perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pemilihan Umum Pemilu merupakan wahana bagi warga negara untuk menggunakan hak politiknya untuk memilih orang yang dianggapnya layak sebagai
wakil yang akan duduk di Dewan Perwakilan Rakyat DPR, Dewan Perwakilan Daerah DPD, maupun sebagai Presiden dan Wakil Presiden. Hak memberikan suara atau
memilih right to vote merupakan hak dasar basic right setiap individuwarga negara yang harus dijamin pemenuhannya oleh Negara. Jaminan terhadap hak ini telah
dituangkan baik dalam Konstitusi UUD 1945-Amandemen maupun UU, yakni UU No. 391999 tentang Hak Asasi Manusia dan UU No. 122005 tentang Ratifikasi
Kovenan Hak-hak Sipil dan Politik. Dalam rangka pemastian hak politik war ga negara sesuai dengan fungsi, tugas dan kewenangan Komnas HAM sebagaimana dimandatkan
di dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Begitu pula dengan Pemilukada, hampir sama dengan pemilu yakni memilih
kepala daerah. Namun hal ini menjadi sesuatu yang baru ketika dilakukan dengan wajah baru yaitu dilaksanakan secara langsung oleh rakyat. Sehingga perlu dibentuk undang-
undang yang khusus mengatur tentang pemilihan umum dan juga mengatur tentang pemilihan kepala daerah baik pemilihan Gubernur atau Bupati walikota. Menanggapi
problematika ini maka pemerintah menetapkan UU No 22 Tahun 2007 tentang Pemilihan Umum sebagai UU baru penggati UU No 32 Tahun 2004. Walaupun dalam
pelaksanaanya masih mengkombinasikan peraturan-peraturan dari kedua UU tersebut. Dengan munculnya UU baru ini diharapkan akan makin memantapkan kinerja para
aparatnya dalam menjalankan tugas dan kewajibanya dalam pemilukada. Ber dasarkan dasar hukum tentang pemilihan kepala daerah langsung yaitu UU
No. 32 Tahun 2004 pasal 24 menyatakan bahwa:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2 Setiap daerah dipimpin oleh Kepala Pemerintah daerah. Kepala daerah untuk
provinsi disebut Gubernur, untuk Kabupaten disebut Bupati, dan untuk Kota disebut walikota. Kepala daerah dibantu oleh seorang wakil kepala daerah.
Untuk provinsi disebut wakil gubernur, untuk kabupaten disebut wakil bupati dan untuk kota disebut wakil wali kota. Kepala Daerah dan wakil kepala
daerah dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat di daerah yang bersangkutan.
Nuansa Aulia, 2005: 11 Penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah dalam
undang-undang ini dilaksanakan oleh KPU Kota di masing-masing daerah. Sebagaimana diatur dalam PP nomer 6 Tahun 2005, dalam melaksanakan tugas
penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah, KPU Kota bertanggung jawab kepada DPRD yang bersangkutan hanya terkait penggunaan
anggaran dalam pelaks anaan pemilukada. Namun, secara organisatoris KPU Kota tetap bertanggung jawab kepada KPU pusat. Walaupun tidak diatur dalam Undang-undang
ini, secara organisatoris KPU tetap dapat melakukan tugas-tugas koordinasi dan supervisi terhadap KPU Kota dan demikian juga KPU provinsi terhadap KPU
Kabupatenkota, dalam pemilihan bupatiwali kota dan wakil bupatiwakil wali kota. Dalam menyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah
KPU kabupatenkota merupakan bagian pelaksanaan tahap penyelenggaraan. Dimana segala sesuatu yang berkaitan dengan pengaturan tata pelaksanaan pemilukada
diserahkan pada KPU kabupatenkota setempat. Dengan ini pemilukada bupatiwakil bupati KPU kabupatenkotalah yang memiliki wewenang penuh untuk membuat atur an
main tata pelaksanaan pemilukada. Proses pelaksanaan dan penyelenggaraan pemilihan umum tidak hanya
dijalankan oleh KPU Kota. KPU Kota dibantu oleh penyelenggaraan pemilihan ditingkat kecamatan dan desa, termasuk penyelenggaraan pemilihan di tingkat TPS
Tempat Pemungutan suara yaitu PPK Panitia Pemilihan kecamatan, PPS Panitia Pemungutan Suara, dan KPPS Kelompok Penyelenggara Pemungutan suara serta
panwas dan pemantau untuk mengantarkan pada pemilukada yang jujur dan adil dalam pemilihan secara langsung.
Permasalahan yang menonjol dalam proses pemilukada langsung ini salah satunya adalah aktivitas pendataan pemilih yang mana jika tidak dilakukan dengan teliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3 dan profesional dapat mengakibatkan hilangnya hak politik warga negara. Arbi Sanit
2003: 19 berpendapat: Namun Persoalan yang tampaknya sepele ini sangat penting untuk dua alasan
utama. Per tama, pendataan pemilih dan penjaminan bahwa semua orang telah terdaftar sebagai pemilih merupakan hak esensial war ga negara sesuai prinsip
fundamental one person, one voice, one vote dalam setiap sistem politik demokratis. Kedua, kelemahan pada tahapan ini membawa implikasi pada
legitimasi hasil pemilukada apabila ternyata jumlah pemilih sangat rendah yang disebabkan karena pemilih tidak terdaftar seperti masalah DPT .
Selain dari efektivitas dari KPU Kota dalam melakukan validitas data pemilih secara profesional dan akurat, hal lain yang tidak kalah penting dari esensi pelaksanaan
Pemilukada adalah partisipasi dari para pemilih itu sendiri. Miriam Budiarjo 1982: 1-
pelaksanaan Pemilukada yang baik salah satunya adalah semakin banyak pemilih yang memberikan
suaranya yang berarti semakin berkualitas hasil yang didapatkan, begitu pula sebaliknya
Konkretnya peran mas yarakat masih rendah terhadap pelaksanaan pemilukada itu sendiri, mengurai penyebab golput memang beragam. Samsul wahidin 2008: 7
yang jika diruntut akan panjang. Pertama karena administrasi, kedua karena problem Maka meskipun lembaga yang bertanggung jawab terhadap pemenuhan hak
pilih warga ini sudah melaksanakan tugasnya dengan baik dan profesional, akan tetapi jika tidak di sertai dengan kesadar an warga masyarakatnya untuk ikut berpartisipasi
dalam pelaksanaan pemilukada, hasilnyapun tidak sesuai dengan harapan dan tidak menutup kemungkinan akan membawa dampak pada masa pemerintahan setelah
pemilukada selesai. Dari permasalahan diatas, faktor yang paling utama adalah masalah dari
validitas data yang kurang mendapat perhatian dari para lembaga-lembaga pelaksana Pemilukada KPU Kota yang ber akibat hilangnya hak politik warga negara serta
seberapa besar tingkat partisipasi warga surakarta dalam pelaksanaan pemilukada tahun 2010. Padahal masalah ini merupakan masalah penting karena penyelenggara
Pemilukada yang demokratis ditentukan oleh para pemilih sebagai penentu masa depan dari pemerintahan ini selama 5 tahun kedepan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4 Seperti halnya kasus yang terjadi pada pemilu presiden beber apa waktu yang
lalu, banyak masyarakat mempertanyakan keberadaan Komisi Pemilihan Umum Daerah KPU Kota Surakarta sebagai lembaga yang bertanggung jawab terhadap
penyelenggaraan Pemilukada, khususnya dalam memenuhi hak pilih warga surakarta. pemilih tanpa Kartu Tanda Penduduk dan r atusan pemilih yang sudah meninggal
masyarakat bahwa kinerja KPU Kota Surakarta tidak seperti yang diharapkan masyarakat dan diamanatkan oleh undang-undang.
Akan tetapi setelah pelaksanaan pemilukada kota Surakarta digelar, tidak sepenuhnya apa yang diprediksikan oleh warga surakarta bahwa akan ter dapat banyak
suara yang hilang seperti yang terjadi dalam pemilihan presiden dikarenakan kurang profesionalnya KPU dalam memenuhi hak pilih warga Surakarta, meskipun masih ada
beberapa warga yang tidak mendapatkan hak pilih yang seperti tidak terdaftar dalam DPT ataupun DPS meskipun pada kesempatan yang lalu selalu terdaftar dalam DPT,
selain itu juga terdapat war ga yang notabenya pemilih baru yang belum tercatat dalam DPT kerena usianya baru mencapai 17 tahun ketika mendekati pelaksanaan pemilukada,
namun presentasinya tidak setinggi pada pelaksanaan pemilu presiden tahun lalu. Ketua KPU kota surakarta Didik Wahyudiono mengatakan:
Prosentasi warga surakarta yang menggunakan hak pilihnya dalam pelaksanaan pemilukada cukup tinggi yaitu kurang lebih mencapai angka
71,5 dari jumlah DPT yang terdaf tar oleh KPU kota Surakarta. Meskipun dari pihak KPU sendiri mengharapkan partisipasi warga Surakarta dapat
mencapai angka 75. Solopos, 5 M ei 2010.
Dari hasil ini sudah cukup dikatakan bahwa mas yar akat kota Surakarta memiliki tingkat partisipatif yang tinggi jika dibandingkan dengan daerah lain yang juga
menggelar pelaksanaan pemilukada, dinyatakan bahwa: Kabupaten wonogiri yang tingkat partisipasinya 65,5, kabupaten sukoharjo
dengan tingkat partisipasi 66, kabupaten boyolali dengan tingkat partisipasi 66,9 , dan kabupaten klaten dengan tingkat partisipasi 66,7, sedangkan kota
Surakarta dapat mencapai angka 71 untuk tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilukada.
Joglosemar, 22092010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5 erdasarkan uraian tersebut di atas, maka untuk dapat melihat bagaimana
strategi yang dilakukan oleh KPU kota Surakarta dalam mengakomodir war ga yang sudah memiliki hak pilih dalam rangka memenuhi hak pilih warga Surakarta pada
pelaksanaan Pemilukada di Kota Surakarta tahun 2010, serta hal-hal apa saja yang mempengaruhi warga surakarta sehingga antusias berpartisipasi dalam menggunakan
hak pilihnya dalam pelaksanaan pemilukada di kota surakarta tahun 2010 sehingga mencapai prosentase tingkat partisipasi yang tinggi, maka penulis tertarik untuk
Pemenuhan Hak Pilih Warga Surakarta dalam Pemilihan Kepala Daerah Langsung Kota Surakarta Tahun
2010 B.
Perumusan Masalah
Perumusan masalah atau sering diistilahkan problematika merupakan bagian penting dalam penulisan karya ilmiah. Dengan adanya permasalahan yang jelas, maka
proses pemecahannya akan terarah. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut ini:
1. Bagaimana str ategi yang dilakukan oleh KPU kota surakarta dalam mengakomodir war ga yang sudah memiliki hak pilih dalam rangka pemenuhan hak pilih warga
surakarta dalam pemilukada langsung tahun 2010? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kesadaran partisipasi warga surakarta
dalam menggunakan hak pilihnya pada pelaksanaan pemilukada langsung tahun 2010 sehingga dapat tercapai tingkat prosentasi partisipasi yang tinggi?
C. Tuj uan Penelitian