PEMENUHAN HAK PILIH WARGA SURAKART A DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH LANGSUNG KOTA SURAKARTA TAHUN 2010

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id i

i

PEMENUHAN HAK PILIH WARGA SURAKART A DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH LANGSUNG

KOTA SURAKARTA TAHUN 2010

SKRIPSI HAFIDZ MAKRUF

K 6406033

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

ii

PEMENUHAN HAK PILIH WARGA SURAKART A DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH LANGSUNG

KOTA SURAKARTA TAHUN 2010

oleh HAFIDZ MAKRUF

K 6406033

Skripsi

Ditulis dan diaj ukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id


(4)

(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

v ABSTRAK

Hafidz Makruf. K 6406033. PEMENUHAN HAK PILIH WARGA SURAKARTA DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH LANGSUNG KOTA SURAKARTA TAHUN 2010.Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari, 2011.

Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui Bagaimana strategi yang dilakukan oleh KPU kota surakarta dalam mengakomodir warga yang sudah memiliki hak pilih dalam rangka pemenuhan hak pilih war ga surakarta dalam pemilukada langsung tahun 2010, 2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kesadaran partisipasi warga surakarta dalam menggunakan hak pilihnya pada pelaksanaan pemilukada langsung tahun 2010 sehingga dapat tercapai tingkat prosentasi partisipasi yang tinggi.

Penelitian ini menggunakan metode diskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teknik sampling (cuplikan) yang digunakan adalah purposive sampling(sampel bertujuan), adalah sampel diambil tidak ditekankan pada kekayaan informasi yang dimiliki anggota sampel sebagai sumber data. Teknik pengumpilan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dokumen. Teknik analisis data menggunakan teknis data model interaktif. Validitas data yang digunakan adalah trianggulasi data.

Ber dasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1. Strategi yang digunakan KPU kota Surakarta adalah melakukan sosialisasi yang tepat sasaran, KPU kota Surakarta tidak bekerja sendiri dalam pelaksanaan sosialisasi dan pendataan pemilih, KPU kota Surakarta terjun langsung dilapangan untuk menjangkau kelompok yang rawan kehilangan hak pilihnya, menjamin hak pilih pemilih pemula, melakukan sosialisasi di berbagai media massa di kota Surakarta. 2. Faktor yang mempengaruhi tingginya partisipasi masyarakat kota Surakarta adalah tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan yang terdahulu karena telah memberi kontribusi nyata kepada masyarakat kota Surakarta, tingkat pendidikan dan kepedulian mas yar akat terhadap pelaksanaan pemilukada yang semakin baik.


(6)

vi ABST RAC

Hafidz Makruf. K 6406033. TH E SUFFRAGE ACCOMPLISH MENT OF SURAKARTA CITIZENS IN THE CONSULATE ELECTION OF SURAKARTA IN 2 01 0. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Surakarta Sebelas Maret University, january, 2011.

The objectives of this research are: 1. To find out the strategy done by KPU of Surakarta in accomplishing the suffrage of Surakarta citizens, 2. To find out the factors affecting the high rate of participation of Surakarta citizens.

This research used descriptive qualitative method, specifically used case study. The sampling technique used purposive sampling, which is not concerned on taking sample that have rich informations as data source. The technique of collecting data used observations, interviews, and document analysis. The data were analyzed by using interactive model of technical data. Data validation was done by using data triangulation.

Based on the research findings, it can be concluded that: 1. Strategy used by KPU of Surakarta is efficiently socialization KPU of Surakarta does not work on its own in accomplishing the socialization and voters data enconding. KPU of Surakarta works on the spot to reach those who might lose their suffrage, to guarantee the suffrage of beginners, and to do the socialization on various mass media in Surakarta, 2. The factors affecting the high rate of Surakarta citizens are the rate of trust of society towards the former government because it has given the real contribution to the Surakarta citizens, and the rate of education and care of society towards the better accomplishment of consulate election.


(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

vii MOTTO

-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang

(Q.S. Al Mujadalah :11)

Struggle for better life (Unicorn)


(8)

viii PERSEMBAHAN

Kar ya ini penulis persembahkan kepada: Ibu tercinta

Almarhum Bapak

Adik-Silkhi Maghfirotun Naim

Teman-teman PPKn angkatan 2006 khususnya teman-teman Ra_Mbaong


(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ix KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang memberikan kenikmatan dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Selama pembuatan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Untuk itu, penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatulah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan ijin penelitian guna menyusun skripsi ini;

2. Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si., Pembantu Dekan 1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan ijin penelitian guna menyusun skripsi ini;

3. Drs. Amir Fuady, M.Hum., Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan ijin penelitian guna menyusun skripsi ini;

4. Drs. Saiful Bachri, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP UNS Surakarta, yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi;

5. Dr. Sri Haryati, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan FKIP UNS yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi ini;

6. Bapak Drs. Utomo, M.pd, Pembimbing I yang dengan sabar telah memberikan pengarahan, bimbingan, dan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan; 7. Bapak Moh Muchtarom, S.Ag M.Si, Pembimbing II dan Pembimbing Akademik

yang dengan sabar telah memberikan pengarahan, bimbingan, dan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan;

8. KPU Kota Surakarta yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian; 9. Bapak Didik Wahyudiono selaku ketua KPU kota Surakarta, beserta jajarannya yang

telah membantu untuk kelancaran dalam penelitian ini;

10. Segenap Bapak/ Ibu Dosen Prodi PKn yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini;


(10)

x

Penyusunan skripsi ini telah berusaha semaksimal mungkin, namun penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan karena keterbatasan penulis. Dengan segala rendah hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan juga dunia pragmatika.

Surakarta, Februari 2011


(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PENGAJUAN SKR IPSI ... ii

PERSETUJUAN... ... iii

PENGESAHAN... iv

ABSTRAK... v

ABSTRA C... vi

MOTTO... ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang M asalah... ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka... 8

1. Tinjauan Tentang Hak Pilih... 8

2. Tinjauan Tentang KPU Kota ... 9

a) Pengertian KPU Kota ... 9

b) KPU kota sebagai lembaga Negara ... 10

c) Tugas Dan Wewenang KPU Kota ... 11

d) Peranan KPU kota ... ... 14

e) PANWASLU ... ... 16

3. Pemilihan Kepala Daerah Langsung ... 18

4. Partisipasi Politik ... 20

5. Teori Fungsionalisme Strukutural Talcott Parsons ... 21


(12)

xii

7. Kerangka Berpikir ... 25

BAB III. METODE PENELIT IAN A. Tempat dan Waktu Penelitian... 28

1. Tempat Penelitian ... 28

2. Waktu Penelitian... .. 28

B. Bentuk dan strategi penelitian ... ... 29

1. Bentuk penelitian ... 29

2. Strategi penelitian ... 30

C. Sumber Data ... 30

1. Informan ... 31

2. Tempat dan peristiwa... 31

3. Dokumen ... 31

D. Populasi dan teknik sampling ... 32

E. Teknik pengumpulan data ... 33

1. Observasi ... 33

2. Wawancara ... 34

3. Analisis Dokumen ... 35

F. Validitas Data ... 35

1. Trianggulasi... 36

2. Informan review ... .. 37

G. Analisis Data... 37

1. Pengumpulan Data... 37

2. Reduksi Data... 37

3. Sajian Data... ... 37

4. Penarikan kesimpulan... 37

H. Prosedur Penelitian ... 38

1. Tahap Pra Lapangan... ... 38

2. Tahap Penelitian Lapangan ... 39

3. Tahap Analisis Data... 39


(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

xiii BAB IV. HASIL PENELIT IAN

A. Deskripsi Tempat penelitian ... 40

1. Sejarah Berdirinya KPU Surakarta... 40

2. Visi dan Misi KPU Surakarta ... 40

3. Struktur Organisasi KPU Surakarta... 41

4. Kewenangan KPU Surakarta... 43

B. Deskrpsi Hasil Penelitian... 44

1. Proses Pelaksanaan Pemilukada Kota Surakarta Tahun 2010 ... 44

a) Persiapan Pemilukada Kota Surakarta Tahun 2010 ... 44

b) Pembentukan Panitia Pemilihan ... 45

c) Penetapan Daftar Pemilih ... ... 46

d) Pendaftaran Pasangan Calon ... 47

e) Kampanye... ... 48

f) Pemungutan Suara ... 49

g) Pelantikan kepala daerah/wakil kepala daerah terpilih .. 49

2. Pendataan Pemilih oleh KPU Kota Surakar ta ... 50

3. Sosialisasi Dan Pendidikan Pemilih ... 56

4. Tingkat Partisipasi Masyar akat ... 61

5. Strategi KPU Surakarta ... ... 65

6. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kesadaran Partisipasi... 67

7. Evaluasi Pemenuhan Hak Politik Warga Surakarta ... 68

C. Temuan Studi ... 69

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan ... 71

B. Implikasi... ... 72

C. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA... 74


(14)

xiv DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Waktu dan Kegiatan Penelitian ... ... 28 Tabel 2. Penetapan jumlah pemilih dan jumlah pemungutan suara pemilukada kota Surakarta tahun 2010 ... ... 56 Tabel 3. Evaluasi masyarakat terhadap sosialisasi dan pendidikan pemilih yang dilakukan oleh KPU kota Surakarta ... 60 Tabel 4. Berita acara hasil rekapitulasi perhitungan suara

KPU kota Surakarta dalam pelaksanaan pemilukada ... 62 Tabel 5. Berita acara hasil rekapitulasi perhitungan suara

KPU kota Surakarta dalam pelaksanaan pilpres... 63


(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

xv DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Skema Kerangka Berfikir ... 27

Gambar 2. Analisis data model interaktif ... 38

Gambar 3. Prosedur kegiatan penelitian... 39


(16)

xvi DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. UU No 22 tahun 2007 tentang pemilihan umum ... 76

Lampiran 2. Pedoman Wawancara ... 109

Lampiran 3. Hasil Wawancara ... ... 112

Lampiran 4. Struktur Or ganisasi KPU Kota Surakarta ... 126

Lampiran 5. Keputusan KPU kota Surakarta No. 13 tahun 2010 tentang perubahan keputusan KPU tentang jumlah penetapan pemikih dan tempat pemungutan suara... 127

Lampiran 6. Keputusan KPU kota surakarta no.4 tahun 2009 tentang pedoman sosialisasi penyelenggar aan pemilihan umum walikota dan wakil walikota Surakarta tahun 2010 ... 134

Lampiran 7. Materi Sosialisasi Pemilukada Tahun 2010 ... 143

Lampiran 8. Berita acara rekapitulasi penerimaan rekapitulasi perhitungan suara pasangan calon walikota dan wakil walikota tahun 2010... ... 156

Lempiran 9. Ber ita acara rekapitulasi penerimaan rekapitulasi perhitungan suara pasangan calon walikota dan wakil walikota tahun 2010 dari PPK ... 164

Lampiran 10. Surat permohonan ijin menyusun skripsi kepada dekan FKIP UNS... ... 169

lampiran 11. Surat keputusan dekan FKIP UNS tentang ijin penulisan skripsi... ... 170

Lampiran 12. Surat permohonan ijin kepada rektor UNS ... 171

Lampiran 13. Surat permohonan ijin penelitian kepada lembaga Pemantau pemilukada... 172

Lampiran 14. Surat keterangan telah melaksanakan penelitian dari KPU Kota Surakarta... 173


(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1 BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan wahana bagi warga negara untuk menggunakan hak politiknya untuk memilih orang yang dianggapnya layak sebagai wakil yang akan duduk di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), maupun sebagai Presiden dan Wakil Presiden. Hak memberikan suara atau memilih (right to vote) merupakan hak dasar (basic right) setiap individu/warga negara yang harus dijamin pemenuhannya oleh Negara. Jaminan terhadap hak ini telah dituangkan baik dalam Konstitusi (UUD 1945-Amandemen) maupun UU, yakni UU No. 39/1999 tentang Hak Asasi Manusia dan UU No. 12/2005 tentang Ratifikasi Kovenan Hak-hak Sipil dan Politik. Dalam rangka pemastian hak politik war ga negara sesuai dengan fungsi, tugas dan kewenangan Komnas HAM sebagaimana dimandatkan di dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

Begitu pula dengan Pemilukada, hampir sama dengan pemilu yakni memilih kepala daerah. Namun hal ini menjadi sesuatu yang baru ketika dilakukan dengan wajah baru yaitu dilaksanakan secara langsung oleh rakyat. Sehingga perlu dibentuk undang-undang yang khusus mengatur tentang pemilihan umum dan juga mengatur tentang pemilihan kepala daerah baik pemilihan Gubernur atau Bupati / walikota. Menanggapi problematika ini maka pemerintah menetapkan UU No 22 Tahun 2007 tentang Pemilihan Umum sebagai UU baru penggati UU No 32 Tahun 2004. Walaupun dalam pelaksanaanya masih mengkombinasikan peraturan-peraturan dari kedua UU tersebut. Dengan munculnya UU baru ini diharapkan akan makin memantapkan kinerja para aparatnya dalam menjalankan tugas dan kewajibanya dalam pemilukada.

Ber dasarkan dasar hukum tentang pemilihan kepala daerah langsung yaitu UU No. 32 Tahun 2004 pasal 24 menyatakan bahwa:


(18)

Setiap daerah dipimpin oleh Kepala Pemerintah daerah. Kepala daerah untuk provinsi disebut Gubernur, untuk Kabupaten disebut Bupati, dan untuk Kota disebut walikota. Kepala daerah dibantu oleh seorang wakil kepala daerah. Untuk provinsi disebut wakil gubernur, untuk kabupaten disebut wakil bupati dan untuk kota disebut wakil wali kota. Kepala Daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat di daerah yang bersangkutan.

(Nuansa Aulia, 2005: 11)

Penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah dalam undang-undang ini dilaksanakan oleh KPU Kota di masing-masing daerah. Sebagaimana diatur dalam PP nomer 6 Tahun 2005, dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah, KPU Kota bertanggung jawab kepada DPRD yang bersangkutan hanya terkait penggunaan anggaran dalam pelaks anaan pemilukada. Namun, secara organisatoris KPU Kota tetap bertanggung jawab kepada KPU pusat. Walaupun tidak diatur dalam Undang-undang ini, secara organisatoris KPU tetap dapat melakukan tugas-tugas koordinasi dan supervisi terhadap KPU Kota dan demikian juga KPU provinsi terhadap KPU Kabupaten/kota, dalam pemilihan bupati/wali kota dan wakil bupati/wakil wali kota.

Dalam menyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah KPU kabupaten/kota merupakan bagian pelaksanaan tahap penyelenggaraan. Dimana segala sesuatu yang berkaitan dengan pengaturan tata pelaksanaan pemilukada diserahkan pada KPU kabupaten/kota setempat. Dengan ini pemilukada bupati/wakil bupati KPU kabupaten/kotalah yang memiliki wewenang penuh untuk membuat atur an main tata pelaksanaan pemilukada.

Proses pelaksanaan dan penyelenggaraan pemilihan umum tidak hanya dijalankan oleh KPU Kota. KPU Kota dibantu oleh penyelenggaraan pemilihan ditingkat kecamatan dan desa, termasuk penyelenggaraan pemilihan di tingkat TPS (Tempat Pemungutan suara) yaitu PPK (Panitia Pemilihan kecamatan), PPS (Panitia Pemungutan Suara), dan KPPS (Kelompok Penyelenggara Pemungutan suara) serta panwas dan pemantau untuk mengantarkan pada pemilukada yang jujur dan adil dalam pemilihan secara langsung.

Permasalahan yang menonjol dalam proses pemilukada langsung ini salah satunya adalah aktivitas pendataan pemilih yang mana jika tidak dilakukan dengan teliti


(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3

dan profesional dapat mengakibatkan hilangnya hak politik warga negara. Arbi Sanit (2003: 19) berpendapat:

Namun Persoalan yang tampaknya sepele ini sangat penting untuk dua alasan utama. Per tama, pendataan pemilih dan penjaminan bahwa semua orang telah terdaftar sebagai pemilih merupakan hak esensial war ga negara sesuai prinsip fundamental one person, one voice, one vote dalam setiap sistem politik demokratis. Kedua, kelemahan pada tahapan ini membawa implikasi pada legitimasi hasil pemilukada apabila ternyata jumlah pemilih sangat rendah yang disebabkan karena pemilih tidak terdaftar seperti masalah DPT . Selain dari efektivitas dari KPU Kota dalam melakukan validitas data pemilih secara profesional dan akurat, hal lain yang tidak kalah penting dari esensi pelaksanaan Pemilukada adalah partisipasi dari para pemilih itu sendiri.

Miriam Budiarjo (1982: 1- pelaksanaan Pemilukada yang baik salah satunya adalah semakin banyak pemilih yang memberikan suaranya yang berarti semakin berkualitas hasil yang didapatkan, begitu pula sebaliknya

Konkretnya peran mas yarakat masih rendah terhadap pelaksanaan pemilukada itu sendiri, mengurai penyebab golput memang beragam. Samsul wahidin (2008: 7)

yang jika diruntut akan panjang. Pertama karena administrasi, kedua karena problem

Maka meskipun lembaga yang bertanggung jawab terhadap pemenuhan hak pilih warga ini sudah melaksanakan tugasnya dengan baik dan profesional, akan tetapi jika tidak di sertai dengan kesadar an warga masyarakatnya untuk ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan pemilukada, hasilnyapun tidak sesuai dengan harapan dan tidak menutup kemungkinan akan membawa dampak pada masa pemerintahan setelah pemilukada selesai.

Dari permasalahan diatas, faktor yang paling utama adalah masalah dari validitas data yang kurang mendapat perhatian dari para lembaga-lembaga pelaksana Pemilukada (KPU Kota) yang ber akibat hilangnya hak politik warga negara serta seberapa besar tingkat partisipasi warga surakarta dalam pelaksanaan pemilukada tahun 2010. Padahal masalah ini merupakan masalah penting karena penyelenggara Pemilukada yang demokratis ditentukan oleh para pemilih sebagai penentu masa depan dari pemerintahan ini selama 5 tahun kedepan.


(20)

Seperti halnya kasus yang terjadi pada pemilu presiden beber apa waktu yang lalu, banyak masyarakat mempertanyakan keberadaan Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPU Kota) Surakarta sebagai lembaga yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan Pemilukada, khususnya dalam memenuhi hak pilih warga surakarta.

pemilih tanpa Kartu Tanda Penduduk dan r atusan pemilih yang sudah meninggal

masyarakat bahwa kinerja KPU Kota Surakarta tidak seperti yang diharapkan masyarakat dan diamanatkan oleh undang-undang.

Akan tetapi setelah pelaksanaan pemilukada kota Surakarta digelar, tidak sepenuhnya apa yang diprediksikan oleh warga surakarta bahwa akan ter dapat banyak suara yang hilang seperti yang terjadi dalam pemilihan presiden dikarenakan kurang profesionalnya KPU dalam memenuhi hak pilih warga Surakarta, meskipun masih ada beberapa warga yang tidak mendapatkan hak pilih yang seperti tidak terdaftar dalam DPT ataupun DPS meskipun pada kesempatan yang lalu selalu terdaftar dalam DPT, selain itu juga terdapat war ga yang notabenya pemilih baru yang belum tercatat dalam DPT kerena usianya baru mencapai 17 tahun ketika mendekati pelaksanaan pemilukada, namun presentasinya tidak setinggi pada pelaksanaan pemilu presiden tahun lalu. Ketua KPU kota surakarta Didik Wahyudiono mengatakan:

Prosentasi warga surakarta yang menggunakan hak pilihnya dalam pelaksanaan pemilukada cukup tinggi yaitu kurang lebih mencapai angka 71,5% dari jumlah DPT yang terdaf tar oleh KPU kota Surakarta. Meskipun dari pihak KPU sendiri mengharapkan partisipasi warga Surakarta dapat mencapai angka 75%. (Solopos, 5 M ei 2010).

Dari hasil ini sudah cukup dikatakan bahwa mas yar akat kota Surakarta memiliki tingkat partisipatif yang tinggi jika dibandingkan dengan daerah lain yang juga menggelar pelaksanaan pemilukada, dinyatakan bahwa:

Kabupaten wonogiri yang tingkat partisipasinya 65,5%, kabupaten sukoharjo dengan tingkat partisipasi 66%, kabupaten boyolali dengan tingkat partisipasi 66,9% , dan kabupaten klaten dengan tingkat partisipasi 66,7%, sedangkan kota Surakarta dapat mencapai angka 71% untuk tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilukada.


(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5

erdasarkan uraian tersebut di atas, maka untuk dapat melihat bagaimana strategi yang dilakukan oleh KPU kota Surakarta dalam mengakomodir war ga yang sudah memiliki hak pilih dalam rangka memenuhi hak pilih warga Surakarta pada pelaksanaan Pemilukada di Kota Surakarta tahun 2010, serta hal-hal apa saja yang mempengaruhi warga surakarta sehingga antusias berpartisipasi dalam menggunakan hak pilihnya dalam pelaksanaan pemilukada di kota surakarta tahun 2010 sehingga mencapai prosentase tingkat partisipasi yang tinggi, maka penulis tertarik untuk Pemenuhan Hak Pilih Warga Surakarta dalam Pemilihan Kepala Daerah Langsung Kota Surakarta Tahun 2010

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah atau sering diistilahkan problematika merupakan bagian penting dalam penulisan karya ilmiah. Dengan adanya permasalahan yang jelas, maka proses pemecahannya akan terarah. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut ini:

1. Bagaimana str ategi yang dilakukan oleh KPU kota surakarta dalam mengakomodir war ga yang sudah memiliki hak pilih dalam rangka pemenuhan hak pilih warga surakarta dalam pemilukada langsung tahun 2010?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kesadaran partisipasi warga surakarta dalam menggunakan hak pilihnya pada pelaksanaan pemilukada langsung tahun 2010 sehingga dapat tercapai tingkat prosentasi partisipasi yang tinggi?

C. Tuj uan Penelitian

Dalam setiap penelitian pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai. Dengan tujuan yang jelas tersebut akan mempermudah dalam melakukan penelitian. Adapun tujuan penelitian yang akan dicapai oleh peneliti adalah:

1. Untuk mengetahui Bagaimana strategi yang dilakukan oleh KPU kota surakarta dalam mengakomodir warga yang sudah memiliki hak pilih dalam rangka pemenuhan hak pilih warga surakarta dalam pemilukada langsung tahun 2010.


(22)

2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kesadaran partisipasi war ga surakarta dalam menggunakan hak pilihnya pada pelaksanaan pemilukada langsung tahun 2010 sehingga dapat tercapai tingkat prosentasi partisipasi yang tinggi.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya baik secara teoritis maupun praktis. Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya bidang studi kewar ganegaraan dan disiplin ilmu lain yang sesuai dengan penelitian ini

b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pembanding bagi siapa saja yang ingin mengkajinya lebih dalam lagi.

2. Manfaat Praktis a. Bagi pemerintah

Diharapkan dapat memberikan masukan pada pemerintah untuk melaksanakan Pemilukada pada periode berikutnya dengan lebih baik, khususnya dalam pemenuhan hak pilih bagi warga.

b. Bagi Masyarakat

Membuka cakrawala masyarakat akan pemahaman tentang pentingnya hak pilih yang seharusnya diperoleh serta bagaimana menggunakan hak tersebut dalam Pemilukada yang dilaksanakan secara langsung.


(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

7 BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Tentang Hak Pilih

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 tahun 2005 tentang pemilihan, pengesahan, pengangkatan, dan pember hentian kepala daerah dan wakil

kepala daerah warga Negara Republik

Indonesia yang pada hari pernungutan suara pemilihan sudah berumur, 17 (tujuh belas) Kemudian dijelaskan lagi dalam pasal 16 mengenai syarat pemilih dapat menggunakan hak sebagai pemilih antara

Nuansa Aulia, 2007:11 Hal tersebut dijelaskan sebagai berikut:

a. Untuk dapat menggunakan hak memilih dalam pemilihan, Warga Negara Republik Indonesia harus terdaftar sebagai pemilih.

b. Pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi syarat: 1) Nyata-nyata tidak sedang terganggu jiwa/ingatannya;

2) Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang teluh memperoleh kekuatan hukum tetap; dan

3) Ber domisili di daer ah pemilihan sekurang-kurangnya 6(enam) bulan sebelum disahkannya daftar pemilih sementara yang dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk.

c. Seorang Warga Negara Republik Indonesia yang telah terdaftar dalam daftar pemilih ternyata tidak lagi memenuhi syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tidak dapat menggunakan hak memilihnya.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tidak semua warga Negara Indonesia, baik yang sudah menikah atau telah ber umur 17 tahun dapat menggunakan hak pilihnya dalam kegiatan pemilu atau pemilukada jika belum memenuhi persyaratan seperi yang telah diamanatkan dalam pasal 16 PP no. 6 tahun 2005.

2. Tinjauan Tentang Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota

Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPU Kota) merupakan lembaga yang berwenang mengatur dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan dalam


(24)

pemilihan kepala daerah baik pemilihan gubernur/wakil gubernur, bupati/wakil bupati dan wali kota/wakil wali kota. Dalam menjalankan tugasnya pada penyelenggaraan pelaksanaan pemilihan kepala daerah Berbeda dengan pemilihan legislatif dan pemilihan presiden, KPU Kota hanya berperan sebagi supervisi yang bertugas menjalankan kebijakan-kebijakan KPU pusat dan segala yang berkaitan dengan tata pelaksanaan menjadi kewenangan KPU.

Sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, KPU Kota diberi wewenang untuk menyelenggarakan pemilihan ditingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Berkaitan dengan kewenangan KPU Kota s ebagai penyelenggara pemilihan baik untuk tingkat provinsi ataupun kabupaten/kota diatur lebih eksplisit dalam UU no 22 tahun 2007 tentang pemilihan umum dan PP no 6 tahun 2006 tentang penyelenggaraan pemilihan kepala daerah.

a. Pengertian KPU Kota

PP RI No. 6 Tahun 2005 Pasal I menyatakan bahwa Komisi Pemilihan Umum Daerah adalah KPU Provinsi dan KPU kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 yang diberi wewenang khusus oleh Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 untuk menyelenggarakan

Menurut Hari Moerti (2005: www.Parlemen.co.id) menyatakan bahwa

di wilayah kerjanya dan tidak bertanggung jawab secar a hukum kepada DPRD dan amun pada pelaksanaannya KPU Kota juga bertanggung jawab terhadap DPRD tekait penggunaan anggaran dalam pelaksanaan pemilukada, dikarenakan menggunakan dana dari APBD wilayah penyelenggaraan.

Menurut Peratur an Pemerintah Republik Indonesia nomor 6 tahun 2005 tentang pemilihan, pengesahan, pengangkatan, dan pemberhentian kepala daerah dan wakil kepala daerah pasal 1 ayat 6

menjadi KPU Prov , namun perubahan istilah ini tidak berpengaruh banyak kepada hasil dari pemilukada, karena pada esensinya keberadaan KPU kabupaten/Kota dan KPUD adalah sama dan hanya berganti sebutan. Sehingga sah-sah saja menyebut KPUD maupun KPU Kabupaten/Kota.


(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 9

provinsi dan kota/kabupaten. Namun pada pelaksanaan pemilukada tahun 2010 kota surakarta mengacu pada PP No. 49/2008 dengan menyebut KPU kota Surakarta.

Ber dasarkan pendapat diatas yang dimaksud dengan KPU kota adalah KPU provinsi dan KPU kabupaten/kota yang diberi wewenang menyelenggarakan pemilukada langsung dengan posisi tertinggi diwilayah kerjanya.

b. KPU Kota sebagai Lembaga Negara Menurut Mourice Duverger (1989: 19

adalah model hubungan manusia dari mana hubungan-hubungan individu mengambil polanya, dengan itu mendapatkan stabilitas, kelangsungan, dan

Paule B. Horton dan Chester L. Hunt (dalam Aminudin Ram dan tita Sobari, 1999: Institution) adalah suatu sistem norma untuk mencapai suatu tujuan atau kegiatan yang oleh masyarakat dipandang penting, atau secara formal, sekumpulan kebiasaan dan tata kelakuan yang berkisar pada

Sama halnya dengan KPU kota sebagai suatu lembaga muncul sebagai produk kehidupan sosial yang mempunyai anggota-anggota dalam kelangsungan pelaksanaannya sesuai dengan polanya untuk mencapai suatu tujuan yang sama yaitu melaksanakan pemilukada yang jujur dan adil demi kepentingan warganya 5 tahun ke depan.

KPU kota merupakan salah satu lembaga negara karena selaku penyelenggara pemilukada yang diberi tugas secara khusus berdasarkan Pasal 57 ayat (1) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai pelaksanaan Pasal 18 Undang-undang Dasar 1945, mempunyai kewenangan dan kewajiban yang telah diatur secara tegas dalam Pasal 5 dan Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 6 T ahun 2005, sehingga telah melaksanakan sebuah tugas lembaga negara yaitu Pemilihan Kepala Daerah secara demokratis sesuai amanat Pasal 18 ayat (4) Undang-undang Dasar 1945.

Selain itu KPU kota sebagai lembaga Negara memiliki beberapa fungsi. Untuk mengetahui gambaran fungsi yang dimiliki KPU kota perlu terlebih dahulu mengetahui pengertian dari fungsi itu. Menurut Rocher dalam Alimandan (2004: ( F unction) adalah kumpulan kegiataan yang


(26)

halnya menurut Merton (dalam Alimandan, 2004:

diidentifikasi sebagai konsekunsi-konsekunsi yang dapat diamati yang menimbulkan

Robert K. Merton dalam Alimandan (1968: 13) juga memperkenalkan teori fungsional yak manifes) dan fungsi tersembunyi (latent Hal tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1) Fungsi nyata adalah fungsi yang diharapkan, misalnya yaitu lembaga KPU kota memiliki fungsi menjalankan tahapan pemilukada dengan maksimal sehingga menghasilkan para pemimpin daerah yang sesuai dengan pilihan dan kebutuhan masyarakat di daerahnya.

2) Fungsi tersembunyi adalah fungsi yang tak dihar apkan, misalnya KPU kota dalam menjalankan tugasnya sebagai lembaga pengabdi masyarakat melakukan manifes politik sehingga menghambat jalannya pemilukada sehingga mendapat protes dari masyarakat.

c. Tugas dan Wewenang Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPU Kota) Untuk menjalankan fungsi penyelenggaraan pemilukada, KPU kota diberi tugas dan wewenang yang memadai. Berdasarkan PP No 6 tahun 2005 pasal 66 ayat (1) disebutkan bahwa sebagai penyelengara pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah, tugas dan wewenang KPU kota

menetapkan segala tata cara mengenai pemilukada serta mengkoordinir sistematis Hal ter ssbut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Merencanakan penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah

2) Menetapkan tata cara pelaksanaan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah sesuai dengan tahapan yang diatur dalam per aturan perundang-undangan 3) Mengkordinasikan, menyelenggarakan dan mengendalikan semua tahapan

pelaksanaan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah

4) Menetapkan tanggal dan tata cara pelaksannaan kampanye, serta pemungutan suara pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah

5) Meneliti persyaratan partai politik atau gabungan partai politik yang mengusulkan calon


(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 11

6) Meneliti persyaratan calon kepala darah dan wakil kepala daerah yang dius ulkan 7) Menetapkan pasangan calon yang telah memenuhi persyaratan

8) Menerima pendaftaran dan tim kampanye 9) Mengumumkan sumbangan dana kampanye

10) Menetapkan hasil rekapitulasi perhitungan suara dan mengumumkan hasil pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah

11) Melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksannaan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah

12) Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur oleh peraturan perundang-undangan

13) Menetapkan kantor akuntan publik untuk mengaudit dana kampanye dan mengumumkan hasil audit.

Sebagai penyelenggara pemilihan KPU kota tidak hanya memiliki tugas wewenang sebagai pijakan hukum menyelenggarakan Pemilukada. Lebih dari itu, KPU kota memiliki kewajiban-kewajiban. Menurut PP No. 6 Tahun 2005 diantara kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan oleh KPU kota sebagai penyelenggara pemilihan adalah sebagai berikut:

Memperlakukan pasangan calon secara adil dan setara, menetapkan standarisasi serta kebutuhan jasa yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemilihan berdasaerkan peraturan perundang-undangan, menyampaikan laporan kepada DPD untuk setiap tahap pelaksanaan pemilihan dan menyampaikan informasi kegiatan kepada masyarakat, memelihara arsip dan dokumen pemilihan serta mengelola barang inventaris milik KPU kota berdasarkan peraturan perunda ng-undangan, mempertanggung jawabkan penggunaan anggaran kepada DPRD dan melaksanakan semua tahapan tepat waktu. (Nuansa Aulia, 2007:35).

Untuk menciptakan pemilukada yang jujur dan adil, dibutuhkan banyak pilar. Disamping perlu adanya berbagai aturan main yang jelas dan demokratis, juga dibutuhkan para pelaksana dan kelembagaan yang handal. Penyiapan kelembagaan dan personal pada dasarnya dimaksudkan untuk melaksanakan pemilukada yang jujur dan adil dari sisi proses pelaksanaanya. Dalam menjalankan tugas sebagai penyelenggara pemilihan, KPU kota tidak bejalan sendiri. Ia dibantu oleh para penyelenggara pemilihan tingkat kecamatan dan desa, termasuk penyelenggaraan pemilihan di tingkat TPS yaitu PPK, PPS, dan KPPS. Hal ini tertuang dalam PP No.


(28)

6 Tahun 2005

pemilihan, KPU kabupaten atau kota membentuk PPK, PPS, dan KPPS, 2) Pembentukan panitia pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 paling lama 21 (dua puluh satu) hari sejak pemberitahuan DPRD

Menurut PP No. 6 Tahun 2005 -lembaga yang berada di bawah naungan KPU kota sebagai lembaga penyelenggaraan pemilihan ditingkat kecamatan dan desa, termasuk penyelenggaraan pemilihan di tingkat TPS yaitu PPK, PPS dan

dijelaskan sebagai berikut: 1) PPK (Panitia Pemilih Kecamatan)

PPK merupakan perpanjangan dari KPU kota yang berkedudukan di setiap kecamatan. PPK sebagaimana dimaksud mempunyai tugas dan wewenang:

a) Mengumpulkan hasil penghitungan suara dari seluruh TPS dalam wilayah kerjanya, membuat berita acara dan sertifikasi hasil penghitungan suara, dan b) Membantu tugas-tugas KPU kota dalam melaksanakan pemilihan 2) PPS (Panitia Pemungutan Suara)

Satu tingkat dibawah PPK yaitu PPS yang berkedudukan di desa/kelurahan. Menurut pasal 11 PP RI No. 6 Tahun 2005 tugas dan wewenang dari PPS adalah:

a) Melakukan pendaftaran pemilih; b) Mengangkat petugas pencatat dan pendaftar; c) Menyampaikan daftar pemilih kepada PPK;

d) Melakukan rekapitulasi hasil penghitungan suara dari seluruh TPS dalam wilayah kerjanya dan membuat berita acara dan sertifikat rekaputulasi hasil penghitungan suara; dan

e) Membantu tugas PPK

3) KPPS (Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara)

KPPS merupakan tim pelaksana teknis lapangan yang bertugas diseluruh TPS-TPS di wilayah kerjanya. Anggota KPPS sebanyak 7 orang, dan bertugas melaksanakan pemungutan suara dan penghitungan suara di TPS. KPPS sebagaimana dimaksud berkewajiban membuat berita acara dan sertfikat hasil penghitungan suara untuk disampaikan kepada PPS.


(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 13

d. Peranan KPU Kota

Menurut Undang-undang No. 22 Tahun 2007 apa saja yang dapat dilakukan oleh KPU kota dalam masyarakat sebagai organisasi

tahapan pemilukada ini merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan seperti pada mestinya apabila KPU kota tidak menjalankan salah satu saja maka akan terhambatnya proses pemilukada.

Pada pemilukada segala sesuatu yang berkaitan dengan pengaturan tata pelaksanaan pemilukada diserahkan kepada KPU kota setempat, sedangkan KPU diatasnya hanya bertugas sebagai supervisi. Dengan begitu, pada pemilukada bupati/walikota, maka KPU kabupaten atau kota yang memiliki peranan penting untuk membuat aturan main tata pelaksanaan pemilukada, sementara fungsi supervisi diberikan KPU provinsi. Untuk pemilukada gubernur, KPU provinsi yang menyelenggarakan dengan supervisi dari KPU pusat.

Ketentuan KPU kota sebagai penyelenggara Pemilukada ini telah diatur oleh UU No. 32 Tahun 2004 dan PP No. 6 T ahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Dalam PP tersebut disebutkan bahwa penyelenggaraan pemilukada adalah KPU kota. Jadi KPU kota yang memiliki peran dominan dalam penyelenggaraan pemilukada sebagai mana yang termuat dalam pasal 4 ayat (1) berikut:

1) Pemilihan kepala daerah diselenggarakan oleh KPU kota

2) Dalam menyelenggar akan pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, KPU provinsi menetapkan KPU kabupaten/kota sebagai bagian pelaksanaan tahap penyelenggaaan pemilihan.

3) Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.

4) Dalam pelaksanaan pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 KPU kota/kabupaten bertanggung jawab kepada DPRD.

(Nuansa Aulia, 2007:6) Fungsi KPUD sebagai suatu stuktur sistem yang digunakan untuk mensukseskan jalanya pemilukada dalam suatu pemerintahan, seperti konsep yang Konsep yang berkembang melalui beberapa fase menyebutkan dalam salah satu fasenya yaitu f ase yang kedua mengenai fungsi output dari suatu pemerintahan yakni pembuatan aturan,


(30)

, sedangkan fungsi input misalnya sosialisasi politik, artikulasi kepentingan, penggabungan kepentingan dan komunikasi politik.

Bagi KPU kota fungsi output ini dilakukan dalam realisasi kewenangan membentuk kebijakan misalnya dalam pembuatan keputusan-keputusan KPU dan dinyatakan oleh Almond (1999: 25

. Sosialisasi dapat terjadi didalam keluar ga, sekolah, kelompok keagamaan, institusi-institusi pemerintah, partai-partai politik, birokrasi dan lain-lain.

Dalam pemilukada sosialisasi seperti yang diutarakan di atas memang sangat diperlukan guna memberikan pendidikan pemilih pada warga masyarakat. Baik dilakukan dalam forum formal maupun informal, tidak ada yang dapat menjadi takaran, yang paling utama adalah pendidikan politik yang diberikan mengena pada sasaranya. Jadi fungsi KPU kota dapat berjalan secara sistematis dan terstruktur sesuai dengan peran dan statusnya sebagai lembaga negara dan lembaga sosial.

Mekanisme pemilihan secara langsung ini memang merupakan suatu tahapan penting dalam pemilukada. Namun, hal tersebut tidak cukup menjamin semuanya akan berjalan lancar. Dengan demikian peran KPU kota dalam Pemilukada di masing-masing daerah sangat berat. KPU kota memiliki suatu posisi atau tempat yang diharapkan ada pada suatu lembaga negara sesuai dengan tingkah laku dan fungsinya, sesuai dengan hak serta kewajiban yang harus ditampilkan lembaga tersebut sebagai pemilik peranan tersebut. Komisi Pemilihan Umum Daerah dalam peranannya ini mengatur semua tahap penyelenggaraan pemilihan dari tahap awal dan harus selalu koor dinasi dengan KPU pusat. Sehingga, segala kegiatan yang dilakukan oleh KPU kota pada setiap tingkatan akan berjalan secara konsisten. e. Panitia Pengawas Pemilu

Organisasi KPU Kota tidak berdiri sendiri, dibentuk pula organisasi pengawas pemilu yang besifat ad hoc, yakni panitia pengawas pemilu (Panwaslu). Tugas Panwaslu adalah untuk mengawasi semua tahapan penyelenggaraan pemilu, menerima laporan pelanggaran, menyelesaikan sengketa yang timbul dalam penyelenggaraan pemilu, dan meneruskan temuan-temuan dan laporan yang tidak dapat diselesaikan kepada instansi yang berwenang. Namun kedudukan panwaslu ini


(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 15

tidak bersifat independen karena dibentuk oleh KPU dan bertanggung jawab kepada KPU.

Menurut Pasal 78 Undang-Undang No.22 Tahun 2007 menyatakan bahwa tugas dan wewenang Panwaslu Kabupaten Kabupaten/Kota adalah:

Mengawasi tahapan penyelenggaraan Pemilu di wilayah kabupaten/kota, menerima laporan dugaan pelanggaran terhadap pelaksanaan per aturan perundang-undangan mengenai Pemilu, menyelesaikan temuan dan laporan sengketa penyelenggaraan Pemilu yang tidak mengandung unsur tindak pidana, menyampaikan temuan dan laporan kepada KPU Kabupaten/Kota untuk ditindaklanjuti, meneruskan temuan dan laporan yang bukan menjadi kewenangannya kepada instansi yang berwenang, menyampaikan lapor an kepada Bawaslu sebagai dasar untuk mengeluarkan rekomendasi Bawaslu yang berkaitan dengan adanya dugaan tindakan yang mengakibatkan terganggunya tahapan penyelengga raan Pemilu oleh penyelenggara Pemilu di tingkat kabupaten/kota, mengawasi pelaksanaan tindak lanjut rekomendasi Bawaslu tentang pengenaan sanksi kepada anggota KPU Kabupaten/Kota, sekretarisdan pegawai sekretariat KPU Kabupaten/Kota yang terbukti melakuka n tindakan yang mengakibatkan terganggunya tahapan penyelenggaraan Pemilu yang sedang berlangsung, mengawasi pelaksanaan sosialisasi penyelenggaraan Pemilu, dan melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diberikan oleh undang-undang.

Adapun dapat dijelaskan dalam mengawasi tahapan penyelenggaraan Pemilu di wilayah kabupaten/kota meliputi:

1) Pemutakhiran data pemilih berdasarkan data kependudukan dan penetapan daftar pemilih sementara dan daftar pemilih tetap.

2) Pencalonan yang berkaitan dengan persyaratan dan tata cara pencalonan anggota Dewan Perwakilan R akyat Daerah Kabupaten/Kota dan pencalonan kepala daerah dan wakil kepala daerah kabupaten/kota.

3) Proses penetapan calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota dan pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah kabupaten/kota.

4) Penetapan pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah kabupaten/kota.

5) Pelaksanaan kampanye.

6) Perlengkapan Pemilu dan pendistribusiannya.

7) Pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan suara hasil Pemilu. 8) Mengendalikan pengawasan seluruh proses penghitungan suara.


(32)

9) Pergerakan surat suara dari tingkat TPS sampai ke PPK.

10) Proses rekapitulasi suara yang dilakukan oleh KPU Kabupaten/Kota dari seluruh kecamatan.

11) Pelaksanaan penghitungan dan pemungutan suara ulang, Pemilu lanjutan, dan Pemilu susulan.

12) Proses penetapan hasil Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota dan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten/Kota.

Dan dalam pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Panwaslu Kabupaten/Kota berwenang:

Memberikan rekomendasi kepada KPU untuk menonaktifkan sementara dan/atau mengenakan sanksi administratif atas pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g; Memberikan rekomendasi kepada yang berwenang atas temuan dan laporan terhadap tindakan yang mengandung unsur tindak pidana Pemilu.

Pasal 79 Undang-Undang No.22 Tahun 2007 menyatakan bahwa Panwaslu Kabupaten/Kota berkewajiban:

Ber sikap tidak diskriminatif dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas Panwaslu pada tingkatan di bawahnya, menerima dan menindaklanjuti laporan yang berkaitan dengan dugaan adanya pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan perundangundangan mengenai Pemilu, menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada Panwaslu Provinsi sesuai dengan tahapan Pemilu secar a periodik dan/atau ber dasarkan kebutuhan, menyampaikan temuan dan laporan kepada Panwaslu Provinsi berkaitan dengan adanya dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh KPU Kabupaten/Kota yang mengakibatkan terganggunya penyelenggaraan tahapan Pemilu di tingkat kabupaten/kota, dan melaksanakan kewajiban lain yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan.

3. Pemilihan Kepala Daerah Langsung

Pemilihan Umum Kepala Daerah langsung (Pemilukada) merupakan salah satu langkah maju dalam mewujudkan demokratisasi di tingkat lokal, dimana demokrasi di tingkat nasional akan tumbuh berkembang dengan mapan dan dewasa apabila pada tingkat lokal, nilai-nilai demokrasi berakar dengan baik terlebih dahulu baik pada tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Sehingga untuk mewujudkan pemilihan kepala


(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 17

daerah yang bebas dan adil diperlukan berbagai macam peraturan-peraturan yang mendasari kebijakan ini.

Adapun peraturan perundangan yang mengatur tentang pelaksanaan Pemilukada tersebut antara lain:

a. Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

b. Peraturan Mahkamah Agung R I No. 2 tahun 2005 tentang Tata Cara Pengajuan Upaya Hukum Keberatan Terhadap Penetapan Hasil Pemilukada Dan Pilwakada dari KPU Kabupaten/ Kota.

c. Peraturan Pengganti Undang-Undang No. 3 tahun 2005 tentang Perubahan atas UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Perpu ini berisi tentang perubahan pada jumlah pemilih maksimum pada tiap TPS dan pelaksanaan Pemilukada dalam situasi genting.

d. PP No. 17 tahun 2005 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah RI No. 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

e. Peraturan Pemerintah No. 6 tahun 2005 tentang pemilihan, Pengesahan, Daerah Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

f. Peraturan Menteri dalam Negeri No. 9 tahun 2005 tentang Pedoman bagi Pemerintah Daerah dalam Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

(Kemendagri, 2005: 2)

Peraturan perundang-undangan yang ada pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan pemilukada yang bebas dan adil. Dalam proses pelaksanaanya peraturan perundangan ini mengatur mulai dari lembaga penyelenggara, aturan main dan teknis penyelenggaraan. T eknis penyelenggaraan dari pemilukada menurut Undang -Undang

Hal tersebut dijelaskan sebagai berikut: a. Tahap Persiapan meliputi:

1) Pemberitahuan DPRD kepada kepala daerah mengenai berakhirnya masa jabatan 2) Pemberitahuan DPRD kepada KPU kota/kabupaten mengenai ber akhirnya masa

jabatan kepala daerah

3) Perencanaan penyelenggaraan, meliputi penetapan tata cara dan jadwal tahapan pelaksanaan pemilihan kepala daearah


(34)

5) Pemberitahuan dan pendaftaran pemantau b. Tahap Pelaksanaan meliputi:

1) Penetapan daftar pemilih,

2) Pengumuman pendaftaran dan penetapan pasangan calon, 3) Kampanye,

4) Pemungutan suara, 5) Perhitungan suara,

6) Penetapan pasangan calon kepala daerah/wakil kepala daeah terpilih, pengesahan, dan pelantikan.

Mekanisme pemilihan secara langsung merupakan suatu tahapan penting dalam pilkda. Kesuksesan dari setiap tahapan yang ada akan mempengaruhi keberhasilan pemilukada secara keseluruhan. Sehingga setiap tahapan ini dilaksanakan dengan matang sesuai aturan yang ada. Namun hal ini tidak cukup menjamin semuanya akan berjalan lancar. Banyak kendala dan hambatan- hambatan yang mungkin terjadi pada setiap tahapan demi tahapanya.

Adapun permasalahan yang sering muncul dalam pelaksanaan pemilukada, antara lain:

Pengajuan bakal calon ganda oleh partai politik dan penandatanganan sur at pencalonan; Daftar pemilih tetap yang dimana banyak tidak terdaftar dan adanya pemilih yang tidak memenuhi persyaratan; Kelengkapan dan administrasi pencalonan yaitu ijazah palsu, pasangan calon mempunyai hutang yang berakibat banyaknya protes dari masyarakat; Berkenaan dengan kampanye, misalnya: adanya pasangan calon yang mencuri start kampanye, khususnya antara daerah yang satu dengan yang lain, maraknya praktek

politics -barang yang bisa

dikonversikan ke dalam uang, masih dilakukannya arak-arakan; Perhitungan suara, meliputi adanya dugaan salah dalam menghitung suara yang mengakibatkan perubahan pasangan calon terpilih yang dilanjutkan gugatan pasangan calon kepada KPU kota. (Samsul Wahidin, 2008:23)

4.Partisipasi Politik Partisipasi menurut Kenneth Janda et all (1987: 226)

as those actions of private citizens by which they seek to influence or to support . Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa partisipasi politik merupakan tindakan pribadi warga negara yang dimaksudkan untuk mempengaruhi atau mendukung pemerintah dan politik. Sudrajat (2003: www.uk.geocities.com)


(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 19

menyatakan bahwa Political participation is the active angagement by individuals and . Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa partisipasi politik adalah tindakan aktif oleh individu dan kelompok dalam proses pemerintahan yang mempengaruhi hidup mereka. Ada banyak kemungkinan yang dapat terjadi berkaitan dengan pemahaman proses partisipasi juga sejumlah landasan yang berhubungan dengan partisipasi itu sendiri. Menurut Koentjaraningrat (1985: 26) membedakan cara berpartisipasi atas dua jenis partisipasi,

Syamsul haris dalam tataq chidmad mengatakan terdapat 4 faktor yang

terhadap pemerintah, b). tidak adanya indikasi money politics, c). KPU dan pengawas melibatkan civil society

Chidmad, 2004:57)

Pada hakikatnya partisipasi yang dibutuhkan dalam pembangunan adalah partisipasi yang dilakukan dengan sukarela yang didorong oleh prakarsa atau swadaya masyarakat. Arti dan maksud partisipasi berbeda dengan prakarsa atau swadaya masyarakat. Menurut Miriam Budiarjo (1982: 22) meyatakan bahwa Tingkat kesadaran politik diartikan sebagai tanda bahwa warga masyarakat menaruh perhatian pada masalah kenegaraan atau pembangunan.

Secara utuh partisipasi hendaknya berlangsung secara sistematis dan dinamis, berlangsung mulai dari partisipasi dalam pengambilan keputusan, kemudian dilanjutkan dalam partisipasi dalam pelaksanaan pembangunan, partisipasi dalam pemanfaatan hasil-hasil pembangunan dan akhirnya partisipasi dalam pemanfaatan hasil-hasil

5. Teori Fungsionalisme Strukutural Talcott Parsons

Ber dasarkan uraian tentang strategi yang digunakan oleh KPU kota surakarta dalam penyelenggaraan pemilihan kepala daerah langsung terutama dalam pemenuhan hak pilih warga surakarta terbukti baik hal ini dibuktikan dengan tingginya jumlah partisipasi masyarakat dalam menggunakan hak pilihnya, hal ini tidak luput dar i semakin baiknya kinerja dan sistem yang digunakan oleh KPU kota Surakarta, hal ini sejalan dengan teori fungsionalisme struktual Talcott Parsons menekankan bahwa ada


(36)

empat fungsi penting yang diperluk/an semua sistem : Adaptation (A), goal attainment (G), integration(I), dan latensi(L) atau pemeliharaan pola. Secara bersama-sama, keempat imperatif fungsional ini dikenal sebagai skema AGIL. Agar tetap bertahan (survive), suatu sistem harus memiliki empat fungsi ini :

a.Adaptation(Adaptasi): sebuah sistem harus menanggulangi situasi eksternal yang gawat. Sistem harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan itu dengan kebutuhanya.

b.Goal attainment (Pencapaian tujuan): sebuah sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan utamanya.

c.Integration(Integrasi): sebuah sistem harus mengatur antarhubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya. Sistem juga harus mengelola antarhubungan ketiga fungsi penting lainya (A, G, L) .

d.Latency (Latensi atau pemeliharaan pola): sebuah sistem harus melengka pi, memelihara dan memperbaiki, baik motivasi individual maupun pola-pola kultural yang menciptakan dan menopang motivasi.

Sehingga dari teori Talcott Parsons dapat ditekankan bahwa suatu organisasi/lembaga dalam hal ini KPU kota Surakarta agar dapat berjalan sesuai dengan tujuan maka harus memenuhi empat fungsi milik Talcott Parsons yaitu

a. Adaptation (Adaptasi): dalam menggunakan strateginya KPU kota surakarta beradaptasi dengan budaya dan kegiatan yang banyak digemari masyarakat Surakarta, dalam hal ini sosialisasi pemilukada dengan mengadakan karnaval, panggung hiburan dan pemutaran film layar lebar yang banyak diminati warga Surakarta.

b.Goal attainment(Pencapaian tujuan): dengan diadakannya ber bagai acara tersebut diharapkan masyarakat memahami informasi seputar pemilukada, sehingga respek dan peduli terhadap pelaksanaan pemilukada yang diwujudkan dengan tingginya partisipasi mayarakat.

c.Integration(Integrasi): KPU Kota Surakarta mempunyai aturan yang jelas dalam mengatur hubungan dengan lembaga dibawahnya seperti PPK, PPS, dan KPPS sehingga setiap tahapan dapat terlaksana dengan baik.


(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 21

d.Latency (Latensi atau pemeliharaan pola): KPU kota Surakarta melakukan pemeliharaan sistem agar terjaga dengan baik dengan melakukan pertemuan rutin guna membahas masalah yang dihadapi sehingga didapat solusinya.

Dengan diterapkanya empat f ungsi diatas maka diharapkan tugas KPU kota Surakarta dalam pemenuhan hak pilih warga Surakarta dapat terakomodir dengan baik yang berimbas pada tingginya tingkat partisipasi masyarakat dalam menggunakan hak pilih.

6. Hasil Penelitian Yang Relevan

Selain pendapat dari para pakar, di dalam penelitian ini juga dicantumkan pendapat dari peneliti lain yang hasil penelitiannya relevan dengan penelitian ini. Hal ini peneliti lakukan guna mendukung penelitian yang telah peneliti lakukan. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sri Yatun (2007) dengan judul penelitiannya yaitu Peranan KPUD dalam Memvalidasi Data Pemilih Pada Pelaksanaan Pilkada Langsung di Kabupaten Cilacap Tahun 2007, dimana hasil penelitianya adalah (1) KPUD telah berperan secara maksimal dalam seluruh tahapan pendataan pemilih pada pilkada Bupati dan Wakil Bupati yang diselenggarakan di Cilacap Tanggal 09 September 2007. KPUD dalam menjalankan tugasnya berpedoman pada UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daer ah yang dikombinasikan dengan UU No 22 Tahun 2007 tentang Pemilihan Umum yang direalisasikan kedalam bentuk Keputusan-keputusan KPUD Cilacap, (2) Hambatan-hambatan yang terjadi dalam pilkada Bupati dan Wakil Bupati yaitu permasalahan daftar pemilih. Proses pendataan yang relatif singkat, daftar pemilih yang diperoleh dari Capil acak, peraturan yang kurang jelas mengatur tentang anggaran pendataan pemilih, sosialisasi dan pendidikan politik yang kurang mengena pada masyarakat serta masyarakat yang kurang proaktif dalam proses pendataan, (3) Strategi yang dilakukan KPUD dalam menghadapi permasalahan diatas adalah dengan cara untuk mengatasi pemilih yang cenderung pasif, KPUD melakukan sosialisasi secara simultan kepada masyarakat, untuk masalah anggaran KPUD mengkonsltasikanya kepada BPK perwakilan Jawa T engah dan DIY dan mengirimkan suart keterangan kepada perwakilan BPK tersebut untuk diberikan ke KPU Provinsi dan KPU Pusat, Permasalahan DP4 yang acak, KPUD menetapkan DP4 ini menjadi DPS dan dipecah atau dikelompokan menjadi DPS per T PS untuk dilakukan


(38)

pengecekan sehingga lebih dekat dengan pemilih, dan masalah sosialisasi yang diberikan pada warga Cilacap, yakni melalui media: Iklan di radio-radio sekabupaten Cilacap, Memasang sepanduk di tempat-tempat umum, Menyebarkan Liflet ( pamflet). Dan juga dalam sosialisasi ini KPUD melibatkan LSM-LSM terkemuka dan membentuk organisasi khusus yang disebut dengan TOT ( Training OF Trans) yang bekerja sama dengan LSM JPPR, Muhammadiyah, NU, Ansor, Pemuda Muhammadiyah, Fatayat, Muslimat, Nasiatul Aisyah, KPI (Koalisi Perempuan Indonesia), Guru-guru PKN di Kabupaten Cilacap yang anggaran dananya diberikan oleh KPUD.

B. Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir merupakan alur penalaran yang didasarkan pada masalah penelitian yang digambarkan secara menyeluruh dan digunakan sebagai acuan dalam penelitian. Berdasar kajian teori diatas, penulis dapat menyusun kerangka berfikir sebagai berikut:

Untuk menjamin terpenuhinya hak pilih warga dalam penyelenggaraan pemilihan kepala daerah di kota Surakarta, yang mana telah dijelaskan dalam PP No.6 tahun 2005 bahwa yang berkewenangan adalah KPU kota, hal ini akan menjadi sangat rawan dan berpotensi menimbulkan konflik jika KPU Kota Surakarta tidak bisa mengakomodir warga Surakarta, Akan tetapi Setelah perhelatan Pemilukada dilaksanakan pada tanggal 26 april 2010 lalu mendapatkan hasil yang cukup signifikan, karena tingkat partisipasi masyarakat dalam menggunakan hak pilihnya cukup tinggi dibanding dengan daerah lain yang melaksanakan Pemilukada, maka secara otomastis kinerja dari KPU kota Surakarta dalam memenuhi hak pilih warga Surakarta dilakukan dengan strategi yang tepat sasaran dalam rangka terpenuhinya hak politik warga Surakarta yaitu dengan:

1. Melakukan sosialisasi yang tepat sasaran dan masyarakat antusias untuk ikut didalamnya seperti mengadakan panggung hiburan, pemutaran film layar lebar dan karnaval yang diikuti pasangan calon yang dikemas dengan menarik, sehingga masyarakat tidak bosan mengikutinya.

2. Pelaksanaan sosialisasi KPU kota Surakarta tidak bekerja sendiri, melainkan bekerjasama dengan berbagai elemen kemasyarakatan yang ada di kota Surakarta. Hal ini sangat membantu KPU kota Surakarta kar ena semakin banyak informasi yang


(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 23

diberikan, tingkat pemahaman masyarakat mengenai seputar pemilukada akan semakin baik.

3. Menjangkau kalangan yang tidak tersentuh sosialisasi (Lembaga pemasayarakatan, rumah sakit, panti asuhan, panti wreda, dll) , tim sosialisasi KPU kota Surakarta terjun langsung dilapangan untuk memberikan inf ormasi seputar pemilukada. 4. Mengantisipasi Pemilih baru yang pada saat hari pemungutan suara sudah

mempunyai hak, KPU kota Surakarta bekerjasama dengan dinas pendidikan kota Surakarta untuk melakukan sosialisasi dengan langsung mendatangi ke sekolah-sekolah dan sesekali mengumpulkan semua siswa kelas 3 SMA/SMK se-kota surakarta untuk menghadiri sosialisasi akbar di stadion Manahan Surakarta. 5. Iklan di radio-radio yang terdapat di wilayah kota Surakarta, Memasang sepanduk di

tempat-tempat umum, dan Menyebarkan Liflet ( pamflet).

Tinggi rendahnya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pemilihan umum baik nasional atau daerah dapat dilihat dari pengalaman atau pemahaman seseorang atau suatu daerah mengenai konsep dalam berpolitik, warga yang paham tentang pentingnya berpartisipasi dalam pemilihan umum, pasti akan memberikan hak suaranya, begitu pula sebaliknya. Faktor-faktor yang mempengaruhi warga Surakarta berpartisipasi dalam pelaksanaan pemilukada tahun 2010 diantaranya adalah: 1. Tingkat keperca yaan masyarakat terhadap pemerintahan yang terdahulu yang telah

memberi kontribusi nyata kepada masyarakat kota Surakarta.

2. Tingkat pendidikan dan kepedulian masyarakat terhadap pelaksanaan pemilukada yang semakin baik yang dibarengi dengan semakin baiknya kinerja KPU kota Surakarta dalam menghadapi masalah DPT yang semakin komplek.


(40)

Ber dasarkan kerangka berfikir diatas dapat dibuat skeme sebagai berikut :

Gambar 1.Skema Kerangka Berpikir Dasar Hukum

UU No.22 tahun 2007 PP No. 6 tahun 2005

KPU Kota Surakarta

Pemenuhan Hak Pilih warga Kota Surakarta

Warga Terakomodir Hak

Pilihnya Warga Tidak Terakomodir Hak Pilihnya

Ber partisipasi Menggunakan Hak Pilih

Golput

Legitimasi Hasil Pilkada

Disebabkan karena:

kinerja KPUD beserta jajaranya dilapangan dalam rangka memenuhi hak pilih masyarakat

Kurangnya Sosialisasi

Lemahnya Kesadaran masyarakat dalam bepartisipasi dalam pemilu

Kekecewaan masyarakat terhadap pemerintah Sosialisasi dan pendidikan

pemilih seputar informasi pelaksanaan pemilukada


(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

25 BAB III

METODOLOGI PENE LITIAN

1. Lokasi Dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Dalam penelitian ini penulis memilih tempat penelitian di Kota Surakarta. Penulis memilih lokasi penelitian di tempat tersebut, dengan beberapa pertimbangan antara lain:

a. Suasana demokrasi di Kota Surakarta sangat kental, pola pikir masyarakat yang kritis dan persaingan parpol yang ketat, sehingga proses demokrasi yang terjadi sangat menarik untuk diikuti.

b. Penulis tertarik dengan hasil dari pelaksanaan pemilukada tahun 2010, terutama pada tingginya warga masyarakat yang terpenuhinya hak pilih serta besarnya tingkat partisipasi masyarakat kota Surakarta, yang mana pada pelaksanaan pilpres tahun 2009 masih menyisakan pekerjaan rumah bagi pihak penyelenggara (KPU kota Surakarta) dalam memenuhi hak pilih (DPT) masyarakat kota Sur akarta.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan setelah mendapat perijinan dari pihak yang berwenang. Berikut ini gambar alokasi waktu kegiatan penelitian yang penulis lakukan: Tabel 1. Waktu dan Kegiatan Penelitian

No Kegiatan 2010 2011

Feb Mar-Jun Jul Agu-Nov Des Jan 1. Pengajuan Judul

2. Penyusunan Proposal 3. Ijin Penelitian 4. Pengumpulan Data 5. Analisis Data 6. Penyusunan Laporan


(42)

2. Bentuk Dan Strategi Penelitian 1. Bentuk Penelitian

Dalam penelitian ini bentuk yang digunakan adalah bentuk penulisan kualitatif karena data yang di kumpulkan berupa kata-kata, kalimat, pencatatan dokumen maupun arsip yang gemlikearti yang sangat lebih dari sekedar angka atau frekuensi. Metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif evaluatif, kar ena penelitian bermaksud untuk melakukan penyelidikan dengan menggambarkan dan memaparkan keadaan obyek dan subyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan f akta yang tampak atau sebagai mana mestinya dan kemudian mengevaluasi objek dan subyek penelitian berdasarkan temuan-temuan pada penelitian.

Menurut Bogdan dan Taylor dalam Lexy J. Moleong (2004: 4) enelitian kualitatif adalah metodologi kualitatif adalah prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa kata ter tulis atau lisan dari orang-ora

Penelitian kualitatif diperoleh dengan mempertimbangkan kesesuaian obyek dari studi, penggunaan metode penelitian secara mendalam agar sesuai dengan metode tersebut yaitu menggunakan metode deskriptif. Hal tersebut sesuai dengan pendapat dari Winarno Surakhmad (2004 : 139) enyelidikan deskriptif tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang . Karena banyak sekali ragam penyelidikan demikian metode penyelidikan deskriptif diantaranya ialah penyelidikan yang menuturkan, menganalisa, dan mengklasifikasi. Sehingga menurutnya metode deskriptif adalah menuturkan dan menafsirkan data yang ada, misalnya tentang situasi yang dialami, satu hubungan kegiatan, pandangan, sikap yang menampak, atau tentang satu proses yang sedang berlangsung pengaruh yang sedang bekerja, kelainan yang sedang muncul, kecenderungan yang menampak, pertentangan yang meruncing, dan sebagainya.

Pada umumnya penelitian-penelitian deskriptif terdiri dari berbagai jenis, disini Ritual Constraint

yang dikemukakan ole ktivitas manusia dan

organisasi yang ada merupakan kesengajaan lewat apa yang menurut mereka sedang di capai . Maka struktur yang ada adalah menurut konteksnya.


(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 27

2. Strategi Penelitian

Strategi penelitian yang digunakan adalah strategi penelitian tunggal terpancang. Mengenai model ini HB. Sutopo (2002: 112) menjelaskan bahwa Walaupun dalam penelitian kualitatif ditemui adanya bentuk penelitian terpancang (embeded resarch) yaitu penelitian kualitatif yang sudah menentukan fokus penelitian berupa variabel utamanya yang akan dikaji berdasarkan tujuan dan minat penelitiannya sebelum peneliti ke lapangan studinya .

Peneliti sudah menentukan terlebih dahulu fokus dari pada variabel utama yaitu KPU kota Surakarta. Akan tetapi dalam hal ini peneliti tetap tidak melepaskan variabel fokusnya (pilihannya) dari sifatnya yang holistik sehingga bagian-bagian yang diteliti tetap diusahakan pada posisi yang saling berkaitan dengan bagian-bagian dari konteks secara keseluruhan guna menemukan makna yang lengkap.

C. Sumber Data

Menurut HB. Sutopo (2002: 50- umber data dalam penelitian kualitatif dapat berupa manusia, peristiwa, atau aktivitas, tempat atau lokasi,

Pendapat lain tentang sumber data dalam penelitian kualitatif adalah yang diungkap oleh Lofland (dalam Lexy J. M oleong, 2004: 157) menjelaskan bahwa umber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan

lain-bagian ini jenis datanya dibagi ke dalam kata -kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto, dan statistik.

Ber dasarkan pendapat di atas, peneliti menggunakan sumber data yang berupa informan, tempat, dan peristiwa serta arsip dan dokumen, lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut:


(44)

1. Informan

Informan adalah manusia sebagai sumber data yang perlu dipahami, bahwa mereka terdiri dari beragam individu dan memiliki beragam posisi. Oleh karena itu di dalam memilih siapa yang akan menjadi informan, peneliti wajib memahami posisi dengan beragam peran serta yang ada sehingga dapat diperoleh informasi pernyataan maupun kata-kata yang diperoleh dari informan yang disebut data primer atau sering disebut sebagai informan kunci (key informan). Informan dalam penelitian ini yakni orang-orang yang terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan di KPU ko ta yaitu Didik wahyudiono (Ketua KPU Kota Surakarta), Lestari S.H M.Hum (divisi hukum dan pengawasan) dan Setyo Budiarto, S.Sos ( divisi teknis dan humas) dan lembaga lain dibawah KPU kota Surakarta yaitu dengan Surachmad, S.Sos (Anggota PPK Pasar Kliwon), Rustamal (Ketua PPS Sangkrah) dan Dian Anggraini (Ketua KPPS TPS 3 Sangkrah)

2. Tempat dan Peristiwa

Penulis dalam penelitian ini mengambil tempat penelitian di kota surakarta sedangkan peristiwa yang dimaksud adalah masalah pemenuhan hak pilih yang dilakukan oleh KPU kota Surakarta serta hal apa saja yang mempengaruhi tingginya tingkat kesadaran partisipasi warga Surakarta dalam menggunakan hak pilihnya secara aktif, semuanya akan digali lewat sumber lokasinya yang merupakan tempat atau lingkungannya. Sehingg a dari pemahaman tersebut bisa ditarik kesimpulan yang berkaitan dengan permasalahan tersebut.

3. Dokumen

Sumber data yang kedua atau data sekunder dalam penelitian ini adalah dokumen. Dokumen disini antara lain: Keputusan KPU kota Surakarta No. 13 tahun 2010 tentang perubahan keputusan KPU tentang jumlah penetapan pemilih dan tempat pemungutan suara, Keputusan KPU kota surakarta no.4 tahun 2009 tentang pedoman sosialisasi penyelenggaraan pemilihan umum walikota dan wakil walikota Surakarta tahun 2010, Materi Sosialisasi Pemilukada Tahun 2010, dan Berita acara rekapitulasi penerimaan rekapitulasi perhitungan suara pasangan calon walikota dan wakil walikota tahun 2010.


(45)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 29

D. Populasi dan Teknik Sampling

Populasi menurut Suharsimi Arikunto (1998: 115) adalah eseluruhan subjek penelitian . Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka peneliti harus meneliti populasi. Namun dalam penelitian besar peneliti tidak mungkin meneliti seluruh populasi yang ada. Selain hal ini merepotkan, membutuhkan waktu yang lama juga biaya yang besar pula. Untuk mengantisipasi hambatan tersebut maka peneliti meneliti sebagian dari populasi saja. Penelitian seperti ini disebut penelitian sampel.

Dalam penelitian kualitatif sampel akan ditunjukkan oleh peneliti dengan mempertimbangkan bahwa sampel itu mengenai masalah yang diteliti, jujur, dapat dipercaya dan datanya bersifat obyektif. Kemudian teknik cuplikan yang biasa di gunakan adalah teknik cuplikan yang bersifat selektif dengan menggunakan pertimbangan berdasarkan konsep teoritis yang digunakan dan keingintahuan pribadi peneliti. Oleh karena itu cuplikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling.

Menurut Goetz & Le Compte dalam H. B. Sutopo (2002: 185) menyatakan bahwa Purposive Sampling yaitu teknik mendapatkan sampel dengan memilih individu-individu yang di anggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data . Jadi dalam metode ini beberapa objek penelitian dipilih, kemudian dari yang terpilih tersebut dijadikan sebagai sumber data yang dapat membantu dalam mengungkap permasalahan yang telah dirumuskan. Dengan kata lain metode pengambilan sampel yang digunakan dengan teknik informan kunci (key informan) yaitu peneliti mengambil orang- orang kunci untuk dijadikan sebagai sumber data.

Menurut Lexy J. M oleong (2004: 22 Untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai sumber bangunan dan menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan teori yang akan muncul .

Ber dasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa populasi adalah merupakan bagian sampel. Apabila yang menjadi populasi adalah war ga masyarakat Kota Surakarta yang berjumlah penduduk 525.505 orang (berdasarkan surat Sekda No. 470/4.868/tgl 11 Desember 2009 jumlah penduduk Surakarta per tanggal 11 Desember 2009) yang tersebar dalam 5 kecamatan. Maka pada tahap pengambilan sampling,


(46)

sampel yang diambil adalah 5 kecamatan yaitu dari kecamatan jebres, pasar kliwon, banjarsari, laweyan, dan serengan. Pemilihan kelima kecamatan ini dilakukan dengan teknik purposive sampling. Sedangkan sample yang diambil adalah 50 orang dari kelima kecamatan tersebut yang diambil secara proposional karena dengan teknik ini peneliti berasumsi mereka memiliki hak yang sama sebagai pemilih.

E. Teknik Pengumpulan Data

Sumber data dalam penelitian kualitatif terdiri dari beragam jenis, bisa berupa orang, peristiwa dan tempat, benda serta dokumen atau arsip. Ber agam sumber data tersebut menuntut di lakukannya cara atau teknik pengumpulan data tertentu yang sesuai guna mendapatkan data yang diperlukan untuk menjawab permasalahannya. Menurut Goetz & Le Compte dalam Bambang Sumarjoko (2004: 21) menyatakan ata dalam penelitian kualitatif dapat dikelompokan dalam dua cara yaitu: teraktif meliputi wawancara yang mendalam dan observasi langsung sedangkan metode non interaktif meliputi observasi, kuisoner (angket) dan mencatat dokumen maupun arsip.

Untuk memperoleh dan menyusun data penelitian, penulis menggunakan teknik observasi, wawancara , mencatat ar sip dan dokumen. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah:

1. Observasi Menurut Winarno Surakmad (2004

Cara yang sangat langsung untuk mengenal peristiwa atau gejala yang penting dalam suatu penyelidikan . Dalam penelitian ini di gunakan observasi non-partisipatif atau tidak berperan serta, dimana peneliti tidak terlibat langsung dalam kegiatan yang di lakukan oleh objek penelitian. Peneliti dalam hal ini bermain di luar sistem.

Observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan melihat secara langsung seluruh rangkaian pelaksanaan Pemilukada di kota Surakarta dari awal hingga ditetapkanya walikota dan wakil walikota terpilih, maka peneliti mengkaji, serta mengungkap f enomena-fenomena yang ada hubungannya dengan penelitian baik secara nyata maupun secar a mendalam yaitu mengenai strategi KPU kota kota Surakarta dalam memenuhi hak pilih warga Surakarta serta hal-hal yang melatar belakangi tingginya


(47)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 31

tingkat kesadaran partisipasi warga Surakarta dalam menggunakan hak pilihnya dalam pemilukada langsung tahun 2010.

2. Wawancara

Wawancara merupakan suatu teknik untuk mendekati sumber informasi dengan cara tanya jawab sepihak yang di kerjakan secara sistematis dan berdasarkan kepada tujuan penelitian. H.B. Sutopo mengemukakan bahwa:

Wawancara di dalam penelitian kualitatif pada umumnya di lakukan dengan pertanyaan yang bersifat open-ended, dan mengarah pada kedalaman informasi, serta dilakukan dengan cara yang tidak formal terstruktur, guna menggali pandangan subyek yang diteliti tentang banyak hal yang sangat bermanfaat untuk menjadi dasar bagi penggalian informasinya secara lebih jauh dan mendalam. (H.B. Sutopo,2002: 59).

Maka dari itu penelitian ini menggunakan teknik wawancara mendalam (Indepth interviewing), karena dengan wawancara mendalam peneliti akan memperoleh data dari para informan, dengan maksud agar dapat mengungkap permasalahan yang diteliti melalui pertanyaan atau sikap, baik melalui nada bicara, mimik, ataupun sorot matanya.

Pada penelitian ini penulis melaksanakan teknik wawancara dengan mengajukan pertanyaan untuk memperoleh informasi berkaitan dengan masalah yang ingin di bahas kepada nara sumber tentang kinerja dan strategi yang dilakukan oleh KPU kota Surakarta dalam rangka memenuhi hak pilih warga sur akarta serta menumbuhkan kesadaran bagi warga Surakarta untuk menggunakan hak pilihnya.

Adapun nar a sumber dalam wawancara pada penelitian ini antara lain: a. Ketua KPU Kota Surakar ta

Didik Wahyudiono (Divisi sosialisasi dan pendidikan pemilih) b. Anggota KPU Kota Surakarta

Lestari S.H M.Hum (Divisi hukum dan pengawasan KPU kota Surakarta) Setyo Budiarto,S.Sos (Divisi T eknis Dan Humas KPU kota Surakarta) c. Anggota PPK Pasar Kliwon

Surachmad, S.Sos (Humas) d. Tim sukses pasangan calon Jokowi-Rudi

Putut Gunawan


(1)

Data yang diperoleh penulis dilapangan juga ditemukan indikator lain yang mempengaruhi partisipasi masyarakat, dikelurahan sangkrah tepatnya di RW 2 sebagian war ganya memboikot untuk tidak menggunakan hak pilih dalam pelaksanaan pemilihan kepala daerah dikarenakan kecewa terhadap ketua KPPS yang dipilih tanpa mengadakan musyawarah terhadap pengurus RT setempat. Dalam prosedurnya Ketua KPPS adalah ketua/pengurus RT namun dalam pelaksanaan pengurus RT tidak ada yang masuk dalam daftar ketua ataupun anggota KPPS, sehingga sebagian warga mendeklarasikan tidak akan menggunakan hak pilihnya jika ketua KPPS tersebut tidak diganti. Kasus tersebut diamini oleh ketua PPS sangkrah bapak Rustamal:

Di wilayah RW 2 kelur ahan sangkrah memang sempat terjadi situasi yang sempat menegang dalam pemilihan KPPS, terdapat sebagian warga yang bersikeras akan memboikot pelaksanaan pemilihan kepala daerah dengan tidak menggunakan hak pilihnya jika ketua KPPS tidak diganti, namun situasi tersebut dapat kami atasi dengan mengganti ketua KPPS dengan pihak yang sifatnya netral terhadap pihak-pihak yang berselisih. (W awancara 29 November 2010).

Dari kasus diatas dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat tidak hanya di pengaruhi oleh figur pasangan calon, namun juga semua penyelenggara pemilihan kepala daerah mulai dari tingkat atas sampai tingkat bawah yaitu di tingkat KPPS. Terlepas faktor dari luar, faktor dari dalam diri masyarakatlah yang akan membuat pesta demokrasi menjadi lebih bermakna yaitu dengan bersikap kooperatif dan aktif dalam setiap tahapan yang telah dijadwalkan oleh pihak penyelenggara pemilihan kepala daerah.

7.Evaluasi Pemenuhan Hak Politik Warga Surakarta

Pemilukada kota Surakarta tahun 2010 memiliki makna penting yang menentukan masa depan bangsa Indonesia khususnya kota Surakarta sendiri, hal ini bukan saja karena pemilukada merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam menentukan penyelenggaraan pemerintah daerah, tetapi hasil dari pemilukada tahun 2010 harus diletakan dalam konteks pelembagaan demokrasi yang terkonsolidasi untuk penataan negara ke depan.

Kesuksesan pelaksanaan pemilukada kota Surakarta tahun 2010 sangat ditentukan oleh tingkat partisipasi masyarakat kota Surakarta. Partisipasi masyarakat dalam pemilukada tahun 2010 ditentukan oleh 3 pilar utama, yaitu per tama; partisipasi


(2)

masyarakat yang dikembangkan melalui kegiatan sosialisasi dan pendidikan pemilih; kedua, peningkatan kesadar an politik masyarakat dalam memahami hak konstitusional war ga negara; ketiga, penggunaan serta dukungan media cetak dan elektronikdalam upaya mensukseskan pemilukada kota Surakarta tahun 2010. Dengan berbagai perubahan strategi dan pendidikan pemilih menjadi sangat penting per annya dalam suksesnya pemilihan kepala daerah langsung kota Surakarta tahun 2010.

Peran Penyelenggara pemilukada mulai dari KPU, KPU Provinsi, KPU Kota Surakarta, PPK, PPS, dan KPPS merupakan elemen penyelenggara yang memegang peran utama dalam suksesnya pemilukada Kota Surakarta tahun 2010. Kerja keras disertai dengan komitmen yang tinggi dari para anggotanya, ditambah dengan kemampuan penguasaan materi dan teknis pelaksanaan sehingga semua tahapan pemilukada tahun 2010 dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, hal ini dapat dibuktikan dengan terpenuhinya hak politik warga Surakarta sebagai pemilih serta tingginya tingkat partisipasi dalam menggunakan hak pilihnya dalam pemilukada tahun 2010 yaitu mencapai 71,5% dari warga yang terdaftar sebagai pemilih tetap.

C. Temuan Studi

Dari hasil penelitian tersebut diatas, temuan studi yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Strategi yang digunakan KPU kota untuk mengatasi hambatan khususnya tahap pendataan pemilih dalam rangka memenuhi hak pilih masyarakat kota Surakarta yakni dengan pendidikan pemilih dan sosialisasi. Seperti dikemukakan Almond (1999:25 politik dapat mendorong orang untuk berpartisipasi . cara yang paling tepat untuk mengatasi hambatan pemilu adalah dengan menggunakan sosialisasi. Sosialisasi dapat dilakukan dengan bantuan media masa baik cetak maupun elektronik, misalnya koran, surat kabar, spanduk yang dipasang ditempat-tempat stategis, pamflet, radio, televisi dan lain-lain. Selain sosialisasi, pendidikan politik sangat penting diberikan kepada pemilih yaitu dengan adanya program pendidikan politik dalam forum formal maupun dalam forum nonformal misalnya menggunakan rapat terbuka, bentuk diskusi panel, dalam mensosialisasikan program kerja yang akan dilakukan dalam pemilukada ini agar dapat dipahami oleh masyarakat.


(3)

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi warga Surakarta berpartisipasi dalam pelaksanaan pemilukada tahun 2010 diantaranya adalah:

a) Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan yang terdahulu karena telah memberi kontribusi nyata kepada masyarakat kota Surakarta.

b) Tingkat pendidikan dan kepedulian masyarakat terhadap pelaksanaan pemilukada yang semakin baik yang dibarengi dengan semakin baiknya kinerja KPU kota Surakarta dalam menghadapi masalah DPT yang semakin komplek.

Hal ini sesuai pendapat syamsul haris dalam tataq chidmad mengatakan terdapat 4 faktor yang mempengaruhi mas yarakat tidak enggan untuk aktif dalam money politics, c). KPU dan pengawas melibatkan civil societydalam pengwasan, d). sistem pemilu yang tidak rum


(4)

66 BAB V

KESIMP ULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesim pulan

Ber dasarkan analisis dan data pembahasan yang peneliti lakukan, dapat disimpulkan bahwa:

1. KPU kota Surakarta telah berperan secara maksimal dalam menjamin dan memenuhi hak pilih warga Surakarta pada pelaksanaan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah kota Surakarta tahun 2010 yang diselenggarakan tanggal 26 April 2010 dengan berpedoman pada UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang dikombinasikan dengan UU No 22 Tahun 2007 tentang Pemilihan Umum serta PP No.6 Tahun 2005 Tentang Tentang Pemilihan, Pengesahan Dan Pemberhentian Kepala Daer ah Dan Wakil Kepala Daerah yang direalisasikan kedalam bentuk Keputusan-keputusan KPU Kota Surakarta dengan ditandai dengan sedikitnya laporan mengenai permasalahan DPT dan dengan melakukan kegiatan sebagai berikut:

a) Melakukan sosialisasi yang tepat sasaran dan masyarakat antusias untuk ikut didalamnya seperti mengadakan panggung hiburan, pemutaran film layar lebar dan karnaval yang diikuti pasangan calon yang dikemas dengan menarik, sehingga masyarakat tidak bosan mengikutinya.

b) Dalam pelaksanaan sosialisasi dan pendataan pemilih, KPU kota Surakarta tidak bekerja sendiri, melainkan bekerjasama dengan berbagai elemen kemasyarakatan yang ada di kota Surakarta. Hal ini sangat membantu KPU kota Surakarta karena semakin banyak informasi yang diberikan, tingkat pemahaman masyarakat mengenai seputar pemilukada akan semakin baik.

c) Dalam menjangkau kalangan yang tidak tersentuh sosialisasi (Lembaga pemasayarakatan, rumah sakit, panti asuhan, panti wreda, dll), tim sosialisasi KPU kota Surakarta terjun langsung dilapangan untuk memberikan informasi seputar pemilukada.

d) Dalam mengantisipasi Pemilih baru yang pada saat hari pemungutan suara sudah mempunyai hak, KPU kota Surakarta bekerjasama dengan dinas pendidikan kota Surakarta untuk melakukan sosialisasi dengan langsung mendatangi ke


(5)

sekolah-sekolah dan sesekali mengumpulkan semua siswa kelas 3 SMA/SMK se-kota surakarta untuk menghadiri sosialisasi akbar di stadion Manahan Surakarta. e) Iklan di radio-radio yang terdapat di wilayah kota Surakarta, Memasang

sepanduk di tempat-tempat umum, dan Menyebarkan Liflet ( pamflet)

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi warga Surakarta berpartisipasi dalam pelaksanaan pemilukada tahun 2010 diantaranya adalah

b) Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan yang terdahulu karena telah memberi kontribusi nyata kepada masyarakat kota Surakarta.

c) Tingkat pendidikan dan kepedulian masyarakat terhadap pelaksanaan pemilukada yang semakin baik yang dibarengi dengan semakin baiknya kinerja KPU kota Suraka rta dalam menghadapi masalah DPT yang semakin komplek.

B. Implikasi

Ber dasarkan kesimpulan di atas, dapat dikaji implikasinya baik implikasi teoritis maupun implikasi praktis, sebagai berikut:

1. Karena KPU kota Surakarta telah menjalankan tugas dan kewenanganya dengan baik terutama dalam hal memenuhi hak pilih war ga Surakarta pada pelaksanaan Pemilukada di Surakarta pada tanggal 26 April 2010 lalu, maka pelaksanaannya dapat berjalan lancar dan damai mulai dari tahap persiapan hingga pengesahan dan pelantikan, walaupun ada beberapa hambatan yang dialami KPU kota Sur akarta. 2. Karena Tingkat kepercayaan mas yarakat terhadap pemerintahan yang terdahulu dan

telah memberi kontribusi nyata kepada masyarakat kota Surakarta, serta T ingkat pendidikan dan kepedulian masyarakat terhadap pelaksanaan pemilukada yang semakin baik maka pada pelaksanaan pemilukada tahun 2010 mendapatkan tingkat partisipasi yang tinggi jika dibanding daerah sekitar Surakarta.


(6)

C. Saran

Ber dasarkan kesimpulan dan implikasi hasil penelitian yang penulis kemukakan diatas, maka penulis menyampaikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Bagi KPU kota Surakarta dengan hasil yang dicapai pada pelaksanaan pemilukada

tahun 2010 dapat berjalan dengan lancar, hendaknya ditingkatkan menjadi lebih baik lagi pada pelaksanaan pemilukada mendatang.

2. Bagi Masyarakat kota Surakarta hendaknya aktif berpartisipasi dalam setiap kegiatan pemilihan Walikota atau wakil walikota, karena semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat berarti tingkat kepercayaan terhadap pemerintah semakin baik yang nantinya akan berimbas pada semakin baiknya kemajuan ekonomi masyarakat dan pembangunan kota Surakarta.

3. Bagi KPU kota Surakarta sebaiknya membentuk petugas khusus yang bertugas mendata pemilih di tingkat paling bawah. Apabila KPU kota Surakarta menggunakan jasa RT ataupun pengurusnya, maka RT -RT tersebut seharusnya diberi imbalan atau honor khusus agar melakukan tugasnya dengan baik sehingga tidak ada lagi permasalahan DPT yang sering dijadikan konflik.


Dokumen yang terkait

Kebijakan Partai Politik Pada Pemilihan Kepala Daerah Langsung (Studi Kasus: Kebijakan Partai Demokrat Dalam Penetapan Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumut Periode 2013-2018)

0 51 95

Partisipasi Politik Masyarakat Karo Pada Pemilihan Kepala Daerah Kota Medan Tahun 2010 (Studi Kasus: Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan)

2 71 90

Calon Independen dalam Pemilihan Kepala Daerah Ditinjau dari Undang-undang Pemerintahan Daerah

2 79 104

Tingkahlaku Politik Etnis Tionghoa Dalam Pemilihan Kepala Daerah 2010 Di Kelurahan Pusat Pasar Medan Kota

0 50 99

Strategi Pemenangan Calon Independen Dalam pemilihan kepala Daerah Medan 2010 (Studi kasus Prof.Dr.H.M.Arif Nasution dan H.Supratikno WS).

3 66 147

Konflik Elit Politik Dalam Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Aceh Tenggara Secara Langsung Tahun 2006

1 119 95

Pertanggungjawaban Kepala Daerah Sebagai Pelaksana Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) Dalam Rangka Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Menurut Undang-Undang No 32 Tahun 2004

2 56 119

Peranan Komisi Pemilihan Umum dalam Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah Untuk Meningkatkan artisipasi Politik Masyarakat (Studi pada Kantor Komisi Pemilihan umum Tapanuli Utara)

16 168 113

Implikatur Percakapan Dalam Acara Debat Kandidat Calon Kepala Daerah Dki Jakarta

13 100 120

Esensi Pemaknaan Kata “Demokratis” Dalam Pemilihan Kepala Daerah di Indoneisa Pasca Perubahan UUD NRI 1945 (Studi Konstitusional Terhadap Pasal 18 ayat 4 UUD NRI 1945)

3 53 101