PENGARUH LIKUIDITAS, PROFITABILITAS, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, BUSINESS RISK DAN PAJAK TERHADAP STRUKTUR MODAL (STUDI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011-2015)
Indonesia Periode 2011-2015)
THE INFLUENCE OF LIQUIDITY, PROFITABILITY, INSTITUTIONAL OWNERSHIP, BUSINESS RISK, AND TAX TO CAPITAL STRUCTURE
( Study On Manufacturing Companies Listed on the Indonesia Stock Exchange period 2011-2015)
SKRIPSI
Oleh
HIKMAH RIANA 20130410338
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017
(2)
i
PENGARUH LIKUIDITAS, PROFITABILITAS, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, BUSINESS RISK DAN PAJAK TERHADAP
STRUKTUR MODAL
(Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015)
THE INFLUENCE OF LIQUIDITY, PROFITABILITY, INSTITUTIONAL OWNERSHIP, BUSINESS RISK, AND TAX TO CAPITAL STRUCTURE
( Study On Manufacturing Companies Listed on the Indonesia Stock Exchange period 2011-2015)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh
HIKMAH RIANA 20130410338
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017
(3)
(4)
iii
HALAMAN MOTTO
Alloh SWT tidak membebani seseorang itu melainkan dengan
kesanggupannya
(Q.S. Al-Baqarah: 286)
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, dan sesungguhnya
yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang
khusyu
(QS. Al-Baqarah:45)
Kesabaran adalah hal yang sangat berarti dan diperlukan agar
seseorang bisa melewati kesulitan demi kesulitan yang dihadapi
(Ust. Yusuf Mansur)
Karena Aku selalu yakin dan percaya dengan ketetapkan
Allah SWT
(5)
iv
Alloh SWT
yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya sehingga dapat
terselesaikannya skripsi dengan lancar, terima kasih Ya Alloh
My Beloved Parents
Bapak Darmaji dan Almh. Ibu Sukaptiningsih yang telah
memberikan kasih sayang serta doa disetiap sujudmu dan semangat
yang tiada henti kepada penulis, hingga penulis menyelesaikan
studi.
My half of life
My sister Rizky Sastia Ningrum
yang selalu memberikan semangat, kepercayaan serta Doa demi
terselesaikannya skripsi , yang selalu setia mendengarkan keluh
kesah.
My part of my life
Bude Beti dan Lilis Agestia yang telah memberikan kasih sayang
sekaligus dukungan serta Doa demi terselesaikannya skripsi ini,
My Stunning Grandma
Mbah Utikuh Suniah yang selalu memberikan nasehat dan Doa
demi kelancaran dalam menyelesaikan skripsi ini.
(6)
v
Thanks to
Ibu Dr. Arni Surwanti, M.Si
Dosen Pembimbingku yang telah memberikan masukan dan
bimbingan dengan penuh kesabaran selama proses penyelesaian
skripsi, terima kasih yaa bu
My Geng-of-singleers 42
(Febi Andriano, Dwi Widyaningsih, Hamidun Samudra, Kevin
Roseno, Ahlul Fadli), terima kasih telah menjadi teman bagian
dalam hidupku selama kuliah ini dan menjadi teman
sepermainan selama kuliah. SEE YOU ON TOP
My Second Family Kos Annisa
(Mifta, Tika, Elok, Nelfi, Novi, Mega) keluarga satu atapku
yang telah memberikan semangat dan terima kasih telah
menemani penulis selama kuliah,
EnengKu (Dhiya Agustian Pratiwi) yang selalu ada, yang selalu
berkata “AYO” kalo diajak kemanapun makasih yaaa neng,
sudah menjadi teman selama dijogja,
My team of KKN 34 UMY
( Diska, Eni, Ewid, Indah, Devina, Ilman, Aziz, Fahri, Rio,
Renaldi, Arizka, Boby) yang telah menjadi keluarga baru dan
memberikan pengalaman baru bagi penulis,
Silsilah keluarga “KASIHAN”
Tante(Ajeng), Yung(Upik), Simbah(Estrina), Simblo(Novia),
Oom(Jaka)
Terima kasih telah menjadi bagain hidupku selama dijogja
panggilan kesayangan yang tidak akan terlupakan selamanyaa,
see u on top guysss
Teman-teman Manajemen I (Istimewah)
Yang telah memberikan dukungan serta doa dan telah menjadi
keluarga selama penulis dibangku kuliah.
(7)
vi
kalian semua.
Mas Mahrus yang telah banyak membantu dan membimbing
penulis maafkan kalo sering tanya dan merepotkan hehehe,
makasih banyak sukses terus karirnyaa.
Teman seperjuangan olah data Ariya Ayu terimakasih telah
membantu dalam mengolah dan diolah dalam perdataan hehhhe,
terimakash juga telah menjadi teman keluh kesah dan selalu
menjadi penyemangat dikala data kena penyakit dan terima kasih
telah menjadi teman seperjuangan hingga gelar tersematkan,
makasih yaa sis.
Terima kasih atas segala dukungan, semangat dan doa untuk
penulis, sukses untuk karir kedepannya dan tetap menjaga
silaturahmi ya teman-teman.
SEE YOU ON TOP
(8)
vii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... iiiv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
INTISARI ... ix
ABSTRACT ... x
KATA PENGANTAR ... xi
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Batasan Masalah Penelitian... 11
C. Rumusan Masalah Penelitian ... 11
D. Tujuan Penelitian ... 11
E. Manfaat Penelitian ... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13
A. Landasan Teori ... 13
B. Hasil Penelitian Terdahulu ... 24
C. Pengaruh Antar Variabel dan Penurunan Hipotesis ... 28
D. Model Penelitian ... 35
BAB III METODE PENELITIAN ... 36
A. Obyek/Subyek Penelitian ... 36
B. Jenis Data dan Sumber Data ... 36
C. Teknik Pengambilan Sampel... 36
(9)
viii
B. Uji Asumsi Klasik ... 54
C. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis) ... 58
D. Pembahasan Hubungan Antara Variabel (Interprestasi) ... 64
BAB V SIMPULAN SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN ... 72
A. Simpulan ... 72
B. Saran ... 75
C. Keterbatasan ... 76
DAFTAR PUSTAKA ... 77
(10)
ix
DAFTAR GAMBAR
(11)
x
Tabel 4.1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 51
Tabel 4.2. Hasil Uji Multikolinearitas... 55
Tabel 4.3. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 56
Tabel 4.4. Hasil Uji Autokorelasi ... 57
Tabel 4.5. Hasil Uji Regresi Linear Berganda ... 58
Tabel 4.6. Hasil Uji F ... 60
Tabel 4.7. Hasil Uji T ... 61
Tabel 4.8. Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 64
(12)
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Tabel Lampiran 1. Daftar Perusahaan Sesuai Purposive Sampling
Tabel Lampiran 2. Data Perhitungan Variabel Tabel Lampiran 3. Data Sebelum Outlier
Tabel Lampiran 4. Data Setelah Outlier
(13)
(14)
(15)
manufacturing companies listed in the Indonesia Stock Exchange during the period 2011-2015. In independent variable examined in this study is Liquidity, profitability, institutional ownership, business risk and tax. The dependent variable examined in this study is Capital Structure.
The sampling method used in this study is purpusive sampling there were 42 companies. Statistic descriptive, classical assumption, multiple linear regression,coefficient of determination, f test, t test to analyze the data. Tool analyze using Eviews 7.0.
Based on results of study showed liquidiy, institutional ownership, business risk have negative effect to capital structure, tax positve effect to capital structure Meanwhile variable profitability not effect the capital structure.
Keywords: Capital Structure, Liquidity, Profitability, Institutional Ownership, Business Risk, Tax.
(16)
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Perkembangan perekonomian di era modern ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengembangkan usahanya dan menunjukkan kemajuan yang pesat, dengan banyaknya perusahaan yang tumbuh dan berkembang di bidang usaha masing-masing, hal ini menyebabkan persaingan dunia bisnis menjadi tinggi mengharuskan perusahaan untuk selalu meningkatkan eksistensinya. Eksistensi tersebut dapat dicapai salah satunya dengan meningkatkan inovasi dan produktivitas. Perusahaan akan membutuhkan dana yang lebih besar ketika melakukan peningkatkan produktivitas dan inovasi strategi pemasaran. Dengan perkembangan bisnis semakin meningkat dengan tidak langsung perusahaan pasti membutuhkan dana yang tinggi untuk pendanaan operasional perusahaan, baik menggunakan pendanaan internal ataupun eksternal, dalam hal ini fungsi keuangan dalam perusahaan menjadi penting khususnya bagi manajer keuangan dalam pengambilan keputusan pendanan perusahaan. Peran manajer keuangan dalam pengambilan keputusan menjadi sangat penting mengenai keputusan struktur modal, menciptakan kombinasi antara modal sendiri dengan modal dari luar dan menciptakan struktur modal yang optimal
(17)
Penting karena berhubungan dengan tujuan perusahaan yang salah satunya menyangkut Ketepatan dalam pengambilan keputusan sangat kepentingan pemegang saham. Salah satu tujuan utama perusahaan adalah untuk meningkatkan atau memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham (Gitman, 2003). Kinerja perusahaan yang semakin baik akan meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Struktur modal perusahaan adalah salah satu faktor fundamental perusahaan mencakup keputusan finansial yang berkaitan dengan komposisi utang baik utang jangka panjang maupun utang jangka pendek dari suatu perusahaan. Menurut (Sartono, 2001) struktur modal merupakan perimbangan jumlah utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa. Perusahaan dituntut untuk melakukan strategi pendanaan yang tepat dalam menentukan struktur modal yang paling optimal. Semakin optimal struktur modal perusahaan, biaya modal yang harus ditanggung juga akan semakin kecil. Pemilihan struktur modal yang tidak tepat akan menimbulkan biaya tetap dalam bentuk biaya modal tinggi yang berpengaruh pada profit yang dihasilkan oleh perusahaan (Sartono, 2001). Sebagian besar perusahaan akan lebih memilih untuk menggunakan utang yang dinilai lebih murah karena risiko dan biayanya lebih kecil dari penggunaan saham baru sehingga utang dijadikan sebagai bagian penting dari struktur modal. Kebijakan struktur modal dengan pendanaan melalui utang juga perlu mempertimbangkan beberapa hal.
(18)
3
Keputusan perusahaan untuk menggunakan sebagian besar pendanaan melalui utang akan meningkatkan risiko keuangan perusahaan tersebut dengan beban bunga yang harus ditanggung. Perusahaan juga harus mempertimbangkan aspek pajak yang dinilai merupakan keuntungan dari penggunaan utang yang bisa mengurangi biaya bunga, karena penggunaan modal sendiri yang terlalu banyak juga akan menurunkan tingkat produktivitas. Kombinasi yang baik dalam penggunaan pendanaan dari kedua sumber tersebut akan menghasilkan struktur modal yang optimal. Menurut (Brigham and Houston, 2011) struktur modal yang optimal merupakan struktur yang akan memaksimalkan nilai perusahaan, dan struktur ini pada umumnya menggunakan rasio utang yang lebih rendah daripada rasio yang memaksimalkan earnings per share yang diharapkan.
Struktur modal perusahaan dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Brigham dan Houston (2006) faktor-faktor yang memengaruhi struktur modal antara lain: stabilitas penjualan, struktur aset, leverage keuangan, tingkat pertumbuhan, profitabilitas, pajak, pengendalian, sikap manajemen, kondisi pasar, fleksibilitas keuangan, dan lain-lain. Masing-masing perusahaan memiliki faktor yang berbeda. Latar belakang perusahaan yang berbeda seperti ukuran perusahaan, tingkat produktivitas atau tingkat pertumbuhan perusahaan, risiko usaha, laba perusahaan dan sebagainya juga memiliki perbedaan. Dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya yang sudah terbukti secara empiris, terdapat beberapa faktor yang memengaruhi struktur modal. Adapun penelitian terdahulu yang dilakukan oleh beberapa
(19)
peneliti dalam menguji pengaruh variabel-variabel bebas terhadap struktur diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Setyawan dkk (2016), menunjukkan bahwa secara parsial variabel firm size, growth opportunity, profitability, business risk, effective tax rate, asset tangibility dan firm age
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal, sedangkan variabel liquidity tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal. Penelitian yang dilakukan oleh Arini (2014), menyatakan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa likuiditas, ukuran perusahaan, profitabilitas, pertumbuhan penjualan, berpengaruh terhadap struktur modal kearah negatif, dan strktur aktiva tidak berpengaruh terhadap struktur modal, pada penelitian Gede dan Made (2015) menyatakan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa struktur aktiva dan pajak berpengaruh terhadap struktur modal ke arah positif, profitabilitas dan pertumbuhan aktiva tidak berpengaruh terhadap struktrur modal. Pada penelitian yang dilakukan oleh Mikrawardhana (2015), yang menyatakan bahwa profitabilitas dan likuiditas berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Kartika dan Dana (2015) menyatakan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal, likuiditas berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal, ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal dan tingkat pertumbuhan berpengaruh positif terhadap struktur modal. Pada penelitian Indarajaya dkk. (2011) menyatakan hasil penelitian menunjukkan
(20)
5
bahwa struktur aktiva berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal
(leverage), ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal, dan profitabilitas memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan variabel pertumbuhan dan risiko bisnis tidak berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal. Pada penelitian Santika dan Sudiyanto (2011) menyatakan hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal, struktur aktiva tidak berpengaruh terhadap struktur modal, dan profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Pada penelitian Wahyuni (2014) menyatakan hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran dan penghematan pajak berpengaruh postif signifikan, profitabilitas berpengaruh negatif signifikan.
Pada penelitian Bhawa (2015) menyatakan hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap struktur modal, likuiditas dan risiko bisnis berpengaruh positif, profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Pada penelitian Sisworo (2011) mnyatakan hasil penelitian menunjukkan bahwa fix tangibility asset dan
dividend tidak berpengaruh terhadap struktur modal, firm size dan kepemilikan institusional berpengaruh terhdapa stuktur modal, growth sales
berpengaruh positif terhadap struktur modal. Pada penelitian Hidayatullah (2016) menyatakan hasil penilitian menunjukkan bahwa kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap struktur modal, jumlah rapat dewan komisaris tidak berpengaruh
(21)
terhadap struktur modal. Pada penelitian Merta Dewi (2014) dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah likuiditas dan profitabilitas berpengaruh negatif serta signifikan terhadap struktur modal, sedangkan tangibility assets, ukuran perusahaan dan pajak berpengaruh positif serta signifikan terhadap struktur modal. Pada penelitian Haryadi (2016) menyatakan bahwa kepemilikan institusional, profitabilitas berpengaruh negatif signifikan sedangkan, ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Pada penelitian Ananto (2015) menyatakan hasil penelitian Profitabilitas memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal kepemilikan institusional tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal, growth opportunity tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal, likuiditas memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal.
Hasil pengaruh dari faktor-faktor ini juga dipengaruhi oleh teori-teori pendukung struktur modal diantaranya Pecking Order Theory, Agency Theory, Trade off Theory, dan sebagainya. Masing-masing teori memiliki pendapat dan pengaruh yang juga berbeda terhadap struktur modal. Faktor-faktor yang digunakan dalam penelitian ini adalah likuiditas, profitabilitas, kepemilikan institusional, business risk, dan pajak.
Kemampuan perusahaan dalam melunasi utang khususnya utang jangka pendek perlu diperhatikan. Likuiditas adalah seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi utang jangka pendeknya. Likuiditas salah satunya diukur dengan rasio utang yang merupakan rasio yang mengukur persentase (%) kebutuhan modal yang dibelanjai dengan
(22)
7
utang (Brigham dan Houston, 2006). Kewajiban jangka pendek perusahaan seringkali dipenuhi dengan menggunakan aset lancar seperti kas, piutang, surat berharga, ataupun persediaan. Perusahaan yang memiliki aset lancar/ aset likuid yang besar akan lebih mudah untuk melakukan pendanaan terhadap kegiatan operasionalnya jika pendanaan tambahan diperlukan. Disisi lain likuiditas perusahaan yang semakin besar juga akan berdampak terhadap struktur modal yang menurun.
Sesuai dengan Pecking Order Theory perusahaan akan lebih memilih menggunakan dana internal terlebih dahulu untuk memenuhi kebutuhan pendanaannya daripada harus menggunakan utang. Perusahaan menginginkan tingkat profitabilitas yang selalu tinggi dan stabil. Dari hasil keuntungan tersebut, perusahaan dapat menahan sebagian profit-nya ke dalam laba ditahan ataupun untuk ekspansi usaha. Dalam kaitannya dengan struktur modal, jika alokasi keuntungan ke dalam laba ditahan besar, maka perusahaan cenderung lebih memilih untuk melakukan pendanaan tambahan dari laba ditahan, untuk kekurangannya dapat dipenuhi dengan menggunakan utang. Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi akan mengurangi utang. Hal ini disebabkan perusahaan menahan sebagian besar keuntungannya pada laba ditahan sehingga mengandalkan sumber internal dan relatif mengurangi penggunaan utang. Hal ini sesuai dengan Pecking Order Theory yang menyebutkan bahwa perusahaaan akan lebih memilih memprioritaskan penggunaaan sumber dana internal dari perusahaan, kekurangannya dipenuhi menggunakan sumber dana eksternal.
(23)
Pengambilan keputusan dalam menentukan prioritas penggunaan sumber pendanaan baik dari internal ataupun eksternal dapat menimbulkan masalah antar pihak yang ada diperusahaan. Hal ini disebut dengan konflik keagenan. Konflik ini disebabkan adanya perbedaan kepentingan diantara pihak-pihak yang ada di dalam perusahaan. Pemegang saham sebagai
principal memberikan tugas kepada manajer untuk mengelola modal yang sudah diinvestasikan. Di satu sisi pemegang saham ingin keuntungan yang diperoleh perusahaan digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang saham, namun di sisi lain manajer ingin menggunakan pendapatan tersebut untuk memperkaya diri sendiri. Untuk mengurangi konflik dan biaya keagenan (agency cost) yang harus dikeluarkan agar manajer melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tujuan perusahaan yaitu meningkatkan kejahteraaan pemegang saham dapat digunakan untuk mengurangi biaya keagenan yaitu dengan meningkatkan kepemilikan institusional. Dengan adanya pihak institusi baik perbankan, lembaga asuransi dan sebagainya secara tidak langsung akan ikut mengawasi perkembangan perusahaan sehingga peningkatan kesejahteraan perusahaan sekaligus peningkatan nilai perusahaan dapat tercapai. Peningkatan kesejahteraan pemegang saham dan peningkatan nilai perusahaan akan berpengah terhadap pertumbuhan perusahaan dimasa depan. Besarnya kesempatan bertumbuh (growth opportunity) perusahaan akan memengaruhi struktur modal perusahaan tersebut. Semakin besar kesempatan perusahaan untuk bertumbuh dimasa yang akan datang, semakin besar pula kebutuhan pendanaan bagi perusahaan tersebut. Kebutuhan dana
(24)
9
yang besar mengharuskan perusahaan untuk mencari sumber dana yang paling murah. Keputusan pemilihan dapat menggunakan dana dari intenal menggunakan laba ditahan atau menggunakan dana dari pihak eksternal yaitu melalui utang. Jika perusahaan terlalu banyak menggunakan sumber dana internal akan menimbulkan penurunan tingkat kesempatan pertumbuhan perusahaan yang di akibatkan tingkat produktivitas yang menurun karena laba ditahan yang seharusnya digunakan untuk penambahan dana operasional digunakan sebagai sumber pendanaan yang lain. Disisi lain, perusahaan yang memperhatikan aspek perpajakan sebagai keuntungan penggunaan utang yang dapat mengurangi biaya bunga, akan lebih memilih untuk menggunakan utang. Namun, masalah yang akan timbul semakin besar utang maka risiko yang dihadapi perusahaan juga akan semakin besar. Risiko yang dihadapi perusahaan ketika menggunakan utang salah satunya adalah risiko laps atau tidak mampu membayar utang. Risiko bisnis merupakan ketidakpastian yang dihadapi perusahaan ketika menjalankan kegiatan bisnisnya, perusahaan yang memiliki risiko bisnis yang tinggi cenderung menggunakan hutang yang lebih sedikit karena kreditur akan meminta biaya yang tinggi (Atmaja, 2008: 225-273 dalam Dewi (2014)). Pajak juga merupakan hal yang sangat penting dalam penentuan struktur modal suatu perusahaan. Keuntungan dari digunakannya utang yaitu adanya keringanan pajak atau penghematan pajak. Penghematan pajak merupakan besarnya pajak yang dapat dihemat perusahaan akibat dari digunakannya utang dalam struktur modal. Brigham dan Houston (2011:180) menyatakan bahwa utang mempunyai keunggulan
(25)
berupa pembayaran bunga dapat digunakan untuk mengurangi pajak sehingga biaya pajak yang harus dibayar menjadi lebih rendah. Keadaan inilah yang telah mendorong adanya penggunaan utang yang semakin besar di dalam struktur modal perusahaan.
Dengan adanya kesenjangan dari masing-masing hasil penelitian maka penulis tertarik untuk menguji kembali faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya. Dalam penelitian ini melakukan pengembangan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Mikrawardhana dkk. (2015). Dengan Variabel Penelitian sebelumnya menggunakan dua variabel independen yaitu profitabilitas dan likuiditas. Sedangkan pengembangannya dalam penelitian ini menambah 3 variabel yaitu, kepemilikan institusional, business risk dan pajak. Periode pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan data tahun 2011 sampai dengan 2015. Perusahaan yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam penelitian sebelumnya menggunakan Perusahaan Multinasional periode 2010-2013. Penelitian ini merupakan penelitian replikasi ekstensi dengan menambah 3 variabel yaitu kepemilikan institusional business risk dan pajak. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis perlu melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Kepemilikan Institusional, Business Risk dan Pajak terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
(26)
11
B. Batasan Masalah Penelitian
Penelitian ini dibatasi oleh variabel-variabel independen seperti Likuiditas, Profitabilitas, Kepemilikan Institusional, Business Risk dan Pajak yang mempengaruhi struktur modal. Dalam penelitian ini menggunakan Laporan Keuangan pada Perusahan Manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia dalam periode 2011 sampai dengan 2015.
C. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka penulis merumuskan masalah penelitian ini, yaitu :
1. Apakah likuiditas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal? 2. Apakah profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal? 3. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap struktur
modal?
4. Apakah business risk berpengaruh signifikan terhadap struktur modal? 5. Apakah pajak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis pengaruh likuiditas terhadap struktur modal 2. Menganalisis pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal
3. Menganalisis pengaruh kepemilikan institusional terhadap struktur modal 4. Menganalisis pengaruh business risk terhadap struktur modal
(27)
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Praktiks
a. Penelitian ini dapat bermanfaat untuk memberikan ilmu pengetahuan tentang pentingnya melihat faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal sebelum menanamkan investasi pada perusahaan. Hal ini karena struktur modal yang optimal dapat meningkatkan nilai perusahaan, sehingga tingkat pengembalian yang diterima investor lebih tinggi. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan pendanaan perusahaan sehingga mendapatkan hasil yang diharapkan.
b. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran informasi bagi pihak kreditur sebagai pertimbangan dalam meminjamkan dana kepada perusahaan.
2. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan bukti empiris mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal.
b. Diharapkan dapat menjadi referensi ataupun data tambahan penelitian sejenis, khususnya pada program studi manajemen keuangan untuk melakukukan penelitian lebih lanjut.
(28)
13 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Struktur Modal
Struktur modal merupakan kombinasi (proporsi) pembelajaran jangka panjang permanen perusahaan yang dinyatakan oleh hutang, saham preferen dan saham biasa. (Sabardi 1994). Struktur modal menciptakan pedanaan yang efektif bagi perusahaan, struktur modal yang optimal menurut Brigham dan Houston (2001) risiko yang semakin tinggi cenderung menurunkan harga saham, tetapi meningkatkan tingkat pengembalian yang diharapkan akan menaikkan harga saham tersebut. Karena itu, strukur modal yang optimal harus berada pada keseimbangan antara risiko dan pengembalian yang memaksimumkan harga saham. Pada saaat tertentu manajemen perusahaan menetapkan struktur modal yang ditargetkan yang mungkin merupakan struktur yang optimal, meskipun target tersebut dapat berubah dari waktu ke waktu.
Struktur modal pada dasarnya merupakan suatu pembiayaan permanen yang terdiri dari modal sendiri dan modal asing, dimana modal sendiri terdiri dari berbagai saham dan laba ditahan. Penggunaan modal asing berupa utang akan menimbulkan beban yang tetap berupa bunga. Besarnya penggunaan modal asing ini meningkatkan penggunaan pengungkit keuangan yang digunakan perusahaan yang diharapkan mampu
(29)
menghasilkan return yang lebih besar dari bunga sehingga didapatkan keuntungan di atas tingkat bunga utang. Semakin besar proporsi modal asing atau utang jangka panjang dalam struktur modal perusahaan akan semakin besar pula risiko kemungkinan terjadinya ketidakmampuan untuk membayar utang beserta bunga pada saat jatuh tempo. Bagi kreditur hal ini berarti bahwa kemungkinan dana yang mereka tanamkan dalam perusahaan untuk dipertaruhkan pada kemungkinan kerugian juga semakin besar.
Berdasarkan definisi struktur modal yang telah disebutkan di atas, ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan pendanaan pada perusahaan yang akan dilakukan oleh manajer maupun investor.
a. Keputusan Pendanaan
Keputusan pendanaan suatu perusahaan merupakan keputusan yang dilakukan oleh manajer keuangan yang berkaitan dengan baagaimana membiayai keputusan investasi yang akan dilakukan perusahaan (Wiagustini dalam Arini: 2010:207).
1. Sumber Dana Menurut Asalnya, sumber dana intern, dana yang berasal dari sumber intern adalah dana atau modal yang dibentuk atau dihasilkan sendiri didalam perusahaan seperti laba ditahan dan penyusutan. Sumber dana ekstern adalah sumber yang berasal dari luar perusahaan, dana yang berasal dari sumber ekstern adalah dana
(30)
15
yang berasal dari para kreditur dan pemilik peserta atau pengambil bagian di dalam perusahaan.
2. Sumber Dana menurut jangka waktunya, sumber dana jangka pendek merupakan sumber dana yang tertanam didalam perusahaan maksimum satu tahun. Sumber dana menengah merupakan sumber dana yang tertanam didalam perusahaan kurang dari sepuluh tahun. Sumber dana jangka panjang adalah sumber dana yang tertanam dalam perusahaan lebih dari sepuluh tahun.
Diketahui bahwa keputusan pendanaan dalam struktur modal juga didukung oleh beberapa faktor yang dapat mempengaruhi dalam proses pendanaan suatu perusahaan dimana seorang investor maupun manajer harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal.
b. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Dalam Pengambilan Keputusan Struktur Modal
Menurut Brigham dan Houston (2001) yaitu, stabilitas penjualan, struktur aktiva, leverage operasi, tingkat pertumbuhan, profitabilitas, pajak, pengendalian, sikap manajemen,sikap pemberi pinjaman dan lembaga penilai peringkat, kondisi pasar, kondisi internal perusahaan, fleksibilitas keuangan. Menurut Weston dan Brigham (1992) faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan struktur modalyaitu, stabilitas penjualan, struktur aktiva, elastisitas
(31)
operasi, tingkat pertumbuhan, profitabilitas, pajak, kendali, sikap manajemen, sikap kreditur, kodisi pasar , kondisi internal perusahaan.
Dalam penelitian fokus pada lima variabel yang mempengaruhi struktur modal yaitu:
1. Likuiditas
Kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap utang lancarnya (utang dalam hal ini merupakan kewajiban perusahaan. Dalam penelitian ini menggunakan rasio lancar dengan membandingkan aset lancar dan kewajiban lancar. Dalam suatu perusahaan jika memiliki rasio yang rendah menunjukkan risiko likuiditas yang tinggi, sedangkan rasio lancar yang tinggi menunjukkan adanya kelebiahan aktiva lancar yang mempunyai pengaruh tidak baik terhadap profitabilitas perusahaan. (Hanafi dan Halim 2009:75). 2. Profitabilitas
Kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba, dengan menggunakan pengukuran ROA rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset yang tertentu, rasio yang tinggi menunjukkan efisien manajemen aset yang baik. Hanafi dan Halim (2009).
Profitabilitas merupakan bagaimana perusahaan mampu menghasilkan laba. Ketika suatu perusahaan sudah mencapai profitabilitas yang tinggi maka perusahaan akan mendapatkan laba
(32)
17
yang banyak, perusahaan akan memanfaatkan laba yang di dapatkan untuk mendanai perusahaannya dalam memenuhi kebutuhan kegiatan operasional sehingga perusahaan tersebut akan menghindari pendanaan melalui hutang.
Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan mereka untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan perusahaan dengan dana yang dihasilkan dari internal. Brigham dan Houston (2001).
3. Kepemilikan Institusional
Merupakan proporsi kepemilikan saham yang dimiliki institusional pada akhir tahun yang diukur dalam presentase saham yang dimiliki oleh investor institusional dalam suatu perusahaan seperti perusahaan asuransi, bank, dana pensiun, dan investment banking. Kepemilikan institusional diukur melalui proporsi kepemilikan saham yang dimiliki institusional pada akhir tahun yang diukur dalam persentase saham yang dimiliki oleh investor institusional dalam suatu perusahaan. (Sukirni (2012) dalam Fauman).
4. Business Risk
Merupakan ketidakpastian yang dihadapi perusahaan ketika menjalankan kegiatan bisnisnya. Perusahaan yang memiliki risiko bisnis yang tinggi cenderung menggunakan hutang yang lebih sedikit karena kreditur akan meminta biaya yang tinggi (Atmaja, 2008:
(33)
225-273 dalam Dewi (2014)). Menurut Brigham dan Houston (2011) menytakan bahwa terdapat dua dimensi risiko, yaitu risiko keuangan dan risiko bisnis. Risiko keuangan merupakan tambahan risiko yang dikenakan pada pemegang saham biasa sebagai akibat dari keputusan perusahaan menggunakan utang. Sedangkan risiko bisnis merupakan tingkat risiko dari operasi perusahaan apabila tidak menggunakan hutang. Menurut Brigham dan Houston (2011) yang dimaksud dengan risiko bisnis merupakan fungsi dari ketidakpastian yang inheren didalam proyeksi pengembalian atas modal yang diinvestasikan didalam sebuah perusahaan. Maka sebelum memutuskan menggunakan hutang sebaiknya manajemen perusahaan mempertimbangkan terlebih dahulu risiko bisnisnya. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka penelitian ini menggunakan risiko bisnis sebagai variabel dalam menentukan pendanaan perusahaan. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan risiko bisnis antara lain:
a. Variabilitas permintaan, tingkat risiko bisnis perusahaan akan semakin kecil apabila permintaan atas produk perusahaan semakin konstan dimana hal-hal lainnya tetap.
b. Variabilitas harga jual, perusahaan akan menghadapi risiko bisnis yang lebih tinggi dari perusahaan sejenis apabila harga jual atas produk perusahaan tersebut lebih fluktuatif.
(34)
19
c. Variabilitas harga input, perusahaan yang memperoleh input dengan harga yang sangat tidak pasti juga bisa menghadapi ririko bisnis yang tinggi.
d. Kemampuan menyesuaikan harga output terhadap harga input, sejumlah perusahaan menghadapi kesulitan dalam meningkatkan harga produknya apabila biaya inputnya meningkat. Semakin besar kemampuan suatu peusahaan dlam menyesuaikan harga output, semakin kecil risiko bisnisnya. Kemampuan ini sangat diperlukan perusahan ketika tingkat inflasi menjadi tinggi.
e. Proporsi biaya tetap, risiko bisnis akan meningkat ketika sebagian besar biaya perusahaan merupakan biaya tetap. Hal ini terjadi ketika permintaan menurun namun biaya tetap yang ditanggung oleh perusahaan tetap.
5. Pajak
Merupakan jumlah pajak yang dibebankan kepada masing-masing perusahaan berdasarkan tarif pajak yang ditentukan pemerintah atas penghasilan kena pajak yang diperoleh. Menurut Brigham dan Houston (2001) bunga merupakan beban yang dikurangkan untuk tujuan perpajakan dan pengurangan tersebut bernilai bagi perusahaan `yang terkena tarif pajak yang tinggi karena itu makin tinggi tarif pajak perusahaan makin besar manfaat penggunaan utang.
(35)
Dengan demikian faktor-faktor tersebut didasarkan atas teori yang terkait dengan struktur modal. Adapun beberapa teori yang digunakan dalam struktur modal seperti Trade Off Theory, Pecking
Order Theory dan Agency Theory.
2. Trade-Off Theory
Ada hal yang membuat perusahan tidak bisa menggunakan utang sebanyak-banyaknya satu hal yang terpenting adalah dengan semakin tingginya utang, akan semakin tinggi kemungkinan (probabilitas) kebangkrutan. Semakin tinggi utang, semakin besar bunga yang harus dibayarkan. Kemungkinan tidak membayar bunga yang tinggi akan semakin besar. Pemberi pinjaman bisa membangkrutkan perusahaan jika perusahaan tidak bisa membayar utangnya. Biaya kebangkrutan tersebut bisa cukup signifikan, penelitian di luar negeri menunjukkan biaya kebangkrutan bisa mencapai 20% dari nilai perusahaan. Biaya tersebut mencakup dua hal: biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya kebangkrutan sampai tingkat utang tertentu akan lebih tinggi dibandingkan dengan PV penghematan pajak. Nilai perusahaan akan mulai menurun pada titik tersebut. (Hanafi,2004:309). Biaya lain dari peningkatan utang adalah meningkatnya biaya keagenan utang (agency cost of debt). Teori keagenan mengatakan bahwa diperusahaan terjadi konflik antar pihak-pihak yang terlibat, pihak-pihak pemegang utang dengan pemengang saham. Jika utang meningkat maka konflik antara keduannya akan semakin meningkat,
(36)
21
karena potensi kerugian yang dialami oleh pemegang utang akan semakin meningkat. Dalam situasi tersebut pemegang uatang akan semakin meningkatkan pengawasan (monitoring) terhadap perusahaan.
Dengan demikian gabungan antar teori struktur modal Modigiliani-Miller dengan memasukkan biaya kebangkrutan dan biaya keagenan mengindikasi adanya trade off antara penghematan pajak dari utang dengan biaya kebangkrutan. Teori tersebut kemudian dikenal sebagai teori
trade off struktur modal atau static off capital structure theory. Dalam teori
trade off dalam struktur modal meberikan pandangan baru dalam struktur modal tetapi teori tersebut tidak memberikan formula pasti yang bisa memberikan petunjuk berapa tingkat utang yang optimal. Dalam teori ini belum menjelaskan bagaimana teori yang ideal mengenai tingkat utang yang ideal. Hanafi (2004:310).
3. Pecking Order Theory
Menurut Donaldson (1961) dalam Hanafi (2004:313), secara spesifik perusahaan mempunyai urutan-urutan preferensi dalam penggunaan dana sebagai berikut:
a. Perusahaan memilih pendanaan internal. Dana internal tersebut diperoleh dari laba (keuntungan) yang dihasilkan dari kegiatan perusahaan.
b. Perusahaan menghitung target rasio pembayaran didarsarkan pada perkiraan kesempatan investasi. Perusahaan berusaha menghindari perubahan dividen yang tiba-tiba. Pembayaran dividen diusahakan
(37)
konstan atau kalau berubah terjadi secara gradual dan tidak berubah dengan signifikan.
c. Jika pendanaan eksternal diperlukan perusahaan akan mengeluarkan surat berharga yang paling aman terlebih dahulu. Perusahaan akan memulai dengan utang, kemudian dengan surat berharga campuran (hybrid). Pecking order theory bisa menjelaskan kenapa perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi justru mempunyai tingkat utang yang lebih kecil. Tingkat utang yang kecil tersebut tidak dikarenakan perusahan mempunyai target tingkat utang yang kecil, tetapi karena mereka tidak membutuhkan dana eksternal. Tingkat keuntungan yang tinggi menjadikan dana internal mereka cukup untuk memenuhi kebutuhan investasi. Hanafi (2004) mempunyai biaya asimetri paling kecil. Urut-urutan preferensi penggunaan dana berdasarkan biaya asimetri adalah: dana internal, utang, dan penerbitan saham, dengan demikian model asimetri informasi bisa dipakai menjelaskan perilaku struktur modal.
4. Agency Theory
Menurut teori ini, struktur modal disusun sedemikian rupa untuk mengurangi konflik antar berbagai kelompok kepentingan. Hanafi, (2004). Teori ini dikemukakan oleh Jensen dan Meckling pada tahun 1976. Teori ini menjelaskan bahwa manajemen merupakan agen dan pemegang saham sebagai pemilik perusahaan. Para pemegang saham berharap agen akan bertindak atas kepentingan mereka sehingga mendelegasikan wewenang
(38)
23
kepada agen. Oleh sebab itu, manajemen harus diberikan imbalan dan pengawasan yang memadai untuk dapat melakukan fungsinya dengan baik.kegiatan pengawasan tentu membutuhkan biaya yang disebut dengan biaya agensi.
Diketahui bahwa para manajer mungkin memiliki tujuan pribadi yang bersaing dengan tujuan memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Manajer diberi kekuasaan oleh para pemilik perusahaan, yaitu pemegang saham untuk membuat keputusan dimana hal ini menciptakan potensi konflik kepentingan yang dikenal sebagai teori agensi (Brigham, 2006). Hubungan keagenan terjadi ketika satu atau lebih individu, yang disebut sebagai prinsipal menyewa individu atau organisasi lain yang disebut sebagai agen, untuk melakukan sejumlah jasa dan mendelegasikan kewenangan untuk membuat keputusan kepadaagen tersebut. Hubungan keagenan utama berpotensi terjadi diantara pemegang saham dan manajer, serta manajer dan pemilik utang (Brigham, 2006).
a. Konflik antara Pemegang Saham dengan Kreditur.
Kreditur menerima uang dalam jumlah yang tetap dari perusahaan (bunga utang), sedangkan pendapatan pemegan saham bergantung pada besaran laba perusahaan. Situasi seperti ini, kreditur lebih memperhatikan kemampuan perusahaan untuk membayar kembali utang-utangnya, sedangkan pemegang saham lebih memperhatikan kemampuan perusahaan dalam meraih laba yang banyak. Cara perusahaan untuk memperoleh kembalian yang besar adalah melakukan
(39)
investasi pada proyek-proyek yang berisiko. Usaha dilakukan oleh kreditur untuk mengantisipasi kemungkinan kerugian, kreditur mengenakan biaya keagenan utang, dalam bentuk pembatasan penggunaan utang oleh manajer. Salah satu pembatasan adalah membatasi jumlah penggunaan utang untuk investasi dalam proyek baru (capital rationing).
b. Konflik antara Pemegang Saham dengan Pihak Manajemen
Pihak manajemen tidak selalu bertindak yang terbaik untuk kepentingan pemegang saham, tetapi agak mengarah kepada kepentingan dirinya sendiri. Hal ini mengakibatkan pemegang saham menanggung biaya untuk memantau kegiatan pihak manajemen agar bertindak sesuai dengan tujuan pemegang saham. Biaya yang digunakan kepada manajemen dapat berupa imbalan dan pengawasan yang memadai. Pengawasan dapat dilakukan melalui cara-cara seperti pengikatan agen, pemeriksaan laporan keuangan, dan pembatasan terhadap keputusan yang dapat diambil manajemen. Jensen dan Meckling (1976) dalam (Horne, 1998:482), menyatakan bahwa masalah keagenan berhubungan dengan penggunaan ekuitas eksternal.
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian terdahulu yang dilakukan oleh beberapa peneliti dalam menguji pengaruh variabel-variabel bebas terhadap struktur penelitian yang dilakukan Mikrawardhana (2015), yang menyatakan bahwa profitabilitas dan likuiditas berpengaruh positif signifikan terhadap struktur moda,
(40)
25
penelitian yang dilakukan oleh Setyawan (2016), menunjukkan bahwa secara parsial variabel firm size, growth opportunity, profitability, business risk, effective tax rate, asset tangibility dan firm age memiliki pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal, sedangkan variabel liquidity tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal. Penelitian yang telah dilakukan oleh Naibaho (2015) yang menunjukkan bahwa profitabilitas dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap struktur modal, sedangkan pertumbuhan perusahaan dan struktur aktiva berpengaruh terhadap struktur modal. Penelitian yang dilakukan oleh Arini (2014), menyatakan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa likuiditas, ukuran perusahaan, profitabilitas, pertumbuhan penjualan, berpengaruh terhadap struktur modal kearah negatif, dan strktur aktiva tidak berpengaruh terhadap struktur modal, pada penelitian Gede dan Made (2015) menyatakan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa struktur aktiva dan pajak berpengaruh terhadap struktur modal ke arah positif, profitabilitas dan pertumbuhan aktiva tidak berpengaruh terhadap struktrur modal. Pada penelitian yang dilakukan oleh Reswari dkk (2016) menununjukkan bahwa size, kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhaap struktur modal, sedangkan risiko bisnis dan pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Pada penelitian yang dilakukan oleh Kartika dan Dana (2015) menyatakan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal, likuiditas berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal, ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur
(41)
modal dan tingkat pertumbuhan berpengaruh positif terhadap struktur modal. Pada penelitian Indrajaya (2011) menyatakan hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur aktiva berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal
(leverage), ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal, dan profitabilitas memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan variabel pertumbuhan dan risiko bisnis tidak berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal.
Nuswandari Cahyani (2013) menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif signifikan, size berpengaruh positif signifikan, risiko negatif signifikan, pertumbuhan negatif tidak signifikan, manajerial negatif tidak signifikan. Pada penelitian Santika dan Sudiyanto (2011) menyatakan hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal, struktur aktiva tidak berpengaruh terhadap struktur modal, dan profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Pada penelitian Abdullah (2015) menunjukkan bahwa usia, pertumbuhan bank berpengaruh positif signifikan terhadap leverage (DER). Sedangkan profitabilitas, tangibility asset, ukuran bank berpengaruh negatif signifikan terhadap leverage (DER), likuiditas dan risiko bisnis tidak berpengaruh terhadap leverage (DER). Penelitian yang telah dilakukan oleh Nasution (2016) yang menunjukkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap struktur modal sedangkan pertumbuhan perusahaan, struktur aktiva, dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal. Pada penelitian Wahyuni (2014) menyatakan hasil penelitian
(42)
27
menunjukkan bahwa ukuran dan penghematan pajak berpengaruh postif signifikan, profitabilitas berpengaruh negatif signifikan.
Pada penelitian Bhawa (2015) menyatakan hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap struktur modal, likuiditas dan risiko bisnis berpengaruh positif, profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Pada penelitian Sisworo (2011) menyatakan hasil penelitian menunjukkan bahwa fix tangibility asset dan
dividend tidak berpengaruh terhadap struktur modal, firm size dan kepemilikan institusional berpengaruh terhdapa stuktur modal, growth sales
berpengaruh positif terhadap struktur modal. Penelitian yang dilakuka oleh Destriana (2010) menyatakan bahwa kepemilikan institusional, struktur aset, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan hutang (DER), sedangkan kebijakan deviden dan risiko bisnis tidak berpengaruh terhadap struktur modal.
Pada penelitian Hidayatullah (2016) menyatakan hasil penilitian menunjukkan bahwa Kepemilikan institusional, Kepemilikan manajerial, Ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap struktur modal, jumlah rapat dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Pada penelitian Merta Dewi (2014) dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah likuiditas dan profitabilitas berpengaruh negatif serta signifikan terhadap struktur modal, sedangkan tangibility assets, ukuran perusahaan dan pajak berpengaruh positif serta signifikan terhadap struktur modal. Pada penelitian Ananto (2015) menyatakan hasil penelitian Profitabilitas memiliki pengaruh negatif
(43)
dan signifikan terhadap struktur modal kepemilikan institusional tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal, growth opportunity tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal, likuiditas memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal.
C. Pengaruh Antar Variabel dan Penurunan Hipotesis 1. Pengaruh Likuiditas Terhadap Struktur Modal
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bhawa (2015) menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh positif terhadap struktur modal. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Arini (2014) menunjukkan bahwa likuiditas memiliki pengaruh dengan arah hubungan negatif terhadap struktur modal.
Semakin tinggi likuiditas suatu perusahaan maka semakin besar kemampuan perusahaan tersebut untuk membayar kewajiban jangka pendeknya, dimana semakin likuid perusahaan tersebut sehingga kepercayaan dari kreditur meningkat dan mempermudah perusahaan memperoleh utang jangka panjangnya. Sehingga perusahaan dengan likuiditas yang tinggi akan menggunakan dana internanya yaitu aktiva lancar untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. Kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan baik, maka akan mempunyai pengaruh yang baik dalam membayar hutangnya dan akan mengurangi risiko yang dihadapi. Menurut Pecking Order Theory,
perusahaan dengan tingkat likuiditas tinggi memiliki dana internal yang besar sehingga perusahaan tersebut akan lebih memilih menggunakan dana
(44)
29
internalnya terlebih dahulu untuk membiayai invetasinya sebelum menggunakan pembiayaan eksternal (hutang). Sehingga semakin likuid perusahaan semakin kecil penggunaan hutang, hal tersebut disebabkan oleh karena perusahan mampu membayar hutang jangka pendek menggunakan dana internalnya.
Sehingga semakin tinggi likuiditas sebuah perusahaan makan akan semakin rendah penggunaan hutang. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat ditarik hipotesis:
H1: Likuiditas Berpengaruh Negatif dan Signifikan Terhadap Struktur Modal
2. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Struktur Modal
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Arini (2014) dan Santika (2011) menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal dengan arah negatif. Berdasarkan penelitian Indrajaya dkk (2011) menunjukkan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Pada penelitian yang dilakukan oleh Abdullah (2015) menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap leverage (DER). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Setyawan (2016) menununjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap struktur modal.
Semakin tinggi kemampuan yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan laba semakin mudah perusahaan mendapatkan dana eksternal karena kreditur memberikan bunga yang rendah dengan alasan
(45)
risiko gagal bayar yang rendah, sedangkan investor tertarik dengan tingkat pengembalian yang tinggi. Semakin besar profitabilitas yang dimiliki oleh perusahaan maka jumlah hutang yang digunakan akan rendah, semakin tinggi profitabilitas memiliki pengaruh yang baik untuk perusahaan. Perusahaan akan menggunakan pendanaan internal daripada eksternal dalam membiayai kegiatan operasionalnya, permintaan yang semakin banyak akan meningkatkan aktivitas penjualan maka perusahaan akan memiliki dana internal yang cukup untuk kegiatan operasional perusahaan, semakin besar profit yang dihasilkan semakin rendah struktur modal. Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik hipotesis:
H2: Profitabilitas Berpengaruh Negatif dan Signifikan Terhadap Struktur Modal
3. Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Struktur Modal
Berdasarkan penelitian Reswari (2016) kepemilikan institusional berpengaruh terhadap struktur modal. Berdasarkan penelitian Sisworo (2011) menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal. Adanya monitoring yang dilakukan oleh kreditur sehingga menyebabkan manajer bertindak sesuai keinganan kreditur. Dengan pengawasan yang ketat dilakukan oleh pemegang saham institusi ataupun pihak ketiga yaitu kreditur maka akan mendisiplinkan kinerja manajer dalam pengambilan keputusan pendaan terutama hutang. Dimana dimungkinkan semakin tinggi kepemilikan institusional maka semakin rendah penggunaan hutang. Jika kepemilikan
(46)
31
institusional semakin tinggi maka penggunaan hutang dalam perusahaan akan menurun disebabkan karena institusi langsung mengawasi kinerja perusahaan sehingga mendorong perusahaan untuk menggunakan modal sendiri dari pada hutang, dengan adanya asimetri informasi menyebabkan biaya modal eksternal lebih mahal dari pada sumber dana internal, sehingga perusahaan akan lebih mengutamakan modal sendiri yang asimetri informasinya lebih rendah, diama asimetri yang rendah adalah modal sendiri dimana perusahaan akan menggunakan modal sendiri untuk kegiatan operasional perusahaan, dimana pemengang saham cenderung berorientasi pada return sehingga jika biaya modal tinggi akan berdampak terjadinya kemungkinan risiko kebangkrutan dengan biaya modal yang rendah akan meminimumkan risiko yang dihadapi perusahaan dan dapat menekan biaya operasional perusahaan.
Dengan adanya biaya modal yang rendah maka keuntungan yang diperoleh akan semakin tinggi, sehingga dimungkinkan bahwa pemegang saham lebih menyukai pendanaan modal sendiri dibandingkan hutang dengan pertimbangan biaya modal rendah. Semakin tinggi kepemilikan institusional maka semakin rendah penggunaan hutang. Berdasarkan uraian diatas maka dapat ditarik hipotesis:
H3: Kepemilikan Institusional Berpengaruh Negatif dan Signifikan Terhadap Struktur Modal
(47)
4. Pengaruh Business Risk Terhadap Struktur Modal
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Setyawan (2016) dan Nuswandari (2013) menunjukkan bahwa ada variabel business risk dapat dilihat bahwa
business risk memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap struktur modal apabila business risk mengalami kenaikan, maka struktur modal akan mengalami penurunan.
Perusahaan dengan risiko bisnisnya tinggi cenderung menggunakan hutang semakin kecil untuk menjalankan kegiatan operasionalnya, dimana perusahaan yang memiliki risiko tinggi kurang mendapat kepercayaan dari kreditor karena tidak menguntungkan bagi pihak kreditor sehingga kreditor menetapkan bunga yang tinggi, dengan adanya bunga yang tinggi maka perusahaan akan cenderung tidak menggunakan hutang sebagai kegiatan operasionalnya. Hal ini sejalan dengan pecking order theory dimana perusahaan akan menggunakan pendanaan internal terlebih dahulu sebelum menggunakan dan eksternal.
Risiko Bisnis (Business risk) mewakili tingkat risiko dari kegiatan operasional perusahaan yang tidak menggunakan pendanaan melalui utang. Perusahaan dengan tingkat risiko bisnis yang tinggi akan cenderung menggunakan utang dalam jumlah kecil karena utang dapat menyebabkan
financial distress perusahaan meningkat. Perusahaan dengan risiko bisnis besar harus menggunakan hutang lebih kecil dibanding perusahaan yang mempunyai risiko bisnis rendah, karena semakin besar risiko bisnis,
(48)
33
penggunaan hutang yang besar akan mempersulit perusahaan dalam mengembalikan hutang mereka.
Hal ini disebabkan perusahaan harus memperhitungkan risiko bisnisnya karena merupakan faktor potensial yang mengancam kelangsungan hidup perusahaan. Perusahaan dengan risiko bisnis yang tinggi akan kesulitan dalam menentukan target laba karena labanya cenderung fluktuatif. Perusahaan-perusahaan yang memiliki risiko bisnis tinggi akan cenderung menggunakan rasio hutang yang rendah, karena tingkat ketidakpastian pendapatan semakin tinggi yang dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam mengambalikan hutang-hutangnya. Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik hipotesis:
H4: Business Risk Berpengaruh Negatif Signifikan Terhadap Struktur Modal
5. Pengaruh Pajak Terhadap Struktur Modal
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sudarmika dan Sudirman (2015) menunjukkan bahwa pajak berpengaruh terhadap struktur modal ke arah positif. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2014) menunjukkan bahwa penghematan pajak berpengaruh positif terhadap struktur modal. Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Merta Dewi (2014) menyatakan bahwa pajak berpengaruh positif terhadap struktur modal. Penggunaan pajak lebih tinggi harus menggunakan hutang lebih banyak, jika pengehematan pajak lebih kecil dari biaya modal maka potensi kebangkrutan akan terjadi. Dengan demikian maka semakin besar
(49)
penghematan pajak maka semakin besar penggunaan utangnya. Perusahaan yang memiliki tingkat pajak yang rendah cenderung dalam penggunaan struktur modalnya juga rendah dan sebaliknya bila pajak perusahaan tinggi maka penggunaan utang akan tinggi untuk pembayaran pajak tersebut, dengan penggunaan utang yang tinggi akan memberikan efisiensi pada pajak dimana bunga yang dihasilkan dari penggunaan utang tersebut akan memberikan dampak yang positif bagi perusahaan dimana perusahaan akan mendapatkan pengurangan dari bunga utang yang dihasilkan. Dalam hal ini adanya utang akan memberikan manfaat dari pajak yang dimana semakin tinggi tarif pajak perusahaan maka semakin besar keuntungan dari penggunaan utang. Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik hipotesis
(50)
35
D. Model Penelitian
Model penelitian ini menggambarkan Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Kepemilikan Institusional, Business Risk Dan Pajak sebagai variabel independen dan struktur modal sebagai variabel dependen.
Variabel Independen (X)
H1- Variabel Dependen(Y)
H2- H3- H4- H5+
Gambar 2.1 Model Penelitian
Likuiditas Profitabilitas
Kepemilikan Institusional
Business Risk
Pajak
Struktur Modal (DER)
(51)
36 A. Obyek/Subyek Penelitian
Obyek dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Periode penelitian yang digunakan yaitu tahun 2011-2015. Subyek pada penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan perusahaan
B. Jenis Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini laporan keuangan dari perusahaan-perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011 sampai dengan 2015. Semua sumber data yang digunakan untuk menghitung tiap-tiap faktor dalam studi ini diperoleh dari Annual Report dari
IndonesianStock Exchange (IDX) periode 2011 - 2015.
C. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel secara nonprobabilitas atau pemilihan non random dan metode pengambilan sampel purposive sampling. Purposive Sampling adalah pengambilan sampel berdasarkan kriteria-kriteria.
(52)
37
Kriteria - kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Sumber Data: Lampiran 3 dan 4
D. Teknik Pengumpulan Data
Data Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah data perusahaan yang secara konsisten terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011 sampai dengan 2015. Data diperoleh dari website PT Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id.
Kriteria Perusahaan Perusahaan Perusahaan Manufaktur Yang Listing Di Bursa
Efek Indonesia Selama Periode 2011-2015. 143 Perusahaan Yang Tidak Memiliki Kepemilikan
Institusional Selama Periode Penelitian. (3) Perusahaan Yang Tidak Memiliki Laba Positif
Selama Periode Penelitian Selama 2011-2015 (46) Perusahaaan Yang Tidak Konsisten Menerbitkan
Laporan Tahunan Perusahaan Selama 2011-2015
(50)
Jumlah Sampel Perusahaan 42
Data Sebelum Outlier Selama 2011-2015 210
Data Outlier (32)
Data Setelah Outlier 178
Jumlah Sampel Perusahaan 42
(53)
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Penelitian ini menggunakan satu variabel dependen yaitu, Struktur Modal dan lima variabel independen yaitu, Likuiditas, Profitabilitas, Kepemilikan Institusional, Business Risk dan Pajak.
1. Variabel Independen
Penelitian ini menggunakan lima variabel independen yaitu Likuiditas, Profitabilitas, Kepemilikan Institusional, Business Risk dan Pajak. Sedangkan variabel dependen yang digunakan Struktur Modal.
a. Likuiditas (LIK)
Likuiditas mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap utang lancarnya utang dalam hal ini merupakan kewajiban perusahaan. Dalam penelitian ini menggunakan rasio lancar dengan membandingkan aset lancar dan kewajiban lancar. (Hanafi dan Halim 2009:75)
b. Profitabilitas (ROA)
Profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas). Kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba, dengan menggunakan pengukuran ROA rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset yang tertentu, rasio yang tinggi menunjukkan
(54)
39
efisien manajemen aset yang baik. Hanafi dan Halim (2009). Dalam penelitian ini menggunakan Return On Asset (ROA). (Hanafi dan Halim 2009)
c. Kepemilikan institusional (INST)
Kepemilikan institusional merupakan proporsi kepemilikan saham yang dimiliki institusional pada akhir tahun yang diukur dalam presentase saham yang dimiliki oleh investor institusional dalam suatu perusahaan seperti perusahaan asuransi, bank, dana pensiun, dan
investment banking. (Sukirni (2012) dalam Fauman). Kepemilikan Institusional diukur sebagai berikut:
d. Business Risk (RISK)
Business Risk merupakan ketidakpastian yang dihadapi perusahaan ketika menjalankan kegiatan bisnisnya. Perusahaan yang memiliki risiko bisnis yang tinggi cenderung menggunakan utang yang lebih sedikit karena kreditur akan meminta biaya yang tinggi. Business risk diukur menurut (Hidayati dalam Amiriyah, 2014) sebagai berikut:
(55)
: Standar Deviasi
e. Pajak (TAX)
Bunga merupakan beban yang dikurangkan untuk tujuan perpajakan dan pengurangan tersebut bernilai bagi perusahaan yang terkena tarif pajak yang tinggi karena itu makin tinggi tarif pajak perusahaan , makin besar menfaat penggunaan utang. Brigham dan Houston (2001).
Pajak adalah jumlah pajak yang dibebankan kepada masing-masing perusahaan berdasarkan tarif pajak yang ditentukan pemerintah atas penghasilan kena pajak yang diperoleh. Menurut (Waluyo dalam Santhi, 2000) pajak diukur sebagai berikut:
2. Variabel Dependen Struktur Modal
Struktur modal merupakan sumber pendanaan yang terdiri dari modal sendiri dan modal eksternal dengan tujuan untuk memaksimumkan nilai perusahaan. (Syamsudin 2009:54 dalam Arini). Proksi yang digunakan dalam pengukuran struktur modal:
(56)
41
F. Uji Hipotesis dan Analisis Data 1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data yang telah diperoleh untuk masing-masing variabel penelitian. Statistik deskriptif menggambarkan atau menjelaskan berbagai karakteristik data, seperti mean, median, minimum, maksimum, standar deviasi, skewness, kurtosis, jarque-bere, probabilitas.
2. Regresi Linear Berganda
Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda. Analisis regresi linier berganda adalah teknik statistik mengukur variabel bebas lebih dari satu dengan pengaruh variable bebas akan dikenakan kepada variable tergantung.
Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen adalah model regresi linier berganda didasarkan pada analisa regresi berganda dengan pengolahan data menggunakan program E-views7.0 dan SPSS 16 untuk menyederhanakan perhitungan dengan metode ekonometrika, variable independen yaitu Likuiditas, Profitabilitas, Kepemilikan Institusional, Business Risk, dan Pajak Terhadap Struktur Modal regresi linear berganda diperoleh persamaan:
(57)
Yit = Struktur Modal
β0 = Konstanta
β12345 = Koefisien variabel 1,2,3,4,5 LIKit = Likuiditas
ROAit = Profitabilitas
INSTit = Kepemilikan Institusional RISKit = Business Risk
TAXit = Pajak
i = Perusahaan Manufaktur t = Periode Waktu ke-t
ε = Error Term
3. Uji Asumsi Klasik
Dalam melakukan estimasi persamaan linier dengan menggunakan metode OLS, maka asumsi-asumsi dari OLS harus dipenuhi. Apabila asumsi tidak terpenuhi, maka tidak akan dapat menghasilkan nilai parameter yang BLUE (Best Linier Unbiased Estimator)
Untuk mengetahui apakah model tersebut memenuhi asumsi BLUE atau tidak, perlu dilakukan beberapa pengujian yaitu
(58)
43
uji multikolinearitas, uji autokorelasi dan uji heteroskedastisitas untuk memastikan bahwa data terdistribusi secara normal.
a) Uji Multikolinearitas
Menurut Ghozali (2014) uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen, model regresi yang baik adalah tidak ditemukannya multikolinearitas yang tinggin atau sempurna antar variabel independen. Untuk mendeteksi ada atau tidak multikoleniaritas didalam model regresi adalah sebagai berikut:
1. Nilai R2 tinggi, tetapi hanya sedikit (bahkan tidak ada) variabel indpenden yang signifikan. Jika nilai R2 tinggi diatas 0,80, maka uji F pada sebagian besar kasus akan menolak hipotesis yang menyatakan bahwa koefisien slope parsial secara simultan sama dengan nol. Tetapi uji t individual menunjukkan sangat sedikit koefisien slope parsial yang secara statistik berbeda dengan nol. 2. Korelasi antara dua variabel independen yang melebihi 0,80 dapat menjadi pertanda bahwa multikolinearitas merupakan masalah serius.
3. Auxilary regression. Multikolinearitas timbul karena satu atau lebih variabel independen berkorelasi secara linear dengan variabel independen lainnya. Salah satu menentukan variabel X
(59)
mana yang berhubungab dengan variabel X lainnya adalah dengan meregres setiap Xi terhadap variabel X sisanya dan menghitung nilai R2 .
4. Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Apabila VIF tidak disekitar 1 maka tidak terjadi gejala multikoleniaritas, tetapi jika VIF melebihi 1 maka terjadi multikoleniaritas. Kemudian melihat nilai tolerance.
b) Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2014), Uji heteroskedasitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika nilai residual atau eror dalam model regeresi adalah homoskedastisitas atau memiliki varian yang sama, maka asumsi homoskedastisitas berarti sama dan sebaran memiliki variance yang sama atau
E( 2) = 2
i= 1,2,3……, n
Mendeteksi permasalahan heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan uji park, uji glesjer, uji korelasi spearman, uji goldfield-quandt, uji breusch-pagan-godfrey dan uji white
(60)
45
c) Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2014), uji autokorlasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam suatu model terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berturut-turut sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya.
Hal ini sering ditemukan pada data runtun waktu atau time
series karena “gangguan” pada individu atau kelompok cenderung
mempengaruhi “gangguan” pada individu atau kelompok yang
sama pada periode berikutnya. Pada data cross-section (silang waktu), masalah autokorelasi relatif jarang terjadi karena gangguan pada observasi yang berbeda berasal dari individu atau kelompok yang berbeda. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi, diantaranya adalah: 1) Uji Durbin Waston (DW test)
Uji Durbin Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept (konstant) dalam model regresi dan tidak ada variabel lag diantara variabel independen.
(61)
Ho = tidak ada autokorelasi (p = 0)
Ha = ada autokorelasi (p ≠ 0)
2) Uji Lagrange Multiple (LM test)
Uji autokorelasi dengan LM test digunakan untuk sample besar diatas 100 observasi. Uji ini lebih tepat digunakan dibanding uji DW terutama apabila sampel yang digunakan relatif besar dan derajat autokorelasi lebih dari satu. Uji LM akan menghasilkan statistik Breusch-Godfrey sehingga uji LM juga kadang disebut uji Breusch-Godfrey.
4. Uji Hipotesis dan Analisis Data
Menurut Ghozali (2014), Menilai ketetepatan model dalam regresi maka dilakukan dengan menggukur dati goodness of fit. Secara statitsik dapat dihitung dengan melihat nilai dari koefisen determinasi, nilai statistik F dam nilai statistik t. Apabila perhitungan statistik menghasilkan nilai yang signifikan maka secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada di daerah kirtis (daerah H0 ditolak).
a) Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji T)
Uji statistik t digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu variabel independen terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel independen lainya konstan. Jika asumsi normalitas eror yaitu μi ~ N (0,σ2) terpenuhi, maka dapat digunakan untuk menguji koefisien parsial dari regresi.
(62)
47
H0 : β1 = 0 dan HA : β1≠0
Uji t t =
Keterangan β1 adalah koefisien parameter, se (β1) adalah
standar eror koefisien parameter keputusantya maka H0 ditolak yang berarti berpengaruh terhadap Y.
b) Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel dependen. Hipotesis nol adalah joint hyphotesis bahwa β1, β2... βk secara simultan sama dengan nol.
H0 : β1 = β2 = ...= βk = 0
Pengujian hipotesis ini sering disebut pengujian signifikansi keseluruhan (overall significance) terhadap garis regresi yang ingin menguji apakah Y secara linear berhubungan dengan kedua X1 dan X2. Joint Hyphotesis dapat diuji dengan teknik analisis variance (ANOVA).
Pengambilan keputusan:
Dimisalkan model regresi dengan k-variabel
Yi = α + β1X1 + β2X2i + β3X3i + ... + βkXki + µi
H0 : β1 = β2 =... = βk = 0
(semua slope koefisien slope secara simultan sama dengan nol) Ha: tidak semua koefisien slope secara simultan sama dengan nol
(63)
Rumus nilai F statistik:
Jika F hitung > F tabel yaitu Fα (k – 1, n – k) maka hipotesis
nil ditolak. Dimana Fα (k – 1, n – k) adalah nilai kritis F pada tingkat
signifikansi α dan derajat bebas (df) pembilang (k – 1) serta derajat bebas (df) penyebut (n – k).
Terdapat hubungan yang erat antara koefisien determinasi (R2) dan Nilai F test. Secara matematis nilai F dapat juga dinyatkan dalam rumus seperti dibawah ini:
Berdasarkan rumus ini dapat disimpulkan jika R2 = 0 maka F juga sama dengan nol. Semakin besar R2 maka nilai semakin besar nilai F namun demikian jika R2 = 1 maka F menjadi tak terhingga jadi dapat disimpulkan uji F statistik yang mengukur signifikansi secara keseluruhan dari garis regresi dapat juga digunakan untuk menguji signifikansi dari R2 dengan kata lain pengujian F statistik sama dengan pengujian terhadap nilai R2 sama dengan nol.
c) Koefisien Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang
(64)
49
kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi data silang (cross-section) relatif rendah karena adanya variasi yang besar anatara masing-masing pengamatan sedangkan untuk data runtun waktu (time series) yang tinggi. biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel dependen, R2 pasti meningkat, tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen atau tidak. Oleh karena itu, banyak peneliti
Koefisien determinasi R2 pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen untuk mengukur kebaikan suatu model. Nilai koefisien determinasi diantara 0 dan 1 (0 < R2 <1), nilai (R2) yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel independen sangat terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi model dependen (Gujarati, 2003). Menganjurkan untuk menggunakan nilai adjusted R2 pada saat mengevaluasi model regresi terbaik. Tidak seperti nilai R2, nilai
(65)
ditambahkan dalam model. Pengujian ini pada intinya adalah mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen.
(1)
Lampiran 5 Hasil olah Data
Hasil Uji Statistik Deskriptif
DER LIK ROA INST RISK TAX
Mean 0.865485 2.247256 0.107787 0.708875 0.039449 0.242136
Median 0.688835 1.884210 0.092615 0.755500 0.032175 0.251075
Maximum 3.028640 6.728860 0.425260 0.962000 0.116370 0.405740
Minimum 0.077650 0.059410 0.007330 0.322200 0.004280 0.066820
Std. Dev. 0.606132 1.270326 0.080996 0.180221 0.024290 0.053247
Skewness 1.134424 1.165134 1.840391 -0.342478 1.403755 -0.723125
Kurtosis 3.750477 4.058937 7.092846 2.026559 4.670074 4.698826
Jarque-Bera 42.35578 48.59023 224.7216 10.50758 79.14516 36.91756
Probability 0.000000 0.000000 0.000000 0.005228 0.000000 0.000000
Sum 154.0564 400.0116 19.18605 126.1797 7.021990 43.10028
Sum Sq. Dev. 65.02903 285.6297 1.161172 5.748863 0.104432 0.501836
Observations 178 178 178 178 178 178
Lampiran 5
Hasil Uji Regresi Linear Berganda Dependent Variable: LOG(DER)
Method: Least Squares Date: 03/07/17 Time: 17:16 Sample: 1 178
Included observations: 178 Weighting series: RISK
Weight type: Standard deviation (average scaling)
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -0,149702 0.288694 -0.518548 0.6047 LOG(LIK) -0,663140 0.059050 -11.23011 0.0000 LOG(ROA) -0,055725 0.046632 -1.194997 0.2337 LOG(INST) -0,560931 0.118339 -4.740040 0.0000 LOG(RISK) -0,107248 0.038594 -2.778834 0.0061 LOG(TAX) 0,376597 0.160961 2.339680 0.0204
Weighted Statistics
R-squared 0.534294 Mean dependent var -0.255388
Adjusted R-squared 0.520756 S.D. dependent var 0.556266
(2)
Sum squared resid 26.45923 Schwarz criterion 1.106366
Log likelihood -82.92119 Hannan-Quinn criter. 1.042608
F-statistic 39.46638 Durbin-Watson stat 1.089219
Prob(F-statistic) 0.000000 Weighted mean dep. -0.231796
Unweighted Statistics
R-squared 0.439800 Mean dependent var -0.388462
Adjusted R-squared 0.423515 S.D. dependent var 0.722840
S.E. of regression 0.548828 Sum squared resid 51.80848
Durbin-Watson stat 0.976914
Lampiran 5 (Lanjutan)
Hasil Uji Multikoleniaritas Variance Inflation Factors
Date: 03/07/17 Time: 17:25 Sample: 1 178
Included observations: 178
Coefficient Uncentered Centered
Variable Variance VIF VIF
C 0.083344 96.43794 NA
LOG(LIK) 0.003487 2.234219 1.086204
LOG(ROA) 0.002175 18.85928 1.153888
LOG(INST) 0.014004 3.188873 1.161255
LOG(RISK) 0.001490 33.81668 1.061330
(3)
Lampiran 5 (lanjutan)
Hasil Uji Heteroskedastisitas Heteroskedasticity Test: Harvey
F-statistic 1.803725 Prob. F(5,172) 0.1145
Obs*R-squared 8.868235 Prob. Chi-Square(5) 0.1144
Scaled explained SS 8.654808 Prob. Chi-Square(5) 0.1237
Test Equation:
Dependent Variable: LWRESID2 Method: Least Squares
Date: 03/07/17 Time: 17:24 Sample: 1 178
Included observations: 178
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -3.747830 0.356260 -10.51994 0.0000
LOG(LIK)*WGT -0.776191 0.329094 -2.358572 0.0195
LOG(ROA)*WGT -0.061343 0.252348 -0.243087 0.8082
LOG(INST)*WGT 0.905850 0.648200 1.397486 0.1641
LOG(RISK)*WGT 0.072622 0.261926 0.277260 0.7819
LOG(TAX)*WGT -0.803303 0.828866 -0.969159 0.3338
R-squared 0.049822 Mean dependent var -3.551240
Adjusted R-squared 0.022200 S.D. dependent var 2.200738
S.E. of regression 2.176173 Akaike info criterion 4.426139
Sum squared resid 814.5453 Schwarz criterion 4.533390
Log likelihood -387.9264 Hannan-Quinn criter. 4.469632
F-statistic 1.803725 Durbin-Watson stat 1.287801
(4)
Lampiran 5 (lanjutan)
Hasil Uji Autokorelasi Date: 03/07/17 Time: 17:23
Sample: 1 178
Included observations: 178
Autocorrelation Partial Correlation AC PAC Q-Stat Prob
.|* | .|* | 1 0.106 0.106 2.0272 0.155
.|. | .|. | 2 0.021 0.010 2.1092 0.348
.|. | .|. | 3 -0.009 -0.013 2.1249 0.547
.|. | .|. | 4 -0.002 -0.000 2.1258 0.713
.|. | .|. | 5 -0.007 -0.006 2.1341 0.830
*|. | *|. | 6 -0.078 -0.077 3.2608 0.775
.|. | .|. | 7 -0.009 0.008 3.2747 0.858
.|. | .|. | 8 -0.034 -0.032 3.4936 0.900
.|. | .|. | 9 -0.030 -0.025 3.6631 0.932
*|. | .|. | 10 -0.066 -0.060 4.4883 0.923
.|. | .|. | 11 -0.042 -0.030 4.8251 0.939
.|. | .|. | 12 -0.014 -0.013 4.8656 0.962
.|. | .|. | 13 -0.006 -0.004 4.8721 0.978
.|. | .|. | 14 -0.039 -0.045 5.1748 0.983
.|. | .|. | 15 -0.035 -0.032 5.4173 0.988
.|. | .|. | 16 -0.020 -0.024 5.4977 0.993
.|. | .|. | 17 -0.028 -0.033 5.6574 0.995
.|. | .|. | 18 -0.038 -0.040 5.9395 0.996
.|. | .|. | 19 0.040 0.042 6.2617 0.997
.|. | .|. | 20 -0.036 -0.059 6.5173 0.998
.|. | .|. | 21 0.009 0.005 6.5330 0.999
.|. | .|. | 22 0.020 0.011 6.6170 0.999
.|. | .|. | 23 0.034 0.020 6.8616 1.000
.|. | .|. | 24 0.007 -0.014 6.8720 1.000
.|. | .|. | 25 -0.014 -0.018 6.9153 1.000
.|. | .|. | 26 0.024 0.011 7.0369 1.000
.|. | .|. | 27 0.032 0.025 7.2527 1.000
.|. | .|. | 28 -0.029 -0.046 7.4362 1.000
.|. | .|. | 29 -0.062 -0.056 8.2741 1.000
.|. | .|. | 30 -0.034 -0.028 8.5263 1.000
.|. | .|. | 31 -0.049 -0.050 9.0469 1.000
.|. | .|. | 32 -0.049 -0.045 9.5684 1.000
.|. | .|. | 33 -0.054 -0.042 10.206 1.000
.|. | .|. | 34 -0.041 -0.045 10.578 1.000
.|. | .|. | 35 -0.040 -0.050 10.938 1.000
(5)
Lampiran 5 (lanjutan)
Hasil Uji T test Dependent Variable: LOG(DER)
Method: Least Squares Date: 03/07/17 Time: 17:16 Sample: 1 178
Included observations: 178 Weighting series: RISK
Weight type: Standard deviation (average scaling)
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -0,149702 0.288694 -0.518548 0.6047 LOG(LIK) -0,663140 0.059050 -11.23011 0.0000 LOG(ROA) -0,055725 0.046632 -1.194997 0.2337 LOG(INST) -0,560931 0.118339 -4.740040 0.0000 LOG(RISK) -0,107248 0.038594 -2.778834 0.0061 LOG(TAX) 0,376597 0.160961 2.339680 0.0204
Weighted Statistics
R-squared 0.534294 Mean dependent var -0.255388
Adjusted R-squared 0.520756 S.D. dependent var 0.556266
S.E. of regression 0.392215 Akaike info criterion 0.999114
Sum squared resid 26.45923 Schwarz criterion 1.106366
Log likelihood -82.92119 Hannan-Quinn criter. 1.042608
F-statistic 39.46638 Durbin-Watson stat 1.089219
Prob(F-statistic) 0.000000 Weighted mean dep. -0.231796
Unweighted Statistics
R-squared 0.439800 Mean dependent var -0.388462
Adjusted R-squared 0.423515 S.D. dependent var 0.722840
S.E. of regression 0.548828 Sum squared resid 51.80848
(6)
Lampiran 5 (lanjutan)
Hasil uji F dan Hasil Koefisien Determinasi Dependent Variable: LOG(DER)
Method: Least Squares Date: 03/07/17 Time: 17:16 Sample: 1 178
Included observations: 178 Weighting series: RISK
Weight type: Standard deviation (average scaling)
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -0,149702 0.288694 -0.518548 0.6047
LOG(LIK) -0,663140 0.059050 -11.23011 0.0000
LOG(ROA) -0,055725 0.046632 -1.194997 0.2337
LOG(INST) -0,560931 0.118339 -4.740040 0.0000
LOG(RISK) -0,107248 0.038594 -2.778834 0.0061
LOG(TAX) 0,376597 0.160961 2.339680 0.0204
Weighted Statistics
R-squared 0.534294 Mean dependent var -0.255388 Adjusted
R-squared 0.520756 S.D. dependent var 0.556266
S.E. of regression 0.392215 Akaike info criterion 0.999114
Sum squared resid 26.45923 Schwarz criterion 1.106366
Log likelihood -82.92119 Hannan-Quinn criter. 1.042608
F-statistic 39.46638 Durbin-Watson stat 1.089219 Prob(F-statistic) 0.000000 Weighted mean dep. -0.231796
Unweighted Statistics
R-squared 0.439800 Mean dependent var -0.388462
Adjusted R-squared 0.423515 S.D. dependent var 0.722840
S.E. of regression 0.548828 Sum squared resid 51.80848