Hasil pegujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Semakin tinggi profit yang
dihasilkan kecenderungan perushaan untuk tidak selalu menggunakan dana eksternal, dimana besarnya modal sendiri yang berasal dari laba ditahan
sudah dapat membiayai kegiatan operasional perusahaan. Sehingga perusahaan dengan laba yang tinggi akan cenderung menggunakan dana
internal, karena perusahaan yakin dengan tingginya aktiva maka itu sudah cukup untuk membiayai kebutuhan perusahaan dengan dana yang dimiliki
perusahaan, sesuai dengan pecking order theory juga menjelaskan perusahaan yang tingkat profitabilitasnya yang tinggi justru mempunyai
tingkat hutang yang kecil, dengan tinggi atau rendahnya profitabilitas tidak akan berpengaruh terhadap hutang, ada perspektif yang menyebabkan
profitabilitas tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Hal itu disebabkan bahwa pandangan kreditor terhadap perusahaan dengan
profitabilitas yang tinggi mempunyai likuiditasnya yang besar pula, biasanya perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi besar kemungkinan
juga mempunyai likuiditas yang tinggi pula yaitu bagaimana perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Dikarenakan likuiditas
hanya bisa memenuhi kebutuhan jangka pendek perusahaan. Sehinggga dengan profitabilitas yang tinggi tidak menjamin kreditor memberikan
pinjaman modal, karena hutang merupakan beban jangka panjang perusahaan yang wajib dibayar oleh perusahaan ke kreditor. Sebab apabila
diikuti dengan penggunaan hutang yang besar pula akan berdampak pada
munculnya biaya hutang yang kurang efisien dimana biaya tersebut harus ditanggung oleh perusahaan. Sehingga perusahaan dengan profit tinggi
akan cenderung memanfaatkan dana internal sebagai operasional perusahaan, maka dengan demikian tingkat hutang yang digunakan akan
semakin rendah. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Indrajaya 2011 dan
Abdullah 2015 yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Namun sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Nasution 2016, Naibaho 2015 dan Primantara 2016 yang menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap struktur
modal. 3.
Kepemilikan Institusional Terhadap Struktur Modal Berdasarkan hasil pengujian statistik menggunakan uji T diperoleh
hasil bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal, dengan nilai koefisien regresi sebesar -0,560931
dan nilai signifikan variabel kepemilikan institusional sebesar 0,0000, nilai signifikan 0,0000 alpha 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel
kepemilikan institusional pengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal.
Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Hal ini berarti
bahwa pemegang saham institusi saham menentukan proporsi penggunaan hutang oleh perusahaan. Hasil ini juga dapat diartikan bahwa semakin
besar proporsi kepemilikan saham institusi maka akan menurunkan penggunaan hutang oleh perusahaan. Semakin tinggi kepemilikan
institusional maka pengawasan akan semakin meningkat sehingga mendorong perusahaan dalam menggunakan modal sendiri dengan adanya
asimetri informasi menyebabkan biaya modal eksternal lebih mahal dari pada sumber dana internal, sehingga perusahaan akan lebih mengutamakan
modal sendiri yang asimetri informasinya lebih rendah, diama asimetri yang rendah adalah modal sendiri dimana perusahaan akan menggunakan
modal sendiri untuk kegiatan operasional perusahaan, dimana pemengang saham cenderung berorientasi pada return sehingga jika biaya modal tinggi
akan berdampak terjadinya kemungkinan risiko kebangkrutan dengan biaya modal yang rendah akan meminimumkan risiko yang dihadapi
perusahaan dan dapat menekan biaya operasional perusahaan. Dengan adanya biaya modal yang rendah maka keuntungan yang
diperoleh akan semakin tinggi, sehingga dimungkinkan bahwa pemegang saham lebih menyukai pendanaan modal sendiri dibandingkan hutang
dengan pertimbangan biaya modal rendah. Semakin tinggi kepemilikan institusional maka semakin rendah penggunaan hutang.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Haryadi 2016 dan Destriana 2010 yang menyatakan bahwa
kepemilikan institusional berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal.
4. Pengaruh Business Risk Terhadap Struktur Modal
Berdasarkan hasil pengujian statistik menggunakan uji T diperoleh hasil bahwa business risk berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
struktur modal, dengan nilai koefisien regresi sebesar -0,107248 dan nilai signifikan variabel business risk sebesar 0,0061, nilai signifikan 0,0061
alpha 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel business risk berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal.
Hasil pengujian hipotesis keempat menunjukkan bahwa Business Risk tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Perusahaan dengan risiko
bisnisnya tinggi cenderung menggunakan hutang semakin kecil untuk menjalankan kegiatan operasionalnya, dimana perusahaan yang memiliki
risiko tinggi kurang mendapat kepercayaan dari kreditur karena tidak menguntungkan bagi pihak kreditur sehingga kreditor menetapkan bunga
yang tinggi, dengan adanya bunga yang tinggi maka perusahaan akan cenderung tidak menggunakan hutang sebagai kegiatan operasionalnya.
Hal ini sejalan dengan pecking order theory dimana perusahaan akan menggunakan pendanaan internal terlebih dahulu sebelum menggunakan
dan eksternal. Semakin besar risiko bisnis, penggunaan hutang yang besar
akan mempersulit perusahaan dalam mengembalikan hutang mereka. Disamping itu perusahaan dengan tingkat risiko yang tinggi kreditur
cenderung memiliki keengganan untuk memberi pinjaman. Perusahaan yang memiliki tingkat risiko bisnis yang tinggi,
maka akan semakin rendah tingkat hutang yang digunakan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Setyawan 2016, Nuswandari 2013 dan Primatara 2016 yang menyatakan bahwa risiko bisnis berpengaruh negatif
signifikan terhadap struktur modal. 5.
Pengaruh Pajak Terhadap Struktur Modal Berdasarkan hasil pengujian statistik menggunakan uji T diperoleh
hasil bahwa pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal, dengan nilai koefisien regresi sebesar -0,376597 dan nilai
signifikan variabel pajak sebesar 0,0204, nilai signifikan 0,0204 alpha 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel pajak berpengaruh positif dan
signifikan terhadap struktur modal. Hasil pengujian hipotesis kelima menunjukkan bahwa pajak
berpengaruh positif terhadap struktur modal. Penggunaan pajak lebih tinggi harus menggunakan hutang lebih banyak, jika pengehematan pajak
lebih kecil dari biaya modal maka potensi kebangkrutan akan terjadi. Dengan demikian maka semakin besar penghematan pajak maka semakin
besar penggunaan utangnya. Perusahaan yang memiliki tingkat pajak yang rendah cenderung dalam penggunaan struktur modalnya juga rendah dan
sebaliknya semakin tinggi pajak maka penggunaan utang akan tinggi untuk pembayaran pajak tersebut, dengan penggunaan utang yang tinggi akan
memberikan efisiensi pada pajak dimana bunga yang dihasilkan dari penggunaan utang tersebut akan memberikan dampak yang positif bagi
perusahaan dimana perusahaan akan mendapatkan pengurangan dari bunga utang yang dihasilkan. Dalam hal ini adanya utang akan memberikan
manfaat dari pajak yang dimana semakin tinggi tarif pajak perusahaan maka semakin besar keuntungan dari penggunaan utang. Penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Primantara 2016 Merta Dewi 2014 dan Wahyuni 2014 yang menyatkan bahwa pajak
berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal.
72
BAB V SIMPULAN SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis tentang analisis pengaruh likuiditas, profitabilitas, kepemilikan institusional, business
risk dan pajak terhadap struktur modal studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011 sampai dengan 2015.
Berdasarkan metode purposive sampling diperoleh 42 sampel dengan 178
obsevasi perusahaan manufaktur yang memenuhi kiteria.
Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis dengan menggunakan program Eviews 7.0, maka penulis dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Likuiditas berpengaruh negatif secara signifikan terhadap struktur modal.
Semakin tinggi likuiditas maka kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan baik dalam setiap membayar hutang,
sehingga akan mengurangi tingkat risiko yang diperoleh dari hutang. Dimana perusahaan akan menggunakan dana internal yaitu aktiva lancar
untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. 2.
Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap struktur modal Perusahaan dengan laba yang tinggi akan cenderung menggunakan dana
internal, karena perusahaan yakin dengan tingginya aktiva maka itu sudah
cukup untuk membiayai kebutuhan perusahaan dengan dana yang dimiliki perusahaan, perusahaan yang tingkat profitabilitasnya yang tinggi justru
mempunyai tingkat hutang yang kecil, dengan tinggi atau rendahnya profitabilitas tidak akan berpengaruh terhadap hutang.
3. Kepemilikan Institusional berpengaruh negatif terhadap struktur modal
Semakin tinggi kepemilikan institusional penggunaan hutang semakin rendah dengan adanya pengawsan secara langsung oleh pihak institusi
maka mendorong perusahaan untuk menggunakan modal sendiri dimungkinkan adanya biaya modal semakin tinggi, sehingga pemegang
saham lebih memilih menggunakan pendanaan internal yaitu modal sendiri yang dapat meminimumkan biaya modal. Maka semakin rendah biaya
modal keuntungan yang diperoleh akan semakin besar. Sehingga dimungkinkan pemegang saham menggunnakan hutang semakin rendah
dengan pertimbangan biaya modal rendah. 4.
Business risk berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal Semakin besar risiko bisnis, penggunaan hutang yang besar akan
mempersulit perusahaan
dalam mengembalikan
hutang mereka.
Disamping itu perusahaan dengan tingkat risiko yang tinggi kreditur cenderung memiliki keengganan untuk memberi pinjaman. Perusahaan
yang memiliki tingkat risiko bisnis yang tinggi, maka akan semakin rendah
tingkat hutang yang digunakan.
5. Pajak berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal
Semakin tinggi pajak maka penggunaan utang akan semakin tinggi, dimana penggunaan hutang yang tinggi akan memberikan manfaat bagi
pajak yaitu memperoleh efisiensi dari hutang, bunga yang dihasilkan dari penggunaan utang tersebut akan memberikan dampak yang positif bagi
perusahaan dimana perusahaan akan mendapatkan pengurangan dari bunga utang yang dihasilkan.
6. Dari hasil analisis data secara simultan variabel likuiditas, profitabilitas,
kepemilikan institusional, business risk, dan pajak dapat disimpulkan bahwa variabel independen tersebut secara bersama-sama berpengaruh
terhadap variabel dependen struktur modal.
7. Dari hasil Uji Koefisien determinasi nilai Adjusted R-squared sebesar
0,52076. Hal ini menunjukkan bahwa variabel dependen struktur modal dapat dijelaskan sebesar 52,07 oleh variabel independen yaitu Likuiditas,
Profitabilitas, Kepemilikan Institusional, Business Risk dan Pajak. Sedangkan sisanya 47,93 dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian
ini.