada jantung kanan yang dikenal
sebagai kor pulmonal. Pada stadium ini penderita selalu sesak nafas walaupun hanya melakukan pekerjaan rutin sehari-hari misalnya memakai baju. Pengelolaan
penderita PPOK ditujukan pada 3 hal yang penting yaitu mencegah komplikasi, meringankan gangguan pada fungsi paru, dan meningkatkan kualitas hidup.
7
2.3 Diagnosa 2.3.1 Gejala Umum Penyakit Paru Obstruksi Kronik