perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
50 Permasalahan yang ditemui dalam DPS ini hampir dialami oleh semua
KPU daerah yang menyelenggarakan pemilukada.
c. Penetapan Daftar Pemilih Tetap
Merupakan tahapan akhir dalam proses penetapan pemilih yang berhak memberikan hak pilihnya dalam pemilukada 26 April 2010, namun harus diakui
masalah pemilih cukup mengur as tenaga dan membutuhkan perhatian ekstra dar i penyelenggara pemilukada, sebab masalah pemilih ini dianggap salah satu titik
rawan dalam tahapan pemilukada langsung. Dan ini terbukti, di beberapa daerah masalah keakuratan dalam daftar pemilih ini menjadi pemicu munculnya reaksi
masyarakat maupun pendukung pasangan calon pasca pemilukada. Oleh karena itu untuk menghadapi masalah ini perlu dicari langkah terbaik
dan ekstra hati-hati dalam mengambil keputusan berkaitan dengan pemilih ini, sebab pada kenyataanya permasalahan ini belum berakhir, bahkan sampai batas waktu
penetapan DPT sesuai tahapan dan jadwal yang telah ditetapkan yaitu tanggal 19 februari 2010, sehingga KPU kota Surakarta harus merevisi jadwal penetapan DPT.
Namun dalam perjalananya setelah DPT ini ditetapkan, masalah pemilih masih berlanjut dan dilaporkan terjadi di beberapa kelurahan, antara lain kelurahan
sondakan, penumping, kerten dan kestalan. Permasalahan yang terjadi masih berkisar tentang adanya pemilih yang tidak terdaftar dalam DPT yang telah ditetapkan oleh
KPU kota Surakarta. Menyikapi masalah ini KPU kota Surakarta melalui rapat pleno mengambil keputusan bahwa terhadap nama-nama yang sudah tercantum dalam
DP4DPS tetapi tidak tercantum dalam DPT disetujui untuk dimasukan sebagai pemilih, sedangkan terhadap nama-nama yang tidak tercantum dalam DP4DPS tidak
dapat dimasukan kedalam daftar pemilih tetap. Akan tetapi, permasalahan belum selesai sampai disini dengan kembalinya
muncul masalah pemilih yang kali ini datang dari tim kampanye pasangan calon, yang membawa data-data penduduk yang memiliki syarat sebagai pemilih namun
tidak terdaftar dalam DP4, DPS,dan DPT. Menghadapi situasi demikian, KPU`kota Surakarta kemudian memutuskan untuk mengadakan rapat pleno yang diperluas,
dengan mengundang dan melibatkan Panwaskot, tim kampanye pasangan calon dan PPK. Dalam Rapat tesebut akhirnya menghasilkan beberapa keputusan yang antara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51 lain memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk didaftar dan masuk dalam
DPT. Namun pendaftaran tersebut hanya berlaku bagi penduduk yang sudah
terdaftar dalam pilpres tahun 2009 atau mempunyai kartu pemilih di wilayah Surakarta tetapi tidak tercantum dalam DP4, DPS dan atau DPT . Mereka dapat
dimasukan kedalam DPT dengan syarat menyerahkan fotocopy kartu pemilih pilpres dengan kode wilayah Surakarta dan fotocopy KTP atau kartu keluarga kota
Surakarta. Berdasar hasil wawancara kepada Lestari, S.H M.Hum selaku subag hukum dan pengawasan sebagai berikut:
KPU kota Surakarta mengakomodir warga yang seharusnya dapat memberikan hak pilihnya, jika sampai pada hari pelaksanaan pencoblosan
tidak tercantum sebagai DPT maka warga tersebut tetap dapat memberikan hak pilihnya dengan syarat menunjukan KTP ata u Kartu keluarga wilayah
Surakarta dan mendapat giliran mencoblos setelah pukul 13.00 WIB. Wawancara tanggal 23 november 2010
Ber dasarkan keputusan KPU kota Surakarta Nomor: 13kptsKPU-SKA- 012.329574tahun 2010 tentang penetapan jumlah pemilih dan jumlah tempat
pemungutan suara pemilihan umum walikota dan wakil walikota Surakarta tahun 2010 ditetapkan sebanyak 393.703 pemilih, yang terdiri dari 191.082 pemilih laki-
laki dan 202.621 pemilih perempuan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52 Tabel 2. Penetapan jumlah pemilih dan jumlah tempat pemungutan suara
pemilukada kota Surakarta tahun 2010. No
KECAMATAN JUMLAH
TPS JUMLAH PEMILIH
JUMLAH PEMILIH
LAKI- LAKI
PEREMPUAN 1.
LAWEYAN 170
33.907 36.436
70.343 2.
BANJAR SARI 301
59.695 63.774
123.469 3.
JEBRES 228
48.726 51.233
99.959 4.
SERENGAN 85
18.809 19.939
38.748 5.
PASAR KLIWON 148
29.945 31.239
61.184
JUMLAH 932
191.082 202.621
393.703
Adapun keputusan Kota Surakarta No. 13 Tahun 2010 dapat dilihat pada lampiran no. 5.
3. Sosialisasi dan Pendidikan Pemilih dalam Rangka Meningkatkan Kesadaran dan Partisipasi Masyarakat dalam Pemilukada Kota Surakarta Tahun 2010
Salah satu keberhasilan dalam pemilu ataupun pemilukada adalah sangat tergantung dari partisipasi masyarakat. Dalam
kontek pemilukada, partisipasi masyarakat dikembangkan melalui kegiatan sosialisasi dan pendidikan pemilih. Sebagai
negara yang mengalami transisi demokrasi seperti Indonesia saat ini, kegiatan sosialisasi dan pendidikan pemilih sangat bermanfaat bagi masyarakat khususnya bagi
mereka yang tingkat pendidikanya rendah dan kelompok-kelompok marginal dalam mengaktualisasikan pilihan-pilihan politik mereka secara benar dalam pemilukada tahun
2010. Program sosialisasi dan pendidikan pemilih yang dilaksanakan oleh KPU kota
Surakarta mempunyai tujuan pertama, masyarakat menyadari hak dan kewajiban sebagai warga negara dengan menggunakan hak pilihnya dalam kegiatan pemilihan
walikota dan wakil walikota surakarta tahun 2010; kedua, masyarakat mempunyai pemahaman tentang perubahan fundamental dalam pemilihan walikota dan wakil
walikota surakarta tahun 2010 terutama dalam cara pemberian suara; ketiga,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53 meminimalisasi kesalahan yang diakibatkan karena salah dalam pemberian tanda karena
ketidaktahuan pemilih. Pelaksanaan sosialisasi dan penyampaian informasi yang menjadi tanggung
jawab KPU kota surakarta difokuskan pada beberapa hal seperti: a. Makna penting pemilukada tahun 2010,
b. Penyelenggaraan pemilukada, c. Tahapan pemilukada tahun 2010,
d. Peserta pemilukada tahun 2010, e. Kampanye,
f. Tata cara pemberian suar a pada surat suara, g. 10 langkah pemilihan di TPS,
h. Surat suara dan, i. Simulasi pemberian suara.
Fokus diatas merupakan implementasi dari peraturan KPU nomor 23 tahun 2008 tentang pedoman pelaksanaan sosialisasi dan penyampaian informasi pemilihan
umumpemilihan kepala daerah. KPU kota Surakarta menempuh kebijakan pelaksanaan sosialisasi dan penyampaian informasi dilakukan dengan berbagai pihak pemangku
kepentingan agar lebih terarah pada kelompok sasaran dan program yang ditempuh dapat terintegrasi dengan baik. Adapun berbagai pihak pemangku kepentingan yang
dimaksud meliputi pemerintah daerah, partai politik pengusung calon yang mengikuti pemilihan, organisasi kemasyarakatan, media, or ganisasi mahasiswa, tokoh masyarakat
dan sebagainya. Seperti halnya dijelaskan oleh Setyo Budiarto,S.Sos yang berada pada divisi teknis dan humas:
Dalam pelaksanaan sosialisasi dan pendidikan pemilih KPU kota Surakarta tidak bekerja sendiri, karena dari pengalaman pelaksanaan sebelumnya terdapat
kekurangan dalam sosialisasi yang mengakibatkan hilangnya suara masyarakat dikarenakan ketidaktahuan tata cara pemberian suara, oleh karena itu KPU kota
Surakarta bekerja sama dengan berbagai elemen masyarakat di kota solo dalam pelaksanaan sosialisasi dan pendidikan pemilih, bahkan KPU Kota Surakarta
bersedia
memfasilitasi kegiatan
yang dilaksanakan,
yang bertujuan
meningkatkan partisipasi masyarakat dan meminimalisir hilangnya suara karena kurangnya pengetahuan seputar pemilukada.
Wawancara tanggal 23 november 2010 Hal senada juga dikatakan oleh Lestari dari divisi hukum KPU kota Surakarta :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54 Ber kaitan dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemilukada
tahun 2010, selain gencar melaksanakan sosialisasi dan pendidikan pemilu secara formal, kami juga mengemas secara sederhana dan menghibur untuk
menjangkau kelompok marginal yang rawan terjadi hilangnya suara mereka, yaitu dengan mengadakan panggung hiburan, pemutaran film layar tancap, dan
dengan menggelar karnaval. Yang mana masyarakat surakarta cukup antuisias terhadap event yang sifatnya hiburan dibanding acara formal. Wawancara 26
november 2010
Sesuai dengan peratur an KPU No. 04 tahun 2009 tentang pedoman pelaksanaan sosialisasi penyelenggaraan pemilihan walikota dan wakil walikota
Surakarta tahun 2010 memiliki beberapa tujuan, antara lain: a. Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan masyarakat akan pentingnya pemilu
kepala daerah dan wakil kepala daerah dalam membangun kehidupan demokrasi di daerah.
b. Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan masyarakat tetang tahapan dan program pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah.
c. Meningkatkan pemahaman tdan pengetahuan masyarakat tentang beberapa hal teknis dalam menggunakan hak pilihnya dengan benar.
d. Meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya pemilih untuk berperan aktif serta dalam setiap tahapan pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah.
e. Meningkatkan kesadaran dan partisipasi pemilih dalam menggunakan hak pilihnya pada pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah.
Adapun Peraturan KPU No. 4 Tahun 2009 dapat dilihat pada lampiran no. 6. Dari tujuan yang menjadi fokus KPU kota Surakarta dalam menjaring
masyarakat dalam menggunakan hak pilih secara benar dan bijak, maka tercapailah beberapa target diantaranya:
a. Tersebarluasnya informasi mengenai tahapan dan program penyelenggaraan pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah kepada masyarakat secara terpadu dengan
mengikutsertakan pemangku kepentingan KPU. b. Tersebarluasnya tema dan materi informasi tentang penyelenggaraan pemilu kepala
daerah dan wakil kepala daerah kepada jajaran KPU dan pemangku kepentingan KPU.
c. Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan masyarakat akan pentingnya pemilu kepala daerah dalam membangun kehidupan demokrasi di daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55 d. Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan masyarakat tentang tahapan dan
program pentingnya pemilu kepala daerah dalam membangun kehidupan demokrasi di daerah.
e. Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan masyarakat beberapa hal teknis dalam menggunakan hak politik dan hak pilihnua dengan benar.
f. Meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya pemilih untuk berperan serta dalam setiap tahapan dan program pentingnya pemilu kepala daerah dalam membangun
kehidupan demokrasi di daerah. g. Meningkatkan kesadaran dan partisipasi pemilh dalam menggunakan hak pilihnya
pada pentingnya pemilu kepala daerah dalam membangun kehidupan demokrasi di daerah.
Dalam peraturan KPU No. 04 tahun 2009 tentang pedoman pelaksanaan sosialisasi penyelenggaraan pemilihan walikota dan wakil walikota Surakarta tahun
2010, KPU kota Surakarta mepunyai fokus pada 10 kelompok yang menjadi sasaran dalam kegiatan sosialisasinya, antara lain a. Masyarakat umum, b. pemilih pemula
remaja, Pemuda, dan mahasiswa, c. perempuan, d. pengemuka pendapat, e. wartawan dan kelompok media lainya, f. TNIPolr i, g. partai politik, h. pengawaspemantau
pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah, i. LSM, j. pemilih dengan kebutuhan khusus penyandang cacat, penghuni LP, PKL, dan lain-lain. Diharapkan dari 10
kelompok tersebut dapat meminimalisir tingkat terbuangnya hak pilih masyarakat. Dalam pelaksanaan sosialisasi KPU kota Surakarta juga menggunakan sistem jemput
bola, yaitu dimana anggota sosialisasi dari KPU kota Surakarta langsung terjun ke lapangan yang mana sulit dijangkau oleh dan butuh perlakuan khusus. Seperti yang
dikatakan oleh ibu lestari S.H, M.Hum: Anggota kita KPU Kota Surakarta juga melakukan sosialisasi dengan
mendatangi pasar-pasar tradisional, lembaga pemasyarakatan, dan rumah sakit. Hal ini dikarenakan masyarakat yang demikian cenderung lebih pasif dan
informasi yang didapat sangat minim tentang tata cara memilih, sehingga dengan adanya anggota kita terjun ke sana untuk mengantisipasi hal tersebut
yang nantinya akan berdampak pada hilangnya suara.Wawancara 26 November 2010
Adapun materi sosialisaai dapat dilihat pada lampiran no.7. Dari hasil yang di dapatkan dari KPU mengenai sosialisasi yang dilakukan,
penulis berinisiatif melakukan survey pada 50 orang warga yang berada di kecamatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
56 pasar kliwon. Menurut hasil evaluasi masyarakat mengenai sosialisasi dan pendidikan
politik dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut: Tabel 3. Evaluasi Masyarakat Terhadap Sosialisasi dan Pendidikan Pemilih yang
Dilakukan oleh KPU Kota Surakarta NO
Sosialisasi dan pendidikan pemilih dalam pemilukada 2010
Frekuensi Prosentase
1. 2.
3. Pernah
Tidak pernah Tidak tahu
Total 40
7 3
50 80
14 6
100 Sumber : Data Primer
Dari hasi evaluasi mas yarakat menunjukan prosentase yang sangat tinggi akan sosialisasi yang diberikan oleh KPU Kota Surakarta, namun setelah hasil tersebut
diklarifikasi dengan model pertanyaan terbuka peneliti tidak menemukan jawaban yang memuaskan. Masyarakat mengartikan sosialisasi hanya sebatas pemberitahuan yang
diberikan oleh RT pada saat tahapan pendaftaran pemilih. Kondisi ini juga dikuatkan dengan bebrapa pengakuan PPS yang peneliti wawancarai yakni Bapak Rustamal ketua
PPS kelurahan Sangkrah. Bapak Rustamal mengatakan bahwa
adalah kepada anggota KPPS, pengurus RT dan perwakilan karang taruna. Dan para ketua RT lah yang memberikan sosialisasi kepada warganya, hal ini dilakukan karena
. Wawancara tanggal 29 November 2010. Dari pendapat diatas dapat penulis simpulkan bahwa telah ada sosialisasi dan
pendidikan politik pada pelaksanaan pemilukada. Namun pelaksanaan dari kedua program ini kurang maksimal sehingga tidak mengena pada selur uh lapisan masyarakat.
Program-program yang direncanakan KPU Kota Surakarta tidak semuanya dapat dinikmati masyarakat. Hanya yang bersifat teknis yang tampak misalnya iklan di radio,
spanduk, pamflet,dan karnaval sedangkan progr am lain tidak satu respondenpun yang merasa mendapatkan pengaruh dari badan-bandan tersebut seperti yang disebutkan
ketua KPU Kota Surakarta. Malah yang tejadi di masyarakat mereka menerima sosialisasi dari ketua RT yang notabene bukan organisasi khusus bentukan KPU Kota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
57 Surakarta. Dalam penyampaian infomasi ini juga ter batas hanya dari orang ke orang
yang belum tentu teruji kebenarannya. Sosialisasi yang diberikan oleh PPK hanya diberikan kepada perangkat kelurahan saja dalam bentuk Bintek Bimbingan Teknis.
Pada warga sendiri tidak ada sosialisasi maupun pendidikan politik secara langsung karena para aparat menganggap seluruh warga telah mengetahui akan proses pemilihan
umum dengan argumen proses pemilihan secara langsung sudah berkali-kali dilakukan. Baik pada tingkat pemilihan presiden, pemilu legislatif, hingga pemilihan RT,
dilaksanakan secara langsung. Namun pendapat ini menjadi salah ketika ada model yang dipakai oleh pemerintah belum difahami oleh war ga.
4. Tingkat Partisipasi Masyarakat