Pemeriksaan Penyakit Paru Obstruksi Kronik PPOK 1. Pemeriksaan Fisik 2. Pemeriksaan Rutin 3. Pemeriksaan Khusus Pengobatan Penyakit Paru Obstruksi Kronik 1. Bronkodilator 2. Teofilin 3. Kortikosteroid

Infeksi saluran nafas sedapat mungkin dihindari oleh karena dapat menimbulkan suatu eksaserbasi akut penyakit. d. Lingkungan yang sehat dan kebutuhan cairan yang cukup. e. Imunoterapi.

2.5.2 Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder meliputi diagnosis dini pemeriksaan penyakit dan pengobatan yang tepat. a. Pemeriksaan Penyakit Paru Obstruksi Kronik PPOK a.1. Pemeriksaan Fisik 28 Pemeriksaan meliputi pasien tampak kurus dengan barrel shape chest diameter anteroposterior dada meningkat, fremitus taktil dada tidak ada atau berkurang, perkusi dada hipersonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati lebih rendah, tukak jantung berkurang, dan suara nafas berkurang dengan expirasi panjang.

a.2. Pemeriksaan Rutin

16 Pemeriksaan fungsi paru terdiri dari pemeriksaan spirometri dan uji bronkodilator. Pemeriksaan ini merupakan parameter yang paling umum digunakan untuk menilai beratnya PPOK dan memantau perjalanan penyakit. Pemeriksaan darah rutin meliputi pemeriksaan Hb, Ht, dan leukosit. Pada pemeriksaan radiologi, foto dada dan lateral samping berguna untuk menyingkirkan penyakit paru lain.

a.3. Pemeriksaan Khusus

30 Anita Rahmatika : Karakteristik Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Yang Di Rawat Inap Di RSUD Aceh Tamiang Tahun 2007-2008, 2010. Pemeriksaan meliputi pemeriksaan fungsi paru, uji latih pulmoner, uji provokasi bronkus, uji coba kortokosteroid, analisa gas darah, CT scan resolusi tinggi, EKG, ekokardiografi, bakteriologi dan pemeriksaan kadar alfa-1 antitripsin.

b. Pengobatan Penyakit Paru Obstruksi Kronik

Adapun cara pengobatan PPOK dapat dilakukan dengan :

b.1. Bronkodilator

Pemberian bronkodilator jenis antikolinergik dan beta 2 agonis untuk mengatasi obstruksi jalan nafas. 31

b.2. Teofilin

Pemberian teofilin untuk meningkatkan faal paru dan untuk mencegah keletihan. 31

b.3. Kortikosteroid

Pemberian kortikosteroid dalam bentuk oral dengan dosis tunggal prednison 40 mghari paling sedikit selama 2 minggu. Dapat pula digunakan dalam bentuk inhalasi kortikosteroid antara lain azmakort. Bila tidak menunjukkan hasil selama 2 minggu maka pengobatan kortikosteroid sebaiknya dihentikan. Pada pasien yang menunjukkan perbaikan, maka harus di monitor efek samping dari kortikosteroid pada penggunaan jangka panjang. Obat yang termasuk di dalamnya adalah : dexametason, prednison dan prednisolon. 31

b.4. Antibiotik